65. Tanpa perasaan
Buk Malah datang kedepan gerbang panti, bersama Levi dan yang lain. Dengan hati yang sangat gelisah, Buk malah menatap Levi takut.
Levi mengganguk, menyuruh buk Malah tenang dan percayakan padanya. Levi maju satu langkah, dengan geram karena orang-orang sial ini mengusik rumahnya.
"LO SEMUA BERANI NYENTUH ANAK-ANAK ATAU BERANI OBRAK-ABRIK TEMPAT INI, JANGAN HARAP HIDUP TENANG."
Suara teriakan Levi, berhasil membuat orang-orang itu menoleh kearahnya. Begitupun teman-teman Levi, Aleo berjalan mendekat kearah Levi takut laki-laki itu bisa menahan emosinya.
Seorang laki-laki keluar dari mobil dengan kaca mata hitam, lalu menyinggung senyum nya. "Hallo
Malah, apa kabar?"Itu Reno, papa Dika.
Acha dari kejauhan menghampiri buk Malah, memeganh tangan ibu panti itu. "Kamu gak berhak dateng ke panti ini!"
Reno terkekeh sinis. "Saya udah kasih waktu kamu, tapi kamu gak ada tanggung jawabnya. Karena saya orangnya gak sabaran saya yang dateng kesini."
Levi mengernyit, menatap Acha. Dan bertanya ada apa sebenarnya yang terjadi, ada apa dengan Buk Malah dan Acha.
"KAMI GAK AKAN KASIH PANTI INI KE KALIAN!"
Semua orang panti kaget. Karena ucapan Buk Malah, kenapa panti ini harus diberikan pada laki-laki itu.
"Okey gini aja, saya kasih waktu dua hari lagi untuk kalian renungin masalah ini" Kata Reno, lalu mendekat ke Acha dan buk Malah. "Buat keputusan, kasih panti ini ke saya atau kamu berurusan dengan hukum dan keluarga kamu gak aman."
Acha tersetak, dengan segala kemarahan yang ditahannya. "Brengsek"
*****
Semua berkumpul di ruangan buk Malah. Termasuk Levi dan temannya, dan Acha juga ada.
Acha menundukkan kepalanya, lalu menoleh menatap Buk Malah. "Panti ini milik papa, tapi papa nyuruh buk Malah ngurus panti ini" Jelas Acha. "Buk Malah itu adik dari papa gue."
Levi tersentak, baru tau fakta ini padahal sudah sejak lama mengenal pengurus panti ini.
Acha menceritakan kepada mereka semua tentang kejadian beberapa waktu lalu, tentang terjadinya kecelakaann bersama Dika, dan papanya yang mengancamnya.
"Jadi papa nya ngancem lo, antara ngasih panti ini atau bawak kasus ini ke hukum?" Tanya Ekal.
Acha mengangguk. "Bukan cuma dilibatkan ke hukum, mama gue juga bakal di ancem" Acha merasa sangat bersalah dengan mereka karena mengacaukan hari ini. Dan Alora mengusap pelan bahunya, seolah ini semua akan ada jalan keluarnya.
Aleo menyadari Levi tengah bimbang. Laki-laki itu tau, panti ini sangat berarti baginya, dan tidak mudah juga untuk memberi anak panti tentang kejadian ini.
"Kita kasih aja panti ini ke dia"
Ucapan buk Malah berhasil membuat semua orang-orang didalam ruangan menoleh kaget,
Dan Levi adalah orang pertama yang menentang."Enggak! Kasian anak-anak panti!" Ucap Levi, lalu menoleh ke Acha. "Gue tau ini panti punya bokap lo Cha, tapi lo juga harus mikirin nasib anak-anak panti gimana!"
Acha merasa disudutkan sekarang. "Lo gak ngerti Lev! Gue udah berusaha cari solusi tapi gue bingung sama diri gue sendiri."
"Keluarga gue di ancem, dan Reno orang berpengaruh yang bisa ngelakuin apapun untuk yang dia mau."
"Trus kalau panti ini dikasih ke dia? Apa dia bkalan jaga panti ini?" Tanya Cakra, karena kalau iya bisa dipertimbangkan.
Buk Malah menggeleng. "Mereka bakal robohin panti ini untuk buat project mereka."
Levi menggebrak lemari di sampingnya. "EMANG ORANG BRENGSEK!"
"Trus lo mau kasih panti ini? Lo gak mikir anak panti?"
"Gue gak punya jalan lain!" Teriak Acha.
"Hati nurani lo dimana si Cha! Mereka masih pada kecil!" Ucap Levi mulai emosi, karena dia sangat memperdulikan anak-anak disini.
Aleo menahan Levi, menyuruh laki-laki itu tenang. Karena perdebatan Acha dan Levi sudah m
membuat keruh isi ruangan."Kita cari solusinya sama-sama Cha, jangan asal kasih panti ini ke orang sialan itu" Ujar Naufal pada perempuan itu.
"Iya kita pasti ketemu solusinya, Cha" Ucap Alora berusaha menenangkan. "Lo gak sendiri, ada kita."
Renjani menghela nafas. "Kita harus sama-sama jaga panti ini untuk anak-anak."
Buk Malah menahan tangisnya sejak tadi, beruntung anak-anak muda seperti mereka peduli dengan anak-anak panti dan mau selalu membantu. "Maafin saya, karena gak bisa kasih yang terbaik untuk panti ini."
Tiara mendekat. "Enggak buk, Ibuk udah kasih yang terbaik untuk panti ini."
"Jadi kita harus cari solusi apa?" Tanya Ical. "Kita cuma punya dia pilihan."
"Kita harus cari kelemahan dia" Ucap Aleo. "Kita harus tau dulu, apa tujuan dia ngancem ini. Atau sejak awal emang dia udah ngincer panti ini."
Acha menoleh menatap mereka. "Sorry, karena ini lo semua jadi kena masalah."
"Gapapa Cha, kita cari sulusinya dengan waktu yang ada" Ucap Cakra. "Kita harus usahain dulu, apapun hasilnya."
Levi keluar dari ruangan tanpa menghiraukan yang lain. Dan Aleo membiarkan, agar laki-laki itu meredakan emosinya dulu.
*****
Aleo memakaikam helm pada Alora, perempuan itu pun sejak tadi tak banyak berbicara. Mungkin banyak hal yang sedang terpikir oleh Alora.
"Ra? Mau makan dulu?" Tanya Aleo, karena sejak tadi mereka memang belum makan. "Mau makan nasi goreng ditempat biasa gak, Ra? "
"Iya, yaudah Le" Padahal tadi sudah janjian dengan Renjani dan Acha akan pergi ke Yakini, tapi karena hal tadi, mereka membatalkannya.
Diperjalanan, keduanya banyak diam. Tak banyak berbicara. Dan Alora pun, sedang bingung harus berbicara apa.
****
Aleo duduk dimeja makan rumahnya, ada mamanya yang sedang makan dan juga papanya yang baru datang.
"Gimna keadaan kamu, Le?" Tanya papanya.
Aleo menoleh. "Baik pa."
"Sudah ada niat mau lanjut kemana?"
Aleo menghela nafas. "Belum pa, nnti Aleo coba pikirkan lagi."
Papanya hanya mengangguk, lalu beralih menatap ponsel. Banyak pesan masuk sejak tadi, mama Aleo yang sadar pun bertanya ada apa.
"Kenapa?"
"Bakal ada project besar. Tapi harus saingan sama Reno, kalau aku yang dapat dan berhasil bakal dapet untung besar" Kata Papa Aleo memberitau.
"Dia orang berpengaruh, pasti sulit mengalahkan nya" Kata Mama Aleo.
Papa Aleo menggeleng. "Gak kan sulit selagi aku punya cara untuk menjatuhkan dia."
Aleo yang sejak tadi diam dan tak mengerti hanya melanjutkan makan dengan tenang. Dia memang tidak terlalu peduli masalah perkejaan papanya.
"Dia bakal buat project dipanti," Kata Papa Aleo. "Banyak yang gasetuju, tapi pada gak berani ngomong karena dia orang berpengaruh."
Aleo akhirnya menoleh pada papanya. "Pa? Yang papa maksud panti deket daerah Merak Jingga?"
"Iya Le, panti yang kamu sama temen kamu sering datengin" Kata mamanya. "Kamu udah tau?"
Aleo mulai memikirkan sesuatu. Lalu menoleh pada papanya, teringat papanya barusan mengatakan punya cara untuk menjatuhkan Reno, apa dia harus meminta bantuan kepada papanya?
Mungkin ini satu-satunya cara, untuk dia bisa mempertahankan panti dan anak-anak disana.
Aleo menatap papanya. "Pa, Aleo butuh bantuan papa.."
*****
Kalian jangan lupa vote ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aleo
Teen FictionPada akhirnya kepulanganmu adalah satu satunya harapan yang ku tunggu.