"Ah, bapak ini..." kami saling malu-malu.
***
"Oh iya mas, ini pak Bagus, dulu beliau mantan bosku waktu aku masih kerja di kampung." kataku memperkenalkan lelaki yang melamar mantan istriku itu.
"Oh, iya, senang berkenalan dengan anda." kata mas Andra yang akhirnya tidak ambil pusing.
Sementara aku dan pak Bagus diam-diam saling menyembunyikan pandangan malu kami karena kami masih sama-sama teringat kejadian 'khilaf nikmat' tempo hari. Antara harus menyesal atau mengenang... jadi bingung. Tapi aku tidak mau suamiku tau, jadi aku menutup mulut rapat-rapat.
* * *
Selesai makan kami pun berdansa bersama di lantai dansa yang telah disiapkan.
Aku melihat di sana ada kakakku yang berpasangan dengan Rosa, juga Ecchi dengan om Sandi. Aku, mas Andra, Indri dan pak Bagus ikut join ke tengah-tengah lantai dansa.
Kami saling bertukar pasangan dansa, aku juga menarik bapak dan ibuku untuk ikut ke lantai dansa walaupun bapakku canggung karena tidak mengerti dansa slow dance modern, malah ibuku yang bisa (karena ibuku suka nonton di yutub).
Aku juga berdansa dengan anakku. Indri pun juga kuajak ikut berdansa dengan Eri.
Malam itu anakku pakai tuxedo cowok, harusnya ia terlihat tampan tapi tetap saja ia nampak cantik karena rambutnya yang panjang dan wajahnya yang feminim. Orang yang tidak kenal dia malah mengira dia anak cewek.
Aku minta ijin pada mas Andra untuk berdansa dengan mantan istriku, tidak ada yang aneh dari cewek dan cewek yang saling berdansa. Akhirnya para lelaki jadi duduk mojok sambil menonton kami berdua.
Indri memelukku dengan mesra, membaringkan kepalanya di bahuku. Aku melihat suamiku dan calon suami Indri yang melihat kami berdua, aku tidak dapat menafsirkan ekspresi mereka, antara mereka cemburu atau aneh melihat sesama cewek yang slow dance berpelukan mesra. Indri yang menyadari hal itu juga mengangkat wajahnya melihat cowok-cowok kami yang duduk satu meja menonton kami.
"Dansa gih cowok sama cowok koq malu? Kita aja cewek nggak malu dansa sesama cewek." kataku.
Sementara wajah para lelaki itu nampak canggung.
"Tuh kan ah... jadi cowok nggak seru... banyak jaim nya." kataku yang meledek.
Akhirnya om Sandi yang berdiri dan menantang mas Andra untuk berdansa dengannya. Spontan hal itu membuat aku, Ecchi, dan Rosa berteriak histeris.
"Woow... ayoo... mas Andra... majuu!" teriakku.
"Ayo bro... ngapain malu..." kata om Sandi. Karena ia sudah terbiasa melihat cowok dan cowok dansa di Thailand dan tidak ada hal aneh. Baru dansa kan, belum bobok bareng... gitu katanya.
Tapi... ya... mas Andra tetap aja tidak mau.
"Aaaaahhh... paayaaaahhhh... huuuuuu..." kami pun saling bersorak kecewa.
***
Setelah lelah kami pun mojok ke sebuah meja dan minum-minum bersama, tp meja itu isinya cuma kami-kami aja para cewek-cewek rempong yang comel, julit dan berisik. Ada aku, Rosa, Ecchi, juga mami Lulu (anaknya yang namanya Via udah keluyur nggak tau ke mana). Indri terbingung bengong melihat pergaulanku yang sekarang. Tentunya sangat berbeda jauh 180° dari karakterku yang dahulu dikenalnya.
"Ros... ini Indri mantan istri gue." kataku. Akhirnya Rosa bertemu muka langsung dengan Indri.
"Hai, saya Indri." sapanya kepada Rosa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Banci Terminal
General FictionPERINGATAN: BACAAN KHUSUS 21++ Mengandung unsur LGBT, Transvestisme, Transgender, Transexual, Bigender, Genderqueer. * * * * * * Riko Ivanes memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Indri Arianti, mereka dikaruniai seorang anak lelaki berna...