"Oh... gitu?" tiba-tiba mas Andra nampak terkejut.
"Kamu juga suka main sama banci mas?" tanyaku.
"Nggak sih." katanya.
"Lho tapi?"
"Tapi yang penting orangnya cantik aku suka." balasnya.
"Eh, maksudnya?" tanyaku lagi.
"Sudah jangan banyak tanya." ucapnya.
Lalu tanpa babibu mas Andra kembali menciumku sampai melumat-lumat. Aku pun juga tidak mau banyak tanya karena aku juga butuh kenikmatan malam ini, jadi anggap aja ini azas saling memanfaatkan.
"Ke hotel yuk." katanya berbisik kepadaku.
"Eh, katanya kamu nggak suka banci?" tanyaku.
"Hm, ah sudahlah..."
"Kamu gay mas?"
"Kalau aku gay aku nggak mungkin tertarik sama gadis cantik." katanya lagi.
"Kamu mabuk? Aku juga cowok lho."
"Ah, bisa nggak sih kamu nggak banyak omong." balasnya.
"Hm, ya udah, aku cuma nggak mau kamu tiba-tiba mendadak berubah pikiran."
"Udah deh, ini cuma kencan satu malam, sekali ini kamu mau nggak?" tanya mas Andra lagi.
Aku mengangguk pelan, ini kencan random alias kencan buta pertamaku. Tanpa bayaran dan tanpa unsur paksaan, tapi dengan kesadaran dan niatku sendiri untuk sebatas having fun.
"Ya udah ayo ikut aku." kata mas Andra lagi.
"Hotel mana?"
"Di belakang sini ada hotel ayo." katanya sambil menyeretku keluar club dan kami memutari luar club lewat jalan trotoar. Mas Andra berjalan sempoyongan sambil kupegangi, ia jelas mabuk berat, sementara aku entah kenapa walau aku minum begitu banyak tapi aku hanya tipsy-tipsy saja, sepertinya karena aku terbiasa mabuk berdua Rosa.
Kami pun tiba di hotel yang sudah dibooking tersebut, mas Andra yang sudah mabuk berat tidak keruan menyuruhku meminta kunci kamar miliknya kepada petugas Resepsionis. Kuseret mas Andra yang sempoyongan sampai tiba ke dalam kamar.
Begitu sudah berada di dalam kamar tanpa babibu mas Andra langsung menarikku ke atas kasur dan kami pun berciuman sambil saling bergulat guling-gulingan sampai aku yang akhirnya ditindih di bawah. Mas Andra menarik membuka dressku dengan cara yang seksi, ia menarik ke atas kain dressku sangat perlahan sambil mencium dari pusarku perlahan naik ke dadaku, semakin ke leherku dan menjilati di lapisan kulit tipis di leherku. Tanpa kusadari aku sudah telanjang sisa BH dan CD.
"Tubuh kamu... seksi banget... aku suka." katanya.
Aku hanya diam saja, terserah deh apa yang mau dilakukan cowok ini malam ini padaku, mungkin juga ia dalam pengaruh alkohol, mabuk dan sange berat. Ia menciumku lagi sambil meremas-remas dadaku, anehnya aku semakin menyukai saat dadaku disentuh dan diremas-remas, rasa gelinya nikmat bukan main apalagi saat putingku dielus-elus dimainkan dengan ujung jari.
Tanpa melepas BHku ia menarik keluar dadaku, aku merasakan putingku yang keluar dari cup BH ku, lalu kurasakan putingku semakin basah dikulum bibir lembut mas Andra, aku pun mengerang sampai kejang melengkung.
"Aaahhhhnnhh!!!" entah kenapa rasanya nikmat dan jauh lebih nikmat dari sebelum-sebelumnya, aku tidak ingat sejak kapan dadaku mulai semakin terasa sensitif terutama di bagian putingku.
Mas Andra berpuas menjilati setengah tubuhku dari dada sampai ketiak mulusku pun jadi jadi sasaran sapuan lidahnya, dan aku baru tahu kalau dicumbu di kulit tipis di lipatan tangan itu rasanya nikmat sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banci Terminal
General FictionPERINGATAN: BACAAN KHUSUS 21++ Mengandung unsur LGBT, Transvestisme, Transgender, Transexual, Bigender, Genderqueer. * * * * * * Riko Ivanes memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Indri Arianti, mereka dikaruniai seorang anak lelaki berna...