61 - Sebuah Rencana

1.9K 66 45
                                    

"Tidak... aku tidak akan membiarkan mereka hidup bahagia." ucap Indri sambil menghembus-hembuskan asap dari sebatang rokok menthol merk Malbora.

"Buat apa sih kamu masih sibuk mengurus kehidupan mereka?" ucap seorang lelaki yang masih terbaring telanjang di samping Indri. Lelaki itu adalah Sukocok, bos pemilik sebuah club malam tempat Indri bekerja. Skandal Indri dan bosnya sudah menjadi rahasia umum dan bukan hal yang aneh maupun menghenrankan. Bosnya juga sudah kecanduan berat bercinta dengan jepitan hangat selangkangan Indri yang begitu sangat memabukkan.

"Kalau kamu nggak mau bantu aku ya udah, aku cari orang lain." kata Indri.

"Bukan begitu sayang... tapi... ah, buat apa sih melakukan tindakan kriminal seperti itu? Kamu bisa dipenjara seumur hidup kalau sampai kamu ketahuan. Aku bukan tidak ingin membantumu, tapi aku cukuplah dengan bisnis dunia hiburan saja, aku tidak ingin mendapat kesulitan lebih jauh dengan pihak berwenang." tegas Sukocok.

"Baiklah, kalau gitu kamu jangan halangi aku mas, aku akan minta tolong ke mas Bintang." kata Indri.

"Anak Raden Kejang itu?" kata Sukocok.

"Ya. Dia ketua preman di Maliobaru." kata Indri.

"Hei semua orang juga tau kalau Maliobaru itu sudah dikuasai oleh Raden Genjot dan ketua premannya adalah Surya Ariandaru."

"Huh... siapa sih Surya itu? Dan apa hubungannya dengan Riko mantan suamiku itu..." gumam Indri. "Ah, tapi aku yakin Bintang mampu menumbangkan Surya, ia bilang begitu." kata Indri.

"Ya sudah terserah kamu. Tapi aku tidak bisa membantumu, aku tidak ingin resiko menyerahkan anak buahku untuk urusan tersebut." kata Sukocok.

"Ya kalau gitu setidaknya kamu bantu aku dengan uang saja, aku butuh uang untuk membayar preman-preman anak buah Bintang." kata Indri.

"Oke kalau begitu, tapi ingat! Aku tidak ingin terlibat sama sekali!" tegas Sukocok.

* * *

Lantas Indri pun pergi mengatur pertemuan dengan Bintang.

"Apa? Wanita bernama Rika itu jadi mantan suami kamu? Jadi Rika itu banci?? Terus kamu dulu menikah dengan banci?" tanya Bintang yang terkejut.

"Ah, dulu dia nggak kayak gitu waktu masih jadi suamiku, cuma dulu tuh dia emang cowok yang payah, lugu, cengeng dan culun aja, mana aku tau kalau dia bakal beneran jadi banci." balas Indri. "Udah, kamu mau bantu aku apa nggak?? Bayarannya nggak main-main nih." tanya Indri lagi.

"Kamu, mau menculik anak itu? Kamu mau macam-macam dengan keluarganya Surya?" tanya Bintang yang terkejut.

"Kenapa emangnya? Kamu takut sama lelaki bernama Surya itu? Siapa sih dia? Emangnya kamu nggak ada apa-apanya dibanding dia?" balas Indri.

"Oh... eh... t—ten... tentu tidak... mana aku takut sama si Surya itu, dia nggak ada apa-apanya." balas Bintang walaupun sesungguhnya ia paling kecut sejagad badai raya menghadapi Surya walaupun ia memiliki tubuh yang jauh lebih tinggi, besar dan kekar dibanding Surya.

"Eh, koq kamu bilang Eri itu keluarganya Surya? Emang ada hubungan apa lelaki bernama Surya itu dengan mantan suamiku?" tanya Indri.

"Nah, itu aku nggak tau, tapi yang kutahu anak itu sangat dekat dengan Surya semenjak mereka datang ke Jogja." kata Bintang.

"Oke, yang penting sekarang ini rencana kita." kata Indri yang menyerahkan sejumlah uang, lalu ia pun menjelaskan rencananya.

Indri kembali merencanakan penculikan Eri, ia ingin Bintang dan anak buahnya untuk membantunya, tentunya dengan bayaran yang sangat memuaskan. Indri menyusun rencana untuk membakar rumah Rika dan membunuh mas Andra dengan terlebih dahulu mengeluarkan Eri tentunya.

Banci TerminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang