Pertemuanku dengan mas Andra sepertinya bukan menjadi sebuah pertemuan biasa, sekarang ia semakin sering menemuiku, tentu saja ia selalu mencariku di warung bang Jek. Tetapi ia bukan menyewaku untuk berhubungan badan.
Ia selalu mengajakku keluar entah untuk pesta dugem atau sekedar makan malam, walaupun kami sempat cium-ciuman making out pada saat mabuk tapi tidak pernah terjadi sampai berhubungan badan kalau memang tidak sama-sama saling mau.
Kadang kalau aku malas keluar, ia hanya memintaku untuk duduk-duduk saja menemaninya mengobrol semalam suntuk. Entah kenapa selalu ada hal yang bisa kami bicarakan, walaupun hanya obrolan ngalor ngidul nggak jelas. Karena tinggal di kota aku jadi tidak udik seperti waktu di kampung, banyak wawasan yang kudapat dari pergaulan.
Mas Andra sering bercerita tentang pekerjaannya di Kalimantan dan alam pulau Borneo yang penuh petualangan dan tantangan. Jadi ingat film tentang ular raksasa yang konon katanya mengambil shooting di tengah hutan bakau daerah Kalimantan selatan. Entah kenapa aku juga sangat tertarik mendengar ceritanya, mungkin karena aku juga punya fantasi ingin pergi bertualang ke sebuah tempat yang jauh dari peradaban, aku punya hasrat terpendam ingin melepaskan fantasi liarku di alam bebas.
Sepertinya aku memang sudah merasa kalau ia bukan mencariku untuk sekedar bersenang-senang, lebih tepatnya ia seperti sedang pedekate denganku.
Mas Andra seringkali membuatku kesengsem, membuatku merasa dirayu seperti seorang wanita, membuatku merasa diperlakukan juga seperti wanita. Dari caranya berbicara denganku, memandangku, memegang tanganku, membelai pipiku dan memainkan rambutku.
* * *
Hadiah
Ia sering membawakan hadiah untukku setiap ia datang dari Kalimantan, ada gelang mutiara air tawar, gelang perak, anting batu safir, dan semua barang asli kualitas pure, bukan KW super apalagi kaleng-kalengan. Yang paling unik adalah bongkahan kecil batu bara yang dikemas bungkusan rapih kotak yang ada ukiran ala khas suku Dayak, sebenarnya ini buat pajangan saja sih.
Seringkali aku merasa aneh, seorang Riko menerima semua pemberian cowok yang memperlakukannya seperti layaknya seorang wanita. Tetapi... sebenarnya itu semua adalah pemberian untuk Rika, walaupun kenyataannya aku adalah Riko tetapi sepertinya jati diriku di sini sudah tidak lagi diakui sebagai Riko.
Awalnya kami selalu bertemu di warung bang Jek. Mas Andra selalu mengantar jemput diriku di sana. Tetapi lama kelamaan aku membiarkannya mengantar sampai ke rumah kosanku. Sekarang mas Andra tahu di mana aku tinggal. Aku membiarkannya setelah kuanggap rasa percaya sudah mulai muncul dalam diriku. Aku menganggapnya sebagai rasa percaya, tetapi entahlah, jangan-jangan diriku justru sebenarnya merasa nyaman?
Aku merasa seperti sedang dirayu... dirayu... dan dirayu... sampai pada titik di mana akhirnya aku luluh. Kenapa perasaanku bisa seperti ini? Apakah jiwaku sekarang benar-benar berubah menjadi seperti seorang wanita?
* * *
Pacaran?
Suatu hari Rosa sedang tidak pergi mangkal, ia melihatku yang diantar pulang mas Andra. Begitu aku berada di depan pintu kamar dan sedang membuka pintu ia langsung ikut nyelonong masuk.
"Lu pacaran ya sama mas Andra?" tanya Rosa.
"Eh, pacaran? Kagak lah, kita temenan doank." kataku.
"Ah, masa sih? Dia kayaknya ngejar-ngejar lu tuh, dia nggak mungkin cuma sekedar klien cinta satu malam." kata Rosa.
"Tapi... masa iya gue pacaran sesama cowok." kataku.
"Emang lu merasa cowok ketika berada di samping mas Andra?" tanya Rosa sambil tertawa-tawa kecil.
Aku jadi terdiam mendengar perkataan Rosa.
"Eh... mana ada cowok dandan cantik, kelakuan feminim, manja dan gelendotan seperti wanita." balas Rosa.
"Ah, gue kan melakukan itu cuma sebatas peran gue sebagai wanita jejadian. Seperti yang udah biasa gue lakukan selama ini." kataku.
"Nggak... nggak... no.. no.. Rika sayang... aku tau sifat yang dibuat-buat sama kelakuan yang benar-benar muncul dari perasaan. Sebenarnya lu juga suka kan sama mas Andra." kata Rosa.
Aku memandang memicing kepada Rosa.
"Ros... lu... sehat??" kataku.
"Maksud loee??"
"Tumben lu ngomongin perasaan..."
"Eh, cong, gini-gini gue juga punya perasaan." balas Rosa.
"Ah, tumben, biasanya mulut lu mah isinya ngaco." kataku.
"Sialan lu cun."
Tapi... masa iya sekarang aku benar-benar tidak pantas disebut cowok. Kira-kira masih bisa nggak ya aku kembali jadi Riko lagi.
"Udah, jalanin aja, siapa tau si Andra itu serius sama lu, rejeki lu tuh bisa dapat pacar kalau emang dia cowok yang baik. Sukur-sukur dia mau melamar lu jadi istrinya udah deh lu berhenti dari kehidupan malam seperti ini." kata Rosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banci Terminal
General FictionPERINGATAN: BACAAN KHUSUS 21++ Mengandung unsur LGBT, Transvestisme, Transgender, Transexual, Bigender, Genderqueer. * * * * * * Riko Ivanes memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Indri Arianti, mereka dikaruniai seorang anak lelaki berna...