12 - Warmang Culinary Business

4K 102 56
                                        

"Eh... elu kan...!!" kata bang Jek saat menatap kepadaku. Matanya terlihat melotot, nanar dan mendelik. "Rosa... ini si... masa sih??"

"Iya... itu si Riko." kata Rosa.

"Astaga Riko... lu beneran jadi ban.. ci..." kata bang Jek.

Sejenak semua terdiam.

"BWAHAHAHAHAHAHA..." tiba-tiba suara tawa bang Jek menggelegar, aku dan Rosa saling memandang.

"Eh... sori... sori..." kata bang Jek sambil mengatur nafasnya. "Soalnya... njiir... ternyata gue nggak nyangka, lu beneran jadi cantik." kata bang Jek.

"Oiya doonk, siapa dulu yang dandanin." kata Rosa.

"Yah, baguslah, lu mending kayak gini aja Rik, daripada jadi cowok laah lu ambyaar. Kalau kayak gini sepertinya lu bakal laku keras." kata bang Jek.

Sial, kata-kata bang Jek jadi membuatku berpikir apa iya aku nggak menarik banget buat jadi cowok.

"Eh, Jek, lu panggil dia Rika ya mulai sekarang, inget tuh." kata Rosa.

"Rika siapa nih?? Masa Rika doank."

"Hmm... eh nama panjang lu siapa Rik?"

"Riko Ivanes..."

"Naah... nama lu mulai sekarang, Rika Vanessa." kata Rosa.

"Wah pas banget cuy, gadis pantura..." kata bang Jek sambil tercengar-cengir. "Tariiik sis..." seru bang Jek sambil menampar pantatku.

Sebetulnya aku harusnya merasa biasa saja ditampar pantat oleh cowok, tapi entah kenapa kali ini aku merasa malu. Apalagi celana hotpantsku yang ketat pas di pantatku membuat remasan tangan bang Jek jadi terngiang-ngiang terus di pantatku yang barusan ditamparnya.

"Udah, duduk sini Rik." ajak Rosa.

* * *

Kuliner Malam

Hari menunjukkan pukul 10:00 malam, tempat itu pun mendadak mulai dipenuhi truk-truk ada yang bermuatan ada juga yang kosong sepertinya baru menurunkan muatan, mereka semua seperti biasa beristirahat di terminal tersebut, memarkir kendaraan pada lapangan parkir dadakan yang disiapkan oleh preman setempat, bayar parkir dan cari secangkir kopi hangat di warung remang-remang.

Terminal bayangan ini jadi seperti 'kawasan wisata' buat para sopir-sopir yang mencari tempat peristirahatan setelah perjalanan panjang, apalagi lama duduk di kursi kemudi bikin isi dalam selangkangan panas bukan main.

Warung-warung pojokan berderet di sepanjang pinggiran terminal termasuk salah satunya warung bang Jek. Warung kopi sederhana ini terdiri dari dua lantai, lantai satu dilihat dari depan sekilas adalah tempat makan seperti layaknya warung-warung pada umumnya, tapi di belakang warung ada kamar mandi umum dan kamar-kamar berupa bilik kecil lebih kurang 2.5 x 2.5 yang hanya disediakan satu tempat tidur berupa matras kapuk. Bang Jek punya lima kamar di belakang dan dua kamar yang sebutannya 'kamar VIP' di lantai 2 karena kamarnya yang paling bagus dan ada kamar mandi di dalam. Warung-warung ini dijuluki "Warmang" alias warung remang-remang, bukan hanya karena pencahayaannya yang sedikit temaram di suasana malam, tapi ya karena remang-remang identik dengan aktifitas mesum, begitulah. Dari semua Warmang hanya beberapa saja yang punya kamar VIP, salah satunya ya punya bang Jek.

Paguyuban Warmang sebenarnya sudah membuat ketentuan agar PSK yang mangkal di warung dipungut setoran 10% dari setiap bayaran klien sebagai "uang perlindungan" atau minimal bayar 100.000 per malam walaupun tidak dapat pelanggan, kalau tidak mereka disuruh mangkal di pinggir jalan trotoar saja.

Tapi Bang Jek orangnya baik hati, ia hanya memungut setoran seikhlasnya makanya banyak yang mau jadi PSK di warungnya, tapi bang Jek sangat selektif, dia hanya memilih wanita-wanita mahasiswi yang benar-benar sangat butuh uang. Bang Jek membatasi jumlah PSK baik wanita maupun waria yang boleh mangkal di warungnya agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial di antara tetangga-tetangganya.

Banci TerminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang