21. Perahu kertas

2.1K 144 4
                                    





Semoga hari ini senyumnya banyak.

21. Perahu kertas

Sore itu di halte Alora masih diam, belum membuka suara sama sekali. Dan Aleo masih setia duduk disamping perempuan itu.

"Jangan lama-lama sedihnya Ra," Ucap Aleo menatap perempuan itu.

Alora menghembuskan nafasnya pelan. "Mau nya gitu Le, tapi gatau kenapa rasanya susah buat hilangin sedihnya."

Aleo mengambil sesuatu dari kantongnya, lalu diberikan nya pada Alora.

"Perahu kertas?" Tanya Alora bingung.

Aleo mengangguk. "Ceritain segala rasa sedih lo ke perahu kertas ini Ra, nanti setiap malem sedih lo akan di bawah perahu kertas ini ke pelabuhan yang jauh. Supaya nya sedihnya gak balik-balik lagi ke lo."

"Emang bisa?"

"Bisa Alora, makanya sedihnya jangan lama-lama, ada yang menunggu terbitnya senyum lo lagi."

Apras tersenyum kecil walau belum sepenuhnya merasa senang. Karena jujur omongan orang-orang membuatnya tak berhenti memikirkan.

"Le lo percaya gua kan?"

Aleo menghadap lurus kearah Alora. "Ra gue akan selalu percaya lo, bahkan ketika seribu orang gak percaya sama lo."

"Makasih ya Le, tapi omongan orang-orang itu...."

Aleo memotong ucapan Alora. "Ra jangan didengerin omongan orang lain yang gak tau yang sebenarnya. Hidup cuma sekali dan jalanin hidup lo tanpa memikirkan omongan-omongan yang buat lo sakit Ra."

Alora menatap sepatunya, dengan kaki yang di ayun-ayunkan di kursi bis. Aleo memang benar tapi Alora tidak bisa berhenti memikirkan omongan mereka, Alora adalah tipe orang yang terbawa perasaan.

"Kalau dunia gak baik sama lo, lo harus baik kediri sendiri Ra" Sambung Aleo.

"Maaf Le, karena udah buat lo khawatir, gue emang suka gak tentu arah gini kalo ada masalah."

"I'ts okay Ra, tapi jangan gini lagi ya jangan buat gue takut Ra kalau ada sesuatu kasih tau gue supaya gue bisa ngerti dan bantu lo Ra."

Alora mengangguk lalu mengajak Aleo untuk segera pulang, karena langit sore mendung.

Aleo memakaikan helm pada Alora. "Ra jangan kebanyakan nangis, muka lo jadi merah-merah gitu."

"Ih Aleo merah gimana sih?"

Aleo tertawa. "Haha merah-merah kayak apa ya Ra?"

"Apasih Aleo garing banget,"

"Mau langsung pulang Ra? Mau makan dulu gak lo belum makan kan?" Tanya Aleo pada perempuan itu.

"Mau makan nasgor mang Ujang gak Le?"

Aleo berlagak memberi hormat pada Alora. "Siap, ayo kita jalan putri malu."

Alora lagi-lagi tertawa, sungguh kehadiran Aleo benar-benar membuatnya senang. Aleo yang selalu mengerti dan selalu paham bagaimana perasaannya.

Dear AleoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang