17 - Kenalan

4.3K 96 47
                                        

Aku pergi ke sebuah tempat wisata malam yang berada di sebuah gang di Selatan Jakarta. Rosa pernah mengajakku kemari dan sebenarnya selama ini aku hafal jalannya tapi aku tidak pernah berani keluar sendiri. Tapi malam ini aku memberanikan diri keluar sendiri tanpa Rosa, entah apa yang kupikirkan tapi aku merasa seperti ingin bebas melepas penat dan beban pikiran di kepalaku.

Sebut saja tempat itu bernama Gang "M", di sana ada banyak club hiburan malam, cafe, disko dan karaoke. Sebenarnya apa yang kulakukan di sini? Kalau aku tampil cowok mungkin aku cari PSK, tapi sepertinya pejantan kelas bawah macam diriku, jangankan sama wanita biasa, mungkin sama PSK aja aku nggak laku walaupun sekarang aku punya duit. Hm... aku bukan mau cari PSK, aku hanya ingin mencari hiburan.

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Kuparkir motor di depan sebuah club disko yang asal saja kupilih dan dengan percaya diri aku melangkah masuk, aku jalan biasa saja menembus hingar bingar orang-orang yang berjoget sambil mabuk. Sembari aku lewat ada saja yang mencolek-colek diriku entah itu mulai dari om-om, mas-mas, bahkan sampai ada cewek yang juga sama-sama berdandan menor sepertiku ikut mencolek-colek diriku. Tapi aku yang sekarang sudah bukan aku yang lugu dan polos ketakutan seperti dulu, sekarang aku cuek dan kubalas melirik nakal, kalau yang mencolekku cowok hanya kubalas senyuman saja meskipun mereka berharap aku mendekati mereka, tapi kalau yang mencolekku cewek sengaja saja kucolek balik, sepertinya beberapa cewek itu ada yang lesbi atau mungkin mereka sengaja menggoda karena ada yang tahu aku banci.

Aku jadi teringat sewaktu pertama kali Rosa mengerjai aku ditinggal di sebuah taman sampai aku akhirnya digiring ke club remang di gang senggol samping taman itu, dan... hmm... aku jadi ingat Oskar yang jadi teman kencan dadakanku saat itu. Sekarang aku sudah tidak takut seperti waktu itu, aku malah ingin menantang siapa yang berani mendekatiku dan mau mengajakku main malam ini.

Di sudut club itu aku hanya duduk minum di meja bar sambil menyulut Gudang Cinta Filter di kotak bungkus yang berisi 12 batang. Sebenarnya aku hanya ingin mabuk saja malam ini.

* * *

Sewaktu duduk aku sempat lihat-lihatan, istilahnya curi-curi pandang gitu deh. Ada seorang cowok dengan potongan rambut seperti tentara, bentuk muka nampak cetakan rahang yang kotak standar maskulin, wajahnya bersih hanya ada bekas cukuran di dagu. Ia duduk di meja bundar, tadinya kulihat ia bersama seorang wanita, tapi apapun yang dibicarakannya dengan wanita menor berpakaian serba mini itu sepertinya tidak berjalan lancar, wanita itu tiba-tiba meninggalkannya.

Aku tidak memperhatikannya lagi hingga tiba-tiba cowok itu sudah berada di sampingku. Tapi malam ini aku tidak ada niatan jualan jadi buat apa aku mendekatinya.

"Pesan birnya satu lagi mas." kata cowok itu.

Aku menoleh sejenak melihat ke arahnya, ia juga melirik ke arahku.

"Pesan satu lagi buat mbak yang ini." katanya kepada bartender di bar tersebut.

Bartender dengan cekatan membukakan botol dan menuangkannya di gelasku. Lalu cowok itu tersenyum kepadaku dan mengajakku untuk toss. Aku membalas senyumannya dan mengikuti ajakannya.

Ting... suara gelas di tanganku dengan botol di tangannya dan kami pun minum bareng.

"Andra..." katanya kepadaku sambil mengajakku bersalaman.

"Rika..." balasku sambil menyambut jabat tangannya. Lelaki itu menjabat tanganku dengan lembut, tanganku begitu terlihat kecil dalam genggamannya. Entah kenapa aku tersentak kaget saat ia menggenggam tanganku sambil menatapku seakan sedang menusuk masuk ke dalam tubuhku. Ia membuatku terdiam begitu lama dalam posisi kami yang saling bertukar pandang.

"Ah, sori... kenapa mas?" kataku yang langsung mengembalikan kesadaranku dan menarik tanganku kembali.

"He..he..he..." ia hanya tertawa kecil sambil meminum kembali minumannya.

Kami pun tidak lama larut dalam obrolan hingga berpindah, joged bareng waktu musiknya asik, lalu kembali duduk minum-minum dan makan cemilan tapi kali ini pindah ke meja bundar yang lebih santai. Walaupun peminum tapi mas Andra ternyata bukan perokok, sedangkan aku malah jadi perokok semenjak bergaul dengan Rosa.

Nampaknya aku sudah mulai pusing dan setengah mabuk gitu deh, bahasa gaulnya tipsy-tipsy. Sepertinya mataku sudah lima watt dan cara bicaraku sudah sedikit ngaco. Tapi sensasi mabuk itu sungguh aneh, justru semakin tipsy membuat suasana mengobrol jadi semakin santai dan begitu banyak hal yang bisa dibicarakan.

Malam semakin larut dan sudah menunjukkan pukul 2:00 dini hari, club akan tutup jam 3:00, semakin malam musik dan suasana club rasanya semakin asik. Entah karena aku yang semakin mabuk atau suasananya yang memang membuat larut dan asik.

Tapi aku semenjak mengenal hiburan malam aku jadi menyukai sensasi mabuk, pusing-pusing tapi isi kepalaku seperti terasa ringan dan lapang. Jam setengah tiga pagi aku benar-benar sudah larut dalam suasana mabuk, lantai dansa di club juga semakin ramai dan sesak, aku berjoged sampai mandi keringat sama mas Andra yang juga sama-sama mabuk. Sepertinya kami tidak hanya berjoged tapi malah sudah bercium-ciuman making out. Aku juga membiarkan mas Andra yang meraba-raba dadaku.

Aku begitu nafsu birahi tingkat dewa saat berciuman dengan mas Andra, aku sudah siap sebenarnya kalau mas Andra mau menyeretku ke hotel malam ini. Semua orang di sekelilingku nampaknya mabuk dan tidak ada yang saling memperhatikan, di kiri kananku juga banyak yang ciuman cipok-cipokan making out lebih hot sampai ada raba-raba toket pasangannya.

Lalu mas Andra menarikku ke sudut pojokan yang gelap dan menindihku di tembok. Ia semakin bernafsu mencium dan meraba seluruh tubuhku.

"Tung... tunggu mas..." kataku yang menahan tangannya.

"Kenapa?"

"Mas udah tau kan?"

"Tau apa??"

"Aku banci mas..."

Banci TerminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang