38 - Rumah Bapak

2.7K 81 15
                                    

"Kamu udah siap dek?" kata kakakku.

"Baiklah kak, sekarang kita lupakan dulu yang namanya Rika Vanessa dan Surya Ariandaru. Kita kembali sebagai Riko Ivanes dan Wulansari Ariani." kataku.

"Iya Rik... tapi... gimana ya kalau mereka melihat kita berdua? Apa yang akan terjadi?" kata kakakku.

"Entahlah... Bismillah aja." kataku.

Kami pun melangkah ke depan pagar rumahku yang hanya sepinggang orang dewasa.

"Assalamualaikum..." kami berdua mengucap salam dari depan pagar, pintu rumah bapak nampak terbuka setengah.

"Waalaikumsalam..." suara ibuku yang menjawab.

"Siapa?" suara bapakku.

Mereka berdua keluar dan akhirnya melihat kami berdua.

Bapak dan ibu terdiam memandang kami berdua yang berada di depan rumah. Kami saling diam-diaman cukup lama, kulihat anakku juga mengintip dari balik jendela.

Aku mulai ketakutan dan bingung, aku saling berpegang tangan kakakku, kami saling menatap. Apa yang akan bapak dan ibu katakan. Kakakku menggenggam erat tanganku seakan ia menenangkan diriku, batinku membaca bahasa tubuhnya, apapun yang terjadi aku bersamamu. Aku menundukkan wajahku, pasrah pada apapun yang akan terjadi.

* * *

"Pak... Bu... kami pulang..." kakakku membuka suara lebih dulu.

"Riko... Wulan..." suara bapak menyapa balik kepada kami berdua. Aku pun mengangkat wajahku.

Aku dan kakakku saling berbalas tatapan. Sepertinya bapak dan ibu baik-baik saja kepada kami berdua.

"Iya pak... kami pulang." kataku.

Seketika itu keadaan mulai terasa emosional.

"Wulan anakku..." sapa bapak dengan suara yang bergetar.

"Sini nak... masuk..." kata ibu memanggil kami berdua.

Akhirnya kami pun masuk ke dalam pekarangan rumah dan langsung menghampiri kedua orang tua kami. Terutama kakakku yang sudah tidak sabar ingin berlari mendekati bapak.

"Bapak... Ibu... maafin Wu..." belum selesai kakakku bicara, kata-katanya sudah terputus. Karena bapak berlari ke arahnya tapi malah melewati dirinya.

"Wulan... putriku... bapak rindu kamu nak..." kata bapak sambil berlari ke arahku dan langsung memelukku. "Wulan... bapak rindu kamu nak." kata bapak sambil memelukku erat-erat.

Seketika itu pula aku dan Wulan pun kaget dan kami berdua saling berpandang-pandangan.

"Riko... Alhamdulillah kamu juga sehat nak..." kata bapak menghampiri Wulan yang sesungguhnya dan langsung memeluknya juga. "Alhamdulillah bapak bahagia sekali kalian berdua akhirnya pulang." kata bapak.

"Anak-anak sayangnya ibu, ayo donk masuk, koq malah diam depan pintu." sambut ibu.

Aku dan kakakku bingung antara kami cemas atau harus bahagia. Entah karena bapakku sudah terlalu tua, dia malah kebalik antara aku dan Wulan, dia mengira kalau aku adalah kakakku dan kakakku adalah aku. Sementara ini hal tersebut membuat posisi kami jadi lebih mudah.

Ibu juga kelihatannya sama seperti bapak, sekilas sepertinya ibu juga tidak menyadari kalau kami berdua tertukar, tapi biarpun demikian kulihat ibu begitu sangat memperhatikan kami, sepertinya hanya ibu yang nampak terlihat mencurigai perbedaan di antara kami berdua. Maklum lah insting perempuan kan lebih kuat dari laki-laki, mata perempuan juga pastinya lebih jeli daripada laki-laki.

Banci TerminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang