Dedicated for Transgender FTM
Btw chapter ini ada adegan Brother/Sister Complex yaa. Jadi buat yang brocon/siscon allergic... hmm... tahan-tahan aja deh ya.
***
Mendengar semua kisah mbak Wulan aku dan Rosa hanya bisa terdiam, sampai rokok sudah habis satu bungkus dan kopi tinggal ampas.
Setelah itu mbak Wulan berdiri dan melepas pakaiannya.
Seketika aku langsung menganga mendelik melotot melihat tubuh kakakku.
Entah apa yang dilakukannya dengan tubuhnya, yang pasti tubuhnya sekarang penuh lekukan kontur otot yang terbentuk meliuk-liuk di tubuhnya, otot lengan bisep, trisep, bahu yang lebih berisi, otot punggung yang tebal, pinggang yang lebih berisi sampai kontur tubuh wanitanya tertutup oleh kemaskulinan yang sekarang membungkus tubuhnya. Apalagi bagian perutnya yang rata ditambah deret tonjol lekuk garis roti sobek.
Aku sampai menelan ludah berulang kali, wajahku langsung rasanya panas, tubuhku langsung gerah sendiri ketika melihatnya padahal seharusnya itu tubuh wanita dan itu tubuh kakakku sendiri.
Bahkan Rosa pun tidak berani menoleh dan memandang tubuh kakakku.
Kecuali bagian toket yang masih belum dapat dihilangkan sepenuhnya kalau tidak diangkat dengan cara bedah, tapi toket kakakku tergolong sangat kecil.
Rupanya Mbak Wulan sudah tidak pernah memakai BH semenjak ia menjadi Surya, ia mengikat toketnya dengan kain bebat, kulihat ia melepas kain bebat itu dengan perlahan dan kini ia benar-benar telanjang setengah badan. Toketnya masih saja sangat kecil nyaris seperti tidak ada, hanya tonjolan lancip kecil masih seperti toket anak remaja yang baru mulai tumbuh.
Tapi mirisnya ada banyak goresan bekas-bekas luka di sekujur tubuhnya, nampak sekali kalau ia penggemar berkelahi dan yang pasti perkelahian ekstrim yang tidak hanya melibatkan tangan kosong tapi sudah bacok-bacokan, terlihat dari bekas luka torehan benda tajam di sekujur kulit tubuhnya.
"Sorry ya... nggak apa-apa kan gue telanjang dada dulu sebentar." katanya sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan tau-tau ia sudah terlelap tidur, nampaknya ia kelelahan sekali.
Sedari tadi tidak henti-hentinya aku menelan ludah melihat deretan otot berbaris di perut mbakku yang rata dan berkulit coklat mengkilap itu. Kalau bukan kakakku rasanya ingin kutiduri saja. Tapi aku segera menampar-nampar wajahku sendiri untuk kembali meluruskan pikiranku, karena selain ia adalah kakak kandungku, ia juga adalah kaum yang berselangkangan rata, tidak akan ada benda menonjol tegak menjulang kalau aku pelorotin celananya.
Aku kembali memperhatikan kakakku yang masih tertidur, di satu sisi aku merasa miris, hatiku merasa sedih luar biasa melihat kakakku yang jadi seperti itu karena tekanan hidup, nasibnya sebenarnya tidak jauh berbeda dari apa yang kualami, kami hanya menjalaninya dengan cara yang berbeda. Aku benar-benar tidak pernah menyangka kalau kakak perempuanku akan menjadi seperti ini.
"Rik... sorry, kayaknya mending gue balik ke hotel duluan aja ya. Biar nggak kemaleman, kasihan tuh si Epan biar dia bisa istirahat juga." kata Rosa.
"Hm, iya deh Ros. Makasih ya udah temenin gue." kataku.
Setelah Rosa pergi aku kembali ke dalam menemani kakakku yang masih tertidur lelap, sepertinya ia lelah sekali, seluruh tubuhnya berkeringat sampai terlihat mengkilap, semakin membuatku greget minta ampun. Akhirnya aku menutup tubuhnya sedada dengan selimut tipis lalu aku mencoba mencari sesuatu untuk mengalihkan perhatianku.
Kamar kakakku sepi banget, cuma ada radio, terus dia hiburannya apa? Masa nonton yutub doank? Eh, radio kan hiburan juga ya. Iseng-iseng kucoba menyalakan radio tersebut, tapi channel yang tertangkap entah kenapa gelombang radio yang siarannya bahasa Jawa semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banci Terminal
General FictionPERINGATAN: BACAAN KHUSUS 21++ Mengandung unsur LGBT, Transvestisme, Transgender, Transexual, Bigender, Genderqueer. * * * * * * Riko Ivanes memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Indri Arianti, mereka dikaruniai seorang anak lelaki berna...