50 - Gadis Cantik

2.2K 69 157
                                        

"Eh, anu... mbak siapa ya?" tanyaku.

Kulihat cewek imut-imut itu mendekatiku sepertinya seumuran denganku.

"Kenalin aku Ecchi, aku temannya Rosa. Kami berdua dulu ngebanci bareng di terminal." kata cewek imut-imut bernama Ecchi itu.

Oh, jadi ini yang namanya Ecchi itu, anak yang sering dibicarakan oleh mami Lulu dan Rosa selama ini. Aku mulai mengobrol berkenalan dengan Ecchi, kami berdua ternyata seumuran, hanya saja ia sudah hidup membanci lebih dahulu di usia yang lebih muda dariku.

"Koq Ecchi bisa ada di sini?" tanyaku.

"Iya kebetulan kan suamiku lagi ada urusan bisnis di sini terus Rosa kabarin aku katanya ada Rika di Rumah Sakit ini, aku putuskan buat mampir ke sini jadi kita kan bisa kenalan deh."

"Makasih ya Ecchi udah tengokin aku."

"Nggak apa-apa, aku bakal lama di Bangkok, jadi bisa temenin kamu sampai kamu sembuh. Sakit ya? Sabar ya Rika sayang, proses penyembuhannya nggak lama koq, cuma harus sabar aja. Yang penting jangan stress pikirkan yang happy-happy aja." kata Ecchi.

"Iya Chi." kataku lemas.

"Jangan lemes donk, sabar ya setelah melewati semua ini kamu kan akhirnya jadi seorang wanita yang sempurna." kata Ecchi.

Aku tersenyum, aku teringat kembali dengan motivasi dan semangatku agar bisa kembali ke tanah air dan menjalani kehidupan baruku sebagai pendamping hidup mas Andra dan ibu bagi Eri anak semata wayangku.

"Nah, gitu donk, senyum kan cantik. Eh... dulu aku juga dioperasi di sini koq, pokoknya sekarang yang penting Rika sabar dan setelah kamu sembuh nanti kamu akan merasakan bersenang-senang sebagai dirimu yang baru." kata Ecchi. "Aku bakal temenin Rika di sini, tenang aja. Kita kan keluarga, kita harus saling memperhatikan satu sama lain." kata Ecchi sambil menggenggam tanganku.

* * *

Hari-hariku ditemani oleh Ecchi yang rutin membesuk diriku, biasanya Ecchi datang pagi atau siang hari tergantung waktu luangnya, dan ia akan kembali ke hotelnya pada sore hari. Tidak terasa sudah hampir satu bulan aku hanya bisa terbaring dan kalaupun bangun aku hanya bisa duduk, suntikan demi suntikan dan berbagai jenis obat setiap hari rutin kukonsumsi dengan harapan aku cepat sembuh, tapi rasa sakit di selangkanganku belum kunjung reda.

Kadang aku merasakan rasa sakit luar biasa yang datang dan pergi. Ketika rasa sakit itu datang, rasanya sungguh luar biasa perih nyut-nyutan membuatku meringis begitu kesakitan yang teramat sangat, dokter hanya bisa memberi obat penahan rasa sakit dalam dosis yang diperbolehkan, dokter sendiri hanya bisa mengatakan kalau itu adalah rasa sakit yang disebabkan komplikasi dan katanya itu wajar terjadi.

"Ecchi, kenapa aku masih sakit juga ya? Apakah ini wajar?" tanyaku.

"Sabar ya sayang, ini kan proses yang harus kamu lalui." kata Ecchi yang berusaha menghiburku.

"Dok, apakah ini wajar, tidak ada keanehan pada tubuhku?" tanyaku kepada Dokter yang didampingi oleh Med Ru Himpong.

"Sabar Rika, kita akan berusaha yang terbaik." balas Med Ru Himpong.

Aku berusaha tetap tenang dan berpikir jernih, juga mengingatkan diriku akan akhirnya yang indah nantinya, tetapi saat memandang ke bawah rasa panikku kembali menyerang. Perban yang ada di bawah sana terlihat merah bercak darah yang sangat banyak, walaupun perawat selalu rutin membersihkan lukaku dan mengganti perban itu.

* * *

Di Ruangan Lain

Tiga orang dokter sedang berdiskusi soal hasil operasi pasien mereka yang bernama Rika Vanessa. Mereka semua berdiskusi di ruangan tertutup dan bicara dalam bahasa Thailand.

Banci TerminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang