Gelap... sunyi... dingin...
Bau kayu bercampur bau amis busuk.
Tubuhku terasa remuk hancur lebur, rupanya aku sedang terbaring lemas di bak punggung belakang truk itu. Ketiga pria bernafsu liar itu telah pergi.
"Eh, kenapa tuh lekong..." kudengar suara lembut-lembut seperti suara wanita.
"Eh... mas... situ nggak apa-apa?? Woi... bisa bangun nggak?? Abis ngapain sih? Koq bau amis gini nih... kayak bau peju..."
Sementara aku masih lemas sulit bergerak.
Tiba-tiba kurasakan tubuhku seperti dibopong, aku dibantu turun dari punggung truk tersebut, samar-samar setengah sadar aku dibawa menuju sebuah kamar, selanjutnya aku ambruk tidak sadarkan diri lagi.
***
Entah berapa lama aku pingsan, begitu aku membuka mata samar-samar kurasakan hawa ruangan yang bau asap rokok. Kulihat sosok berkulit kuning terang, ia nampak santai dengan kaus pendek dan celana hotpants yang memamerkan sepasang paha mulus jenjangnya. Rambut coklatnya yang panjang sebahu tergerai menyamping, bibir merahnya menghembuskan asap-asap putih yang nampak dinikmati dan diresapinya dalam setiap hisapannya.
"Uuuhh..." aku berusaha bangun sambil memegang kepalaku yang pusing. Baru kurasakan tubuhku yang linu-linu semua, terutama pantatku yang mulai terasa perih dan nyeri.
"Kenapa lu telanjangan di belakang truk tadi? Abis ngapain? Mana bau peju... amis banget... lu abis dagang bool... lu lacur lanang? Anak baru di sini? Koq gue nggak pernah lihat?" kata cewek tersebut memburuku dengan pertanyaannya yang bertubi-tubi. Tapi ia tetap dengan santainya duduk di sampingku sambil memakan cemilan kacang goreng dan menghisap rokok kreteknya produksi PT. Gudang Cinta.
"Bukan mbaak... saya bukan lacur, saya abis diperkosa... ada tiga cowok besar-besar yang perkosa saya di sana." kataku dengan polos.
"Ooh... gituu... trus gimana? Enak??" tanya cewek itu lagi.
Kampret banget nih cewek, udah gue korban diperkosa malah ditanyain enak.
"Nih duit lu deh kayaknya..." kata cewek itu sambil menyerahkan uang lembaran ada yang warna merah keunguan ada yang biru-biru juga, dan aku pun terkejut saat ku hitung jumlahnya ada sejuta seratus ribu rupiah. Seingatku uangku sendiri sisa lima ratus ribuan, tapi dompetku, uangku dan barang-barangku yang lain semua masih utuh. Para banteng-banteng liar itu tidak ada maksud merampok hartaku sama sekali, tapi mereka telah sukses merampok keperawanan ku. Lalu, duit ini dari mana?
"Itu gue temuin berserakan di atas tubuh lu. Keenakan ya pertama kali diebol? Sampe lemes pingsan gitu lu... ahahahha..." kata cewek itu sambil tertawa meledek. "Itu uang saweran lu deh kayaknya, biasanya kalo klien puas kan kita dapet duit tipping." kata cewek itu.
Tiba-tiba aku terpana memandang uang-uang tersebut. Aku jadi teringat di kampung aku kerja lelah sebulan baru dapat sembilan ratus ribuan, itu pun kalau aku kerja sebulan penuh kadang aku hanya dipekerjakan satu minggu atau dua minggu, maklum aku kan buruh mingguan sewaktu kerja di kebun dulu. Di sini diperkosa satu malam aja dapat duit gaji sebulan di kampung. Ibu kota memang tempat yang aneh. Jadi secara teknis mereka tidak merampok keperawananku juga sih, tapi membayarnya seperti aku ini seorang lacur. Tapi gue bilang kan gue bukan lacur, apalagi lacur lanang... nyak babe gue nggak pernah besarin gue kayak gini.
"Gimana pantat lu? Sakit?" tanya wanita itu.
Aku mulai merasakan kembali perih dan nyerinya di lubang pantatku, aku takut apakah pantatku sobek atau bagaimana entahlah, semalam tiga buah pentungan jumbo baru saja mengeroyok lubang di selangkanganku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banci Terminal
General FictionPERINGATAN: BACAAN KHUSUS 21++ Mengandung unsur LGBT, Transvestisme, Transgender, Transexual, Bigender, Genderqueer. * * * * * * Riko Ivanes memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Indri Arianti, mereka dikaruniai seorang anak lelaki berna...