35. Yang harus dimengerti

1.6K 111 6
                                    

Kita adalah
"Menemukan-ditemukan"

34. Yang harus dimengerti

Banyak beberapa temen sekolah yang datang menjenguk Ekal dirumah sakit, juga ada Alora dan teman-temannya.

"Ekal masih belum sadar?" Tanya Tiara menatap mereka yang menggeleng dengan raut wajah yang juga menunggu Ekal sadar.

Renjani menghela nafas. "Kita banyak berdoa aja supaya di cepet sadar."

Cakra membenarkan ucapan perempuan itu. Muncul sosok perempuan paruh baya yang mereka tau itu adalah mama Ekal. "Udah pada makan ini?"

"Udah kok Tan," Jawab Alora dengan senyum ramahnya.

Mama Ekal meletakan beberapa makanan di meja, "ini loh yang cowok-cowok pada pulang dulu, emang gak cape dari kemarin di sini terus" Mama Ekal melihat putranya yang masih terbaring dibrankar. "Ada tante kok yang jagaain dia, kalian semua baiknya pulang dulu istirahat, setelah itu kalau mau kesini lagi setelah kalian udah beres-beres."

Acha meletakan beberapa baju titipan mama Ekal, karena sejak dulu keluarhanya dekat dengan Mama Ekal. "Tante ini ada titipan kue dari mama."

"Makasih ya anak Acha" Ucapnya tersenyum kecil.

Aleo mendekat kearah Ekal, mengucapkan banyak kata-kata didalam hatinya. Tapi entah kenapa yang keluar dari mulutnya hanya satu kalimat. "Kal kita pulang dulu ya, gue tau lo bisa lewatin semua ini" Aleo berpamitan pada mama Ekal. "Tante kami izin pamit pulang dulu ya,"

Mama Ekal tersenyum kecil, semua mulai berpamitan terkecuali Levi karena memang laki-laki itu sudah pulang duluan mengurus sesuatu. "Nanti kami balik lagi kok tan" Kata Ical membut mama Ekal tersenyum harus beruntung anaknya dikelilingi teman-temannya seperti mereka.






Aleo menatap Alora yang masih diam belum mau berbicara padanya, "Ra, kenapa? Gue ada salah ya? Atau karena pesan-pesan lo belum dapet balasan?" Tanya Aleo pada Alora. "Gue lupa bawah handphone gue lagi Ra,"

Alora berjalan mendahului Aleo, Laki-laki itu mempercepat jalannya menyamakan langkahnya dengan Alora. "Ra?"

Alora berhenti lalu berbalik menatap Aleo yang juga menatapnya. "Le kalau gue minta sesuatu sama lo bakal lo iyain?"

Aleo menghela nafas. "Lo mau minta apa Alora?"

"Le jangan terlibat tauran kayak gini lagi, gue ga mau lo terluka Le" Ucap Alora menatap laki-laki itu dengan raut memohon, karena kabar kemarin sungguh membuatnya khawatir. Alora takut jika terjadi sesuatu pada Aleo seperti Ekal.

"Gue gak mungkin diam aja sedangkan temen gue kayak gitu Ra," Ucap Aleo dengan suara pelan. Tau jika perempuan ini khawatir tapi rasanya tidak mungkin dia hanya diam melihat Ekal terkapar lemah dirumah sakit.

"Gue tau, tapi bisa gak sih Le diselesaikan tanpa kekerasan, harus dengan tauran gini? Gimana kalau ada yang terluka lebih parah dari Ekal?" Ucap Alora, entah apa yang perempuan itu pikirkan sekarang, mungkin Aleo akan menyebutnya egois.

Aleo menghembuskan nafasnya pelan, "Ra kita pulang dulu ya? Tenangin diri lo dulu baru kita bicarain lagi setelah ini."

Alora melihat sebuah mobil berhenti didepannya, muncul Acha yang menampakan diri dari balik kaca mobil. "Ra ayo buruan," Kata Acha lalu berarti menatao Aleo "Le, Alora sama gue ya."

"Gue dibareng Acha Le, gue gak pulang bareng lo hari ini."

Alora beranjak pergi meninggalkan Aleo yang masih diam. "Hati-hati Ra," Ucap Aleo pelang yang masih didengar Alora.






*****

Aleo merebahkan tubuhnya dikasur, mulai memikirkan kejadian-kejadian belakangan ini. Matanya di pejamkan sebentar lalu memijit pelipisnya pelan.

Pikiran Aleo beralih pada perempuan yang tadi memilih tidak pulang bersama nya.

Rasanya semenjak kehadiran Alora, banyak hal yang berubah pada diri Aleo. Mulai dari tidurnya yang sudah tidak larut malam, bangun pagi yang lebih cepat, lalu menyukai hal yang juga Alora sukai.

Perempuan itu cantik. Bantinya dengan senyum kecil. Tapi bagaimana jika perempuan itu pergi? Pergi dan mulai menjadi asing? Atau bagaimana jika dia pergi meninggalkan Alora?

Aleo membuang perasaan dan pikiran buruk itu, membayangkan nya saja sudah menyebalkan dan menyakitkan batinnya sejak tadi.

Tapi tentang permintaan Alora tempo waktu tadi, masih terpikir oleh Aleo. Rasanya sulit untuk mengiyakan permintaan Alora yang satu itu, karna menjadi sebuah anggota geng motor itu adalah resiko nya?

Rasanya tidak mungkin dia hanya berdiam diri melihat teman-temannya melawan musuh yang merusak ketenangan Vagos.

Aleo menghelas kasar nafasnya, mulai terasa kantuk di matanya. Aleo mematikan lampu kamarnya, mulai memejamkan matanya walaupun masih banyak hal yang terpikirkan dikepalanya.

Tapi setidaknya malam ini saja, dia butuh tenang, ingin tidur melupakan semuanya sebentar dan dilanjut besok.


*****

Alora hari ini menginap dirumah Acha, karena perempuan ini yang meminta dan kebutuhan keluarga Acha pergi keluar kota.

Sekarang Acha dan Alora duduk didepan indomaret, mereka berdua memang memutuskan disini karna jika dicafe rasanya tidak akan tenang dengan suasana yang ramai. Dua perempuan itu memakan beberapa cemilan, dan meminun minuman yang dingin, menikmati angin malam yang menerpa mereka.

"Jadi Aleo ngeiyain permintaan lo gak Ra?"

Alora menggeleng. "Dia belum jawab Cha," Alora meletakan minumannya, "gue egois gak sih Cha? Padahal gue cuma takut terjadi sesuatu sama Aleo"

"Gue jadi lo juga akan takut sih kalau terjadi sesuatu ke cowok gue yang sering tauran gitu," Acha menurut minumannya sampai habis, lalu membuka botol baru. "Tapi lo bayangin deh Ra. Sebelum kenal lo Aleo lebih dulu kenal Vagos, dan sebelum kenal lo hidupnya emang udah seperti itu."

Alora menghela nafasnya, "lo bener Cha, atau gue yang jadi permasalahannya disini ya, Cha?"

Acha menggeleng, "bukan gitu Ra, tapi coba untuk saat ini lo yang mengerti Aleo dulu, lo boleh larang dia tapi bukan untuk dia jauhin dan ninggalin Vagos,"

"Gue gak minta dia ninggalin Vagos Cha, apalagi ninggalin temen-temennya. Enggak, gue cuma minta untuk dia gak sering tauran sama anak-anak geng lain,"

"Gue tau kok, tapi coba sekali ini lo yang ngalah dulu, ngertikan posisi dia sekarang karna temennya lagi koma Ra, Aleo mungkin juga lagi gak baik-baik aja karena keadaan nya lagi gini."

Alora membenarkan ucapan Acha, mungkin kali ini dia akan mengerti Aleo dulu, Alora berfikir mungkin dia sedikit egois karna posisi Aleo juga sedang tidak baik-baik saja.

"Gue akan coba mengerti dia Cha," Lirih Alora pelan.



*****

Kalian kalo jadi Alora gimana ni?

Satu kata untuk part ini?

Yang mau kalian sampaikan ke Ekal yang lagi koma?

BAYU (bay and see you)

Dear AleoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang