Yogyakarta
Kembali sejenak ke saat kejadian satu malam sebelumnya, saat Surya baru saja selesai bertelpon dengan Rika.
Ia masuk ke kamar dan melihat Rosa dan Eri yang sudah tertidur.
Putra tunggal adiknya itu kini sudah masuk kelas 3 SD, setelah kemarin dijemput dari kampung, akhirnya sekarang Eri melanjutkan sekolahnya di Jogja. Rika menitipkan Eri pada Surya untuk mendaftarkannya ke sebuah sekolah, tetapi ia berpesan pada kakaknya itu agar jangan mendaftarkan Eri ke sekolah umum.
"Jangan daftarkan Eri ke sekolah yang hanya menghargai dua warna kak... Karena anak ini, ia sangat spesial, ia punya banyak warna, tidak hanya merah, tidak hanya putih. Ia punya warna yang indah dan sangat banyak seindah pelangi." kata Rika saat malam sebelum keberangkatannya ke Thailand.
"Iya, benar dek... anak ini unik." kata Surya.
"Daftarkan ia ke sekolah milik Yayasan Pelangi itu kak." pesan Rika.
"Ah, benar juga." balas Surya.
"Iya, biar dia bisa berkembang dan dunia bisa melihatnya."
"Betul... biar orang dapat melihat pelangi yang ada dalam dirinya."
"Betul..."
Eri pun didaftarkan di sebuah sekolah yang dikelola oleh Yayasan Pelangi. Eri dimasukkan ke sekolah tersebut karena hanya sekolah tersebut saja yang menerima anak-anak yang 'berkebutuhan khusus'.
Yayasan pelangi punya prinsip sebagai lembaga pendidikan yang mengedepankan prinsip utama pendidikan sebagai sarana utama untuk mendidik dan menjadi jalan keluar bagi semua masalah yang dihadapi anak didik. Tujuan pendidikan bukan untuk mengumpulkan yang sudah pintar dan mampu membayar saja.
* * *
Dini hari Eri terbangun dengan tubuh penuh keringat, tengah malam itu tiba-tiba tidurnya menjadi tidak tenang, ia terbangun dan tidak dapat melanjutkan tidurnya. Ia melihat di sampingnya Rosa dan Surya yang masih tertidur lelap. Eri pun bangun sendiri dan hendak mengambil minum.
PRAANGGG...!! suara gelas yang mendadak jatuh dan pecah.
"Eh, kenapa tuh?" Rosa terbangun karena terkejut dan Surya pun ikut terbangun. Mereka berdua melihat Eri yang terdiam memandang gelas yang pecah di depannya.
"Astaga... Eri, nggak apa-apa?" tanya Rosa yang langsung menggendong Eri menjauh dari pecahan gelas tersebut.
"Mama..." panggil Eri dengan suara yang lirih dan tatapan mata yang kosong namun berkaca-kaca.
"Eri kenapa sayang? Eri koq ga bangunin mama Rosa sama om Surya sih? Eri abis mimpi buruk?"
Surya dengan cepat menyingkirkan pecahan gelas dan membersihkan sisa-sisa serpihan beling yang berserakan.
"Eri nggak apa-apa?" tanya Surya.
Rosa memeriksa tubuh Eri yang syukurnya tidak terluka sedikitpun.
"Nggak apa-apa." kata Rosa sambil memeluk Eri yang tiba-tiba menangis sambil terus memanggil mamanya.
"Mama... Mama Rika... Hiks... hiks..." panggil Eri.
"Eri kangen sama mama ya? Sabar ya sayang..."
"Mama Oca... Eri mimpi buruk lagi..." bisik Eri di pelukan Rosa.
"Ush... ush... udah sayang, itu cuma mimpi. Mama Rika baik-baik aja, Eri selalu doain mama kan sayang?" hibur Rosa.
Eri mengangguk, tapi pikirannya masih dipenuhi kecemasan akan mamanya yang nun jauh di negeri seberang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banci Terminal
General FictionPERINGATAN: BACAAN KHUSUS 21++ Mengandung unsur LGBT, Transvestisme, Transgender, Transexual, Bigender, Genderqueer. * * * * * * Riko Ivanes memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Indri Arianti, mereka dikaruniai seorang anak lelaki berna...