45 - Berangkat

2.5K 74 15
                                        

Jakarta

Usai liburan di Jogja, selanjutnya aku ingin mengajak anakku jalan-jalan melihat ibu kota Jakarta. Sekalian dari Jakarta aku akan melanjutkan perjalananku untuk berangkat ke negeri gajah putih agar aku dapat menuntaskan impianku. Kakakku juga ikut ke Jakarta untuk mengantarku dan melepas kepergianku. Kami berangkat ke Jakarta dengan pesawat dari Jogja, ini juga pengalaman pertama buat anakku naik pesawat terbang. Besok dia sudah bisa cerita sama teman-temannya kalau dia sudah pernah bepergian naik pesawat.

Saat kami landing di Cengkareng, aku terkejut karena kami dijemput oleh Supirman, aku dan Supirman sempat saling bertukar pandang, aku yakin dia ingat diriku, tapi Pirman nampak diam saja. Ia menaikkan koper ke bagasi bagasi mobil dan membukakan pintu untuk kami.

Rupanya setelah om Ken meninggal, Supirman yang menganggur kemudian direkrut oleh mas Andra karena supir mas Andra yang sebelumnya mendadak mengundurkan diri. Syukurlah akhirnya Supirman dapat pekerjaan lagi karena mas Andra, tapi kuharap Pirman tutup mulut soal om Ken. Hm.. tapi aku yakin Pirman yang polos dan lugu ini tidak akan berani macam-macam.

Kami pun langsung menuju rumah mas Andra yang ada di daerah Senopati Jakarta Selatan, rumah yang dulu dibelinya demi melamar mantannya yang bernama Lora. Tetapi hubungan mereka tidak berjalan lancar karena Lora ketahuan berselingkuh karena sebuah alasan yang konyol.

Ya, kejadian kala itu Lora selingkuh dengan alasan hanya untuk menggenapkan angka skor bercintanya supaya tidak kalah dengan mas Andra. Karena mas Andra mengaku sudah pernah bercinta dengan 50 mantannya selama ia berpacaran, sedangkan Lora baru bercinta dengan 49 mantannya, jadi agar bisa menyamai mas Andra dia mencari selingkuhan hanya untuk menggenapkan skor bercintanya supaya 50-50.

Mereka pun putus pada malam di mana aku pertama kali bertemu dengan mas Andra yang sedang mabuk di bar yang ada di kawasan merah gang "M".

Menurutku sih ya lumayan konyol juga, karena biar bagaimanapun kan masa lalu ya masa lalu. Lagian sih aneh, ngapain buka-bukaan soal mantan, aku aja nggak ingat berapa kali aku sudah bercinta dengan pria-pria yang tidak kukenal. Tapi itu semua kan masa laluku, dan aku masa bodo juga dengan masa lalu mas Andra.

Sayang sekali padahal rumah ini lumayan bagus, tidak terlalu besar, punya dua kamar tidur dan halaman belakang dan tentu saja garasi mobil. Tapi mas Andra sudah mau mengontrakkan atau mungkin sekalian saja menjual rumah ini. Kebetulan sih karena aku juga tidak berminat tinggal di ibu kota, aku lebih memilih tinggal di Jogja saja, dekat dengan kakakku, dan dekat juga kalau mau pulang kampung. Eri juga kurasa lebih baik sekolah di Jogja.

Dalam perjalanan pulang kami mampir ke sebuah restoran gerai fastfood untuk membeli makanan take away karena kami ingin makan di rumah saja dan tidak keluar lagi agar bisa istirahat cepat malam ini.

Malam harinya setelah makan kulihat mas Andra mengobrol-ngobrol dengan kakakku, aku membiarkan saja mereka berdua berbincang-bincang, biasalah pasti 'urusan cowok' pikirku dalam hati. Aku lupa, aku sudah pernah bilang belum ya kalau kakakku itu perempuan, apakah mas Andra mengira kalau kak Surya itu benar-benar cowok? Perlu aku kasih tau nggak ya... ah biarin aja deh.

* * *

Jalan-jalan ke Mall

Keesokan harinya aku mengajak anakku jalan-jalan menikmati suasana ibu kota, aku mau mengajaknya jalan ke mall juga, sekalian aku janjian juga sama Rosa untuk ketemuan di sana.

Singkatnya siang itu kami pergi ke sebuah Mall di pusat kota. Rosa juga sudah tiba di sana dan kami pun langsung ketemuan.

"Mama Rosa..." Eri berteriak menyapa begitu melihat Rosa dari jauh. Aku kaget anakku yang belum pernah bertemu Rosa bisa hafal betul tampang Rosa padahal mereka selama ini hanya video call saja.

Banci TerminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang