59. Bukan pilihannya

1.1K 69 3
                                    


59. Bukan pilihannya

"Tante seneng kamu sama Aleo bisa sama-sama lagi" Ujar Ratna tersenyum kecil, wanita berwajah pucat itu menatap Alora sendu. "Kamu baik-baik ya nak sama Aleo, kalain harus terus sama sama saling jaga."

Alora tersenyum kecil, "pasti Alora usahain tan, yang penting tante sehat dulu."

"Gimana kabar mama sekarang?" Tanya Ratna. "Tante denger kamu sekarang tinggal sendiri?"

Alora mengangguk. "Mama baik kok tan, emang sekarang mama tinggal di bandung karena mau ngurus butik yang disana.

Ratna mengangguk paham. "Aleo masih belum balik?"

Alora melihat jam ditangannya, "belum tan. Tadi katanya ke warung depan aja, tapi gak tau sampe sekrang belum balik."

"Lagi ngobrolin apa nih?" Tanya Aleo yang baru datang, lalu menghampiri mereka berdua, lalu memberikan sebungkus makanan pada Alora. "Ra, makan dulu ni."

"Iya, sebentar lagi."

"Mama udah di anter makanan dokter tadi kan?" Tanya Aleo lalu menarik selimut. "Mama istirahat dulu, kata dokter gak boleh kecapean."

Ratna tersenyum kecil. "Iya yauda, kamu temenin Alora makan dulu sana, mama mau tdur."

Aleo tersenyum sendu, lalu tak lama melihat mamanya sudah mulai tertidur. Aleo tersenyum kecil, karena masih bersyukur masih bisa melihat senyum mamanya hari ini.

Alora mengusap bahu Aleo pelan, "mama lo baik-baik aja Le."

Aleo mengangguk yakin, "lalu mengajak perempuan itu keluar untuk segera makan."

Dikantin rumah sakit tidak terlalu ramai, mungkin hanya beberapa orang yang sedang makan seperti Alora dan Aleo.

Aleo menatap perempuan itu dengan senyum kecilnya. "Nasi goreng gak pedes kesukaan lo, Ra."

Perempuan menatap Aleo. Laki-laki ini masih mengingat bagian kecil tentangnya, padahl sudah lama sekali. "Kok lo masih inget?"

"Gue gak bakal bisa lupa hal kecil tentang lo, Ra."

Alora terkekeh pelan, membuka buku nasi gorengnya lalu segera melahap nya.

"Abis ni gue anter pulang ya, lo dari kemarin belum istirahat" Aleo mengambil ponselnya. "Mamananti bakal gantian di jaga sama papa, Ra."

"Iya, yaudah Le."

"Lo besok jugak udah mulai ujian akhir untuk kelulusan kan?"

Alora lagi-lagi mengangguk, dengan mulut masih penuh dengan makanannya. "Lo lanjut kuliah dimana?"

"Lo kemana?" Tanyanya balik.

"Kalau gue dapet biatasiswa gue bakal ke universitas Brigata."

"Lo pinter Ra, gue yakin lo bisa masuk situ." ujar Aleo. "Gue maunya ngambil hukum, Ra."

Alora tersenyum kecil, karena seorang Aleo sudah menemukan hal yang di inginkannya. "Kenapa mau ngambil hukum Le?"

"Karena mama" Jawabnya tersenyum kecil. "Bukan hanya karena itu mau mama Ra, gue juga bisa-bisa aja."

"Gue yakin lo selalu bisa dapetin apa yang udah lo putusin sejak awal" Ucap perempuan itu percaya.

Aleo menatap perempuan didepan nya ini, tersenyum kecil karena Alora masih memberinya kesempatan. Aleo janji setelah ini, setelah kejadian kemarin, apapun masalahnya Aleo tak akan melepaskan perempuannya ini lagi.

"Gue selalu bilang kan Ra, kalau setiap deket lo rasanya tu tenang banget."

Alora mengernyit heran. "Kenapa?"

Dear AleoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang