Secara harfiah, malam ini aku benar-benar seorang wanita yang memasrahkan kewanitaanku pada seorang pejantan.
Tetapi, perasaanku benar-benar berbeda kali ini, karena yang akan menggagahiku sudah resmi berstatus suamiku. Ya, ada suatu perasaan yang berbeda. Hasrat dan chemistry yang kurasakan benar-benar sesuatu yang misterius, aneh namun juga indah.
Begitu masuk ke dalam kamar di balik pintu tiba-tiba mas Andra menindih tubuhku ke tembok. Dadaku dagdigdug berdebar hebat, begitu dada bidang mas Andra menindih toketku sampai menyembul terdorong tumpah ruah ke atas di belahan gaunku.
Bibir mas Andra langsung melahap bibirku sepenuh-penuhnya, menciumku dengan seluruh hasrat terpendamnya sampai aku mendongak megap-megap, tapi perasaanku begitu bahagia.
Aku menarik baju mas Andra dan meraba ke balik pakaian tersebut, aku merasakan kulit tubuh cowok yang keras, otot-ototnya yang mengencang. Aku semakin gemas meremas otot dada mas Andra.
"Ummhh... hhmmhh..." aku megap-megap mengimbangi cumbuan mas Andra.
"Ah, Rika maaf..." kata mas Andra yang melepas ciumannya setelah melihatku lemas megap-megap.
"Tidak apa-apa mas, aku kan sudah resmi menjadi istrimu, tumpahkan seluruh hasratmu, gagahi aku, setubuhi aku sampai kamu puas, miliki tubuhku." kataku dengan suara pelan.
Sebenarnya aku bukan megap-megap karena sesak nafas, tapi karena reaksi aneh di dalam tubuhku yang mendadak menjadi panas bukan main. Rasanya aku seperti demam, tapi bukan. Sepertinya entah kenapa aku terangsang begitu hebat padahal kami baru berciuman saja, dan lagi aku tidak mengkonsumsi obat perangsang apapun. Tapi efek kimia di tubuhku seperti sudah mengalahkan obat perangsang dosis tinggi manapun juga. Nafsuku seketika bergejolak, hasrat birahiku rasanya langsung berkobar seperti minyak diciprat percikan api.
Aku menarik mas Andra berciuman denganku lagi. Kali ini mas Andra menggendongku gaya bridal, menggotongku dan membaringkan tubuhku, menindihku di atas kasur. Aku tersenyum saat kami saling bertukar pandang, tanganku tidak mau lepas dari memeluk bahunya yang kukuh.
"Cium aku lagi mas..." kataku.
Kami bergumul sampai bergulingan di kasur, rasanya rambutku sudah acak-acakan, suasana kamar dengan pencahayaan yang sengaja dibuat redup itu penuh dengan suara-suara decak kecupan bibir kami yang saling beradu memagut.
Tiba-tiba kami sudah sama-sama telanjang, pakaian yang tadinya kami kenakan sudah berantakan di samping kiri kanan kasur.
Tanpa perlu dikomando mas Andra lanjut mencumbu dadaku, menikmati setiap jengkal bulatan kenyal bukit kembarku, meremasnya dengan lembut, menjilati dan menghisap pucuk kenikmatanku dengan lembut dan itu sangat nikmat sekali.
Aku mendesah sambil menjambak-jambak mas Andra yang sedang menyusu di toketku, rasa nikmatnya tidak dapat kugambarkan.
"Aaah... Mas... enak banget mas... oohh..." aku tidak peduli, aku ingin mendesah sekencang mungkin sepuasku dan orgasme sebanyak yang aku mau, tidak ada yang lebih nikmat dari bercinta dengan suami sendiri, kepuasan hakiki milikku sendiri.
Aku tidak mengijinkan mas Andra pergi dari memberikan kenikmatan toketku sebelum aku mendapat puncak pelepasan yang kuinginkan. Aku menikmati dikenyot sambil mengelus-elus vaginaku yang ternyata sudah beceknya bukan main. Tiba-tiba jemari mas Andra ikut bermain di sana, jemari tersebut dengan lihainya bermain dengan klitorisku, membuat vaginaku berdenyut seperti ada yang membengkak.
"Aahh... mas... uuh... mo pipisss..." kataku.
Mas Andra semakin kencang memijat dan memilin sampai akhirnya aku gemetar dengan nafas tertahan di dadaku. Vaginaku meleleh cairan sampai basah bukan main, sepertinya aku mendapatkan orgasme pertamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banci Terminal
Ficção GeralPERINGATAN: BACAAN KHUSUS 21++ Mengandung unsur LGBT, Transvestisme, Transgender, Transexual, Bigender, Genderqueer. * * * * * * Riko Ivanes memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Indri Arianti, mereka dikaruniai seorang anak lelaki berna...