Akhirnya sampai ke bab 36 huhu:)Di bab ini yok, kita lihat dari sudut pandang Aleo.
36. Aleo yang berteman dengan sepi
Aleo keluar dari kamarnya, sudah rapi dengan seragam sekolahnya, lalu melihat kearah dapur yang dia kira ada mamanya yang mungkin akan menyambut paginya hari ini.
Pagi ini langit mendung, mungkin sama seperti hati Aleo sekarang.
Aleo duduk dimeja makan, memilih hanya memakai satu roti dengan selai, laki-laki itu membuka ponselnya rasanya sepi karna notif dan balasan dari Alora.
Aleo berhenti di lampu merah, ada beberapa orang yang bersebrangan di depannya, namun matanya beralih pada sosok seorang laki-laki dan perempuan berumur dengan putranya.
"Ayah, nanti ajak aku kesana kalau ada waktu!" Tunjuk bocah laki-laki menunjuk banyak beberapa mainan di pinggir jalan.
Ayah dari bocah laki-laki itu tersenyum lebar. "Pasti itu, nanti ayah ajak kesana tapi janji dulu ya?"
"Janji apa?" Tanya bocah Itu.
"Hari ini sekolahnya harus semangat,"
Bocah laki-laki itu mengangguk semangat, lalu bergantian menatap ibunya. "Bu tapi nanti sama ibuk juga ya, kita bertiga kesananya.
Ibu dari anak itu tersenyum kecil, " Iya tapi sesuai janji yang ayah bilang tadi, hari ini semangat sekolahnya nya."
"Iya buk," Bocah laki-laki itu menggandeng dia tangan orangtuanya, lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Lampu sudah berganti warna hijau, Aleo kembali menyalakan mesin motornya. Mengingat kembali kejadian didekat lampu merah tadi, laki-laki itu kembali mengingat momen masa kecil bersama papanya.
Setidaknya papanya pernah ada, pernah mengajaknya bermain bersama mamanya, walaupun Aleo tau mungkin kebahagian yang mereka tunjukan didepannya dulu hanya kepalsuan untuk menyenangkan Aleo semata.
Tapi sekarang Aleo sudah beranjak dewasa, rasanya tidak mungkin menutup mama nya untuk selalu memaninya, Aleo berusaha mengerti mamanya yang selalu berkerja untuknya, jadi Aleo tak akan memaksa mamanya untuk selalu ada di setiap pagi Aleo akan berangkat sekolah.
Aleo hendak memutar motornya berbelok kearah kanan untuk menuju sekolahnya, tapi rasanya tujuannya terasa berat, laki-laki itu memilih mengubah tujuan nya tempat lain dan memilih membolos.
*****
"Penjaran nya apaan abis ini?" Tanya Ical lalu membereskan buku-bukunya, bocah tengil itu sejak tadi mendadak diam karna merasa banyak yang kurang.
Naufal mengakat bahunya. "Gatau, gak liat loster."
"Jadi apa yang lo liat anj, Salma aja kan yang lo liat" Ucap Cakra menatap heran laki-laki itu.
Naufal melirik sekilas ke arah Cakra. "Gue gak obses ke dia Cak, bukan berarti gue suka dia, hidup gue isinya tentang di semua."
"Omongan orang lagi patah hati ya gini," Ujar Ical menambahi "kenapa lo? Dicuekin lagi?"
"Gue liat kemarin dia pulang bareng temen sekelasnya itu," Ucap Naufal dengan raut wajah kecewa, perasaan nya selalu tidak menentu jika tentang cewe cuek itu.
Levi yang sejak tadi diam menepuk pelan pundak laki-laki itu, "itu artinya lo harus mundur, gausa ngebet maju mulu."
"Hahah bener tu kata Levi" Ucap Cakra tertawa. "Cewe banyak bro, modelan Salma emang cuma satu, tapi yang lebih baik dari Salma gak mungkin cuma satu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aleo
Teen FictionPada akhirnya kepulanganmu adalah satu satunya harapan yang ku tunggu.