27 - Momen Kalung Mutiara Di Tepi Kolam

4.3K 85 73
                                    

Jogging

Pagi ini Rosa mengajakku berdua ke taman kota terdekat untuk olahraga jogging mumpung udara segar pagi hari yang sangat limited edition di tengah udara ibu kota yang sudah terkontaminasi asap-asap polusi.

Taman tersebut adalah taman tempat di mana pertama kali aku dikerjain Rosa gara-gara disuruh beli rokok taunya malah ditinggal, katanya itu ujian mental buatku.

Olahraga jogging bagus buat memproduksi keringat supaya detoks racun-racun di tubuh apalagi kami banyak mengkonsumsi rokok dan minuman keras di malam hari. Di samping itu juga karena lari adalah kategori olahraga kardio, jadi bagus buat jantung biar tubuh nggak cepat loyo.

Setelah jogging mengitari taman, sekitar jam 7 pagi aku dan Rosa mencari pedagang sarapan pagi, tukang bubur ayam gerobak yang mangkal di depan gang sempit bernama gang Senggolbacokceria yang ada di dekat taman tersebut, gang tempat aku pesta mabuk dan akhirnya bercinta gila-gilaan dengan seorang pria bernama Oskar di sebuah kamar losmen. Pertama kalinya aku memasrahkan tubuhku kepada seorang cowok dan aku menikmatinya.

"Nah tuh si kang Burhan, tukang bubur yang belum juga naik haji." kataku.

Kang Burhan terinspirasi jadi tukang bubur setelah menonton sebuah tayangan sinetron yang ceritanya tentang seorang pengemudi Bajaj yang kemudian alih profesi jadi pedagang Bubur yang kemudian berhasil berangkat menunaikan ibadah Haji, tapi ia bingung kenapa hidup nggak kayak sinetron, mau naik haji aja susah banget, duitnya nggak sampai-sampai.

"Eh Rika sama mbak Rosa, apa kabar?" sapa Burhan.

"Biasa kang, dua, pedes ya."

Dahulu aku pertama kali ditinggal di taman ini aku takut sekali, tapi sekarang kalau sedang tidak nongkrong di warung bang Jek aku ya mainnya ke taman ini dan party di club malam yang ada di gang ini.

Selesai makan, kami ngopi-ngopi sambil ngebul Gudang Cinta Filter dan mendengar gosip tentang hilangnya Oskar.

"Katanya sih menurut kabar yang beredar dia dibunuh sama seorang preman yang menjadi musuh bebuyutannya. Tapi katanya mayatnya tidak pernah ditemukan." kata Burhan bicara dengan berbisik.

Gila kehidupan zaman sekarang ini, kalau memang benar demikian mencabut nyawa semudah mencabut rumput. Mungkin ini salah satu faktornya adalah gara-gara andil dari developer game ternama asal Amerika, Rockstar Game, yang gamenya banyak ada di rental-rental game warnet. Tapi mereka berkilah katanya mereka justru bikin game tersebut karena terinspirasi dengan kehidupan semacam ini. Ah, ribetnya dunia.

* * *

Hpku bergetar-getar di sakuku.

"Eh, mas Andra telpon." kataku.

Rupanya hari ini mas Andra datang lagi dari Kalimantan, mas Andra mengajakku berlibur dan menginap di sebuah hotel bintang empat yang ada di tempat wisata pantai di ibu kota. Kebetulan saat itu ia jg ada konvensi bisnis dan malam terakhir ia habiskan dengan liburan bersamaku.

Setelah ditelpon, aku pun langsung mengajak Rosa pulang karena aku harus menyiapkan barang-barangku.

"Mo ke mana lu Rik?" tanya Rosa.

"Hm... mau jalan..."

"Ciyeee... sama pangeran dari Kaltim yaa..." ledek Rosa.

"Aaahh... emang kenapa sih? Gue kan biasa jalan sama cowok." kataku.

"Tapi... koq muka lu merah Rik?? Wakakakaka... Rika jatuh cinta..."

Ah sial, masa sih muka gue merah?

"Jalan sama cowok biasa, tapi... jalan sama someone special itu baru sesuatu laah." ledek Rosa lagi.

"Ah... nggak ah biasa aja, nothing special." kataku.

Banci TerminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang