"Papaaa..." panggil suara kecil itu.
Aduh bersyukur zaman millenial, anak kecil cepat belajar apik menggunakan teknologi.
"Eri... papa kangen sekali sama kamu nak." kataku.
Kami hanya bisa saling bertatapan wajah untuk bertukar rindu lewat layar yang disambungkan oleh kecanggihan teknologi.
"Papa di mana? Kapan Papa mau jemput Eri? Eri mau ikut tinggal sama papa aja nggak mau tinggal di sini." kata anak itu dengan tampang mendengus-dengus kesal.
"Maaf ya nak, nanti kalau papa udah lebih mapan, papa baru bisa ajak kamu." kataku.
"Eh... pah... hm..." anak itu nampak mendekati layar HP sampai mata bulatnya terlihat jelas sepertinya ia memperhatikan sesuatu di wajahku yang aneh, padahal aku merasa aku sudah tidak berpenampilan aneh, aku sudah tidak pakai wig dan sudah hapus makeup, baju tidurku juga tidak terlalu terlihat karena aku hanya menampakkan wajahku saja, mungkin bibirku yang masih agak merah karena lipstik ku susah dihapus.
"Pah... hmmm... itu..."
"Kenapa nak?"
"Papa koq... pakai... anting... kayak mama?? Emang cowok boleh pake anting ya pa??"
"Oh, ini hmm... yaa... nggak apa-apa kan? Eh..." duh aku bingung juga mau jawab apa.
"Eh ya ampuuun Rik... itu anak lu??? Astagaa Rik, cakep bangeet... aduuh pengen punya anak... haiii haii.. sayaaang..." tiba-tiba saja Rosa nemplok di sampingku sambil ikutan menyapa anakku di layar HP. Huh, dasar ini dah yang sebutan gaulnya SKSD PALAPA (Sok Kenal Sok Deket Padahal Kagak Ada Apa Apa).
"Rosa... duh, apa-apaan sih lu, gue lagi urusan keluarga nih." kataku.
"Eh, pah?? Itu siapa??" tanya Eri.
"Eh, nak, ini temen baru papa."
"Kenalin saayaaang ganteng... panggil eke Mama Rosa yaaa..." kata Rosa dengan pedenya.
Anakku malah tertawa-tawa, "eh Mama Rosa temennya papa Riko yaa??"
"Iyaa sayaang... Duh kamu lucu banget, tinggal sini yuk..." kata Rosa yang gelendotan denganku.
Aku yang risih berusaha menyingkirkan Rosa tapi percuma. Tapi sepertinya anakku tidak melihat adanya keanehan dari papanya yang tiba-tiba terlihat bersama wanita lain.
"Ros, udah lu sana deh, ga usah yang aneh-aneh..." kataku.
"Mau donk mama, yang penting bisa tinggal sama papa Riko." kata Eri dengan polosnya. "Paah paah... tuh Eri bisa ikut tinggal di sana kata mama Rosa...!! Jemput Eri dooonk."
Duh Rosa... dasar reseh lu.
"Eh, iya iya sayang, tapi kan kamu harus sekolah dulu, nanti ya pokoknya papa janji bawa kamu, sekarang kan papa minta kamu jagain eyang putra sama eyang putri dulu... Eh, eyang mana??" tanyaku.
"Ada nih..." kata anakku, kulihat layar HP berpindah ruangan dibawa olehnya. Aku langsung mencopot anting-antingku takut ketahuan bapak. Lalu kusingkirkan Rosa yang cengengesan setelah gerecokin aku tadi.
"Pak...? Gimana? Udah terima duitnya dari pak Bagus? Maaf ya Riko baru bisa kirim segitu mudah-mudahan bisa membantu, tolong belikan kebutuhan-kebutuhan Eri ya pak." kataku kepada bapakku.
"Nak, kamu koq kirim duit titip ke tetangga sih?? Kan nggak enak. Kirim pakek WESEL POS aja donk caranya!" kata bapakku.
"Aku malah mau bikinkan bapak rekening bank biar aman simpan duit di Bank pak. Sekarang kan jaman udah canggih." Ya iya lah, zaman udah canggih, buktinya sinyal 4G aja udah bisa masuk kampungku, penduduknya aja yang masih banyak yang ketinggalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banci Terminal
General FictionPERINGATAN: BACAAN KHUSUS 21++ Mengandung unsur LGBT, Transvestisme, Transgender, Transexual, Bigender, Genderqueer. * * * * * * Riko Ivanes memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Indri Arianti, mereka dikaruniai seorang anak lelaki berna...