Aku yang baru tiba di sekolah Eri terkejut melihat Eri ditarik-tarik oleh seorang wanita berpakaian dress ketat sepaha dengan dandanan yang menor.
"Hei... siapa kamu? Lepasin anakku!!" teriakku sambil menarik tubuh wanita itu menjauhi anakku.
"Siapa kamu!? Eh... kamu...!!!" katanya.
Ia nampak terkejut begitu melihatku, tetapi aku pun juga tidak kalah terkejut, kuperhatikan dengan benar-benar wajahnya dan aku yakin kalau wanita berdandanan menor itu adalah Indri mantan istriku.
"Kamu... tunggu... siapa kamu?? Masa iya kamu??" Indri menunjuk kepadaku.
"Indri... kamu, ngapain di sini?" kataku.
"Kamu siapa? Masa kamu Riko??" tanya Indri.
"Iya, ini aku Riko. Apa yang kamu lakukan di sini Indri!?"
"Riko!? Astaga!! Kenapa kamu berpakaian seperti ini?? Dan penampilanmu?? Astaga Riko? Itu toket asli???" Indri terbelalak melihat ke arah dadaku yang membuatku sedikit malu sampai menutup belahan dadaku, tapi dalam hati aku bangga juga.
"Riko!! Apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu juga seperti ini?? Kenapa kamu berubah jadi waria??" tanya Indri lagi.
"Apapun yang terjadi padaku, apa pedulimu?" kataku dengan santai.
"Astaga Riko!! Aku tidak percaya mantan suamiku jadi waria!!" seru Indri.
"Emangnya kenapa? Kamu ngapain di sini? Apa yang kamu lakukan pada Eri?" tanyaku.
"Apa? Aku ini ibu kandungnya, aku bebas donk untuk ketemu anakku."
"Ya, benar, kamu memang ibu kandungnya, selama ini kamu bebas untuk ketemu Eri kapan pun kamu mau, tidak ada yang pernah melarangmu, tapi kamu ke mana? Kamu tinggal nggak jauh dari Eri, selama ini aja nggak pernah mengunjungi Eri di rumah bapak dan ibu." kataku.
Indri terdiam.
"Terus apa yang kamu lakukan di sini? Mana suamimu yang kaya raya itu? Si anggota hewan yang terhormat itu?" tanyaku dengan ketus.
"Kamu nggak dengar berita di televisi?" balas Indri dengan datar.
Ya selama ini kan aku tinggal di Thailand, mana aku tau berita apa yang terjadi di tanah air, aku juga jarang menonton TV.
"Pak Ade sudah ditangkap! Si bodoh itu... ternyata dia koruptor... tikus pemakan uang negara... dasar bodoh. Seluruh pejabat daerah di Desa Sambungranjang semuanya ditangkap karena terbukti juga melakukan praktek korupsi." kata Indri dengan nada yang sangat bete.
"Oh, gitu... yah harusnya kan kamu udah tau, semua orang di kampung juga udah pada tau, sudah jadi rahasia umum dari mana kekayaan wakil-wakil rakyat yang tidak pernah merakyat itu. Sesuai namanya... anggota hewan, ya akhirnya pantas lah masuk kandang." kataku dengan santai.
"Riko... aku ingin kembali bersama mu dan Eri. Aku menyesal atas apa yang kulakukan dahulu."
"Apa yang kau katakan itu?" kataku.
Tiba-tiba Indri mendekatkan tubuhnya kepadaku, tentu saja aku kaget dan malah risih. Dadanya menempel di dadaku.
"Hei... apa yang kamu lakukan?" tanyaku.
"Ayolah Riko... terima aku kembali bersamamu." kata Indri. "Wow... tetekmu gede banget..." kata Indri yang melotot melihat belahan dadaku.
"Iya, tapi... eh... Indri... lepaskan aku!" kataku.
"Hm... aku tidak keberatan deh suamiku waria, ayo kita bersama seperti dulu Riko." ucap Indri.
Seketika aku terbayang trauma masa laluku.
Sekelebat kejadian saat Indri putus dari Sutampan, aku sekarang baru tau saat itu Sutampan mencampakkan Indri setelah puas mendapatkan keperawanan Indri, memang begitulah cowok-cowok muda brengsek pada masa itu, puas mendapatkan tubuh pasangannya mereka mencari mangsa baru. Indri yang sudah dicampakkan oleh Sutampan itu minta balik kepada diriku.
Kejadian ini pun kini mau terulang lagi, "karena dicerai oleh Ade si anggota hewan itu jadi sekarang kamu mau kembali padaku? Huh, apa yang kamu pikirkan?" kataku dengan dingin.
Indri nampaknya kesal, karena Riko yang sekarang sudah bukan Riko yang lemah, cengeng dan mudah terpengaruh seperti dulu, cobaan hidup telah menghajar mentalku sedemikian rupa.
"Riko sayang, apa yang kamu pikirkan? Aku hanya memikirkan anak kita..." balas Indri. Nada bicaranya terdengar layaknya rayuan gombal.
Aku tidak pernah seumur hidup melihat Indri merayuku, yang aku tau ia selalu bicara dengan nada-nada yang ketus. Aku malah geli melihatnya merayuku dan lagi... huh, ia sedang merayu waria? Apa yang ada dalam pikirannya?
"Kalau kamu masih mau jadi ibu bagi Eri, silahkan kunjungi dia. Tapi, maaf aku tidak bisa kembali padamu." kataku.
"Kenapa Riko sayang? Aku nggak apa-apa koq punya suami waria seperti kamu, toh kamu juga dari dulu emang udah culun dan cengeng, laki tapi kayak cewek, tidak perkasa dan jantan seperti mantan-mantanku, aku paham koq, tidak apa-apa." kata Indri enteng.
"Kamu mau balik sama aku karena kamu sekarang melihat banyak hal yang berubah ya? Kamu lihat rumah bapak ibuku yang sekarang berubah menjadi mewah? Kebun bapakku yang semakin luas? Ibuku yang semakin cantik dan perhiasannya sekarang lebih banyak dari milik ibumu? Kamu dari dulu hanya melihat harta materi saja Indri." kataku pelan.
"Diam kamu Riko! Huh... kamu tidak tau bagaimana perasaanku sekarang." balas Indri dengan ketus.
"Aku tau, aku mengerti perasaanmu kecewa dan terpuruk karena segalanya tidak berjalan seperti yang kamu inginkan. Sekarang suamimu dipenjara, harta kalian habis, bapak dan ibu mu bangkrut, kalian semua bingung... Sudahlah Indri, aku berharap kamu tobat dan berubah. Kalau kamu mau jadi ibu yang baik bagi Eri silahkan, aku tidak melarang. Tapi aku tidak bisa dan tidak akan menjadi suami mu lagi." kataku.
Sepertinya Indri terhenyak mendengar kata-kataku. Wajahnya terlihat kesal dan matanya nanar.
"Ayo Eri, kita pulang." kataku yang menggandeng Eri.
"Riko... tunggu!!" teriak Indri.
"Indri Arianti!! DENGAR BAIK-BAIK!! Namaku bukan Riko lagi, mulai sekarang panggil aku Rika." kataku.
"Apa!? Rika?? Jadi Rika itu kamu!!?? Apa-apaan kamu Riko? Kamu sudah jadi banci dan kamu jadi mama pula buat Eri? Kamu sakit jiwa Riko." seru Indri.
"Terserah apa kata kamu Indri." kataku yang hendak berlalu.
"Oh ya, satu hal lagi... Indri, tolong jangan ganggu hidupku lagi, karena sebentar lagi akan... menikah." kataku.
"Apa?? Menikah?? Apa maksudmu!?" seru Indri.
"Aku akan menikah dengan calon suamiku yang akan jadi ayah sambung juga buat Eri." kataku.
"Riko!! Kamu memang sudah gila!" balas Indri.
"Dengar Indri... Aku akan tetap menjalin hubungan baik denganmu, aku selalu berharap kamu berubah jadi orang yang lebih baik, tapi itu terserah kamu Indri. Yang pasti aku tidak akan pernah melarang kamu untuk mendekati Eri karena kamu tetap ibu kandungnya." kataku.
Lalu kami berdua pun berlalu.
"Riko... tunggu Riko... Aaaarrgghhh..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Banci Terminal
General FictionPERINGATAN: BACAAN KHUSUS 21++ Mengandung unsur LGBT, Transvestisme, Transgender, Transexual, Bigender, Genderqueer. * * * * * * Riko Ivanes memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Indri Arianti, mereka dikaruniai seorang anak lelaki berna...