Tidak terasa empat bulan lamanya sudah aku menjalani kehidupan baruku sebagai Rika Vanessa, tanpa sadar aku mulai semakin terbiasa dengan semua barang-barang kewanitaan, bahkan sekarang aku sudah nyaris lupa dengan pakaian cowok.
Aku sendiri tidak tahu kenapa aku malah malas untuk kembali pakai pakaian cowok, kalau di kamar kos sehari-hari aku malah lebih nyaman pakai tanktop dan hotpants atau daster pendek ketimbang celana boxer atau kaus singlet layaknya cowok.
Aku sudah pernah mencoba membeli baju cowok lagi dan memakainya, tapi kaus singlet cowok malah sekarang terasa begitu kasar dan panas di tubuhku, apalagi CD cowok walaupun aku sudah beli bahan yang bagus tapi ketika memakainya rasanya selangkanganku malah gerah, gatal, dan tidak nyaman. Semua baju cowok kaus, t-shirt, celana, semua tidak ada yang nyaman di tubuhku, semua terasa berat, gerah, keras, kasar dan malah membuatku gatal-gatal. Yang ada malah akhirnya kubungkus baju-baju tersebut di kotak khusus dan kuletakkan di pojok lemari saja.
Rosa sering menertawakanku saat aku mencoba memakai kembali baju cowok, yang membuatku heran kenapa bagian pinggul dan pantatnya kini terasa sempit, aku heran melihat tubuhku yang semakin empuk membesar di bagian pinggul yang melingkar ke pantat. Apa ini gara-gara Rosa yang sering menggoda dengan meremas dan menampar pantatku.
Setiap selesai mandi saat aku bercermin sambil mengeringkan rambut panjangku, di sana yang kulihat adalah pantulan wajah serupa gadis-gadis yang sering kulihat di kampungku, padahal aku belum bermakeup. Gadis berkulit putih paras melayu dengan rambut panjang tebal bergelombang. Aku malah jadi kembali teringat mantan istriku.
* * *
Memoriku lagi-lagi melayang kepada masa laluku; kelas satu SMP aku mendekati wanita pujaan hatiku itu, aku merasa ia adalah pilihan hatiku, jodohku di masa depan. Aku terkejut ia menerima ajakanku untuk berpacaran, aku melihatnya sebagai anak gadis yang baik-baik dan polos, ia berkata padaku kalau ingin pacaran baik-baik, saling menjaga jarak karena belum muhrim, pacaran tapi seperti berteman dekat saja, aku menghargai keinginannya justru aku merasa tidak salah pilih calon istri masa depan.
Tapi suatu hari ia minta untuk putus, katanya ia merasa bosan dan ingin menemukan kembali jadi dirinya dulu, ia ingin tetap berteman saja denganku. Keesokan harinya ia sudah terlihat bersama lelaki lain, anak paling populer di kampung yang bernama Sutampan anak sulung dari pak Tampanudin sang juragan tanah di Desa. Sutampan sudah 3 kali tinggal kelas, seharusnya ia sudah kelas 3 SMP tapi ia selalu gagal dalam ujian kenaikan kelas, walau demikian ia tetap anak cowok paling populer di kampung. Sewaktu jadian dengan Sutampan, Indri terlihat begitu mesra, apalagi Sutampan satu-satunya yang punya motor pada kala itu.
Indri sering pulang bareng dengan Sutampan dibonceng motor Yangmahal RX Raja, motor yang bensinnya paling boros dan perlu minyak tambahan juga di tangki sampingnya. Sudah minum bensin masih kurang juga perlu minum minyak juga, motor macam apa sih itu, buat apa sih beli kendaraan super boros macam begitu. Udah gitu knalpotnya asapnya seperti kabut putih obat pembasmi serangga.
Setiap aku lewat depan rumah Sutampan pada sore hari aku sering melihat mereka berdua keluar untuk jalan bareng, dan rambut Indri selalu basah seperti habis keramas setiap keluar dari rumah Sutampan. Aku bingung kenapa rambut Indri selalu basah setiap kali keluar dari rumah Sutampan. Lalu mereka boncengan mesra menempel sampai tidak ada celah bahkan untuk lalat lewat sekalipun, di boncengan belakang malah masih ada sisa saking rapatnya Indri ku berpelukan dengan Sutampan. Breeenngg... ditinggalkanlah diriku bersama asap putih Yangmahal RX Raja itu.
Suatu pagi kulihat Indri yang murung dan menangis sendiri, sewaktu kuhampiri ia berkata kalau ia sudah putus dari Sutampan. Pantas saja kulihat Sutampan juga sudah membonceng dedara dari kampung sebelah, gadis penari bernama Ratu Ayu. Aku pun mengajak Indri untuk berpacaran lagi denganku dan ia mengiyakan untuk kembali padaku. Ia juga berkata ingin kembali berpacaran baik-baik, menjaga jarak dan batas kemuhriman. Jadilah waktu itu aku menghiburnya hanya dengan duduk di sampingnya, sewaktu aku meminta untuk memegang tangannya ia berkata, "jangan dulu mas Rik, cukup duduk aja temenin aku disebelahku, nanti kalau kita udah sah baru kita bebas melakukan apa aja." begitulah kata Indri. Aku bahagia mendengarnya, kuharap ini kembali menjadi awal yang baik untuk hubungan kami kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banci Terminal
General FictionPERINGATAN: BACAAN KHUSUS 21++ Mengandung unsur LGBT, Transvestisme, Transgender, Transexual, Bigender, Genderqueer. * * * * * * Riko Ivanes memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Indri Arianti, mereka dikaruniai seorang anak lelaki berna...