18

472 84 0
                                    

Semua tokoh milik J.K Rowling kecuali Tokoh yg w buat.

[•••]

Lyra membenarkan duduk nya dan menyibakkan selimut yg menutupi dirinya. Ia mengumpulkan nyawanya yg belum kembali seutuhnya. Gadis itu tersenyum kala melihat selimut itu.

"Better then before?" Lyra menoleh ke belakang sofa dimana terdapat Snape yg sedang berjalan ke arahnya dengan secangkir kopi panas. Lyra mengangguk singkat dan menatap Snape yg sekarang duduk di hadapan nya. Snape sudah berpakaian rapi dengan pakaian hitamnya dan jubah kelelawar itu.

Syukurlah ia tak bertanya.

Kata Snape dalam hati sambil menyesap kopinya. Sebenarnya dini hari tadi ia tidak bisa tidur karena terdapat seorang gadis yg berada di ruangan nya. Sehingga membuat Snape harus mengacak rambutnya frustasi dan mengikuti perkataan hati terdalamnya untuk melihat sekilas apa yg sedang dilakukan gadis itu. Alhasil Snape memberinya selimut karena tidak tega melihat gadis itu tidur di sofa.

"Profesor?" Lyra menatap Snape sambil mengusap pelan kelopak matanya. Snape menaikkan satu alisnya.

"Aku akan kembali sekarang. Terimakasih untuk semuanya, Sir. Sampai jumpa nanti." Lyra beranjak dari sofa dan menuju pintu setelah Snape membalas dengan anggukan.

Lyra menghela nafas gusar. Ia berjalan menuju asrama Slytherin. Beberapa murid sudah lalu lalang di koridor. Lyra memasuki asrama.

"Kau kemana saja, Lyra?" Terence yg duduk di sofa segera berdiri. Begitu pula dengan Adrian dan Lucian. Mereka sudah siap dengan seragam dan jubah mereka. Lyra hanya tersenyum kecut menanggapi tatapan mereka yg bertanya tanya.

"Kalian duluan saja." Jawab Lyra kemudian ia segera meluncur ke kamarnya. Untung kamarnya sudah sepi, sehingga ia tidak di hujani pertanyaan pertanyaan oleh ciwi ciwi itu. Bahkan Vodka sudah berkelana entah kemana.

Lyra menghempaskan tubuhnya di kasur dan memejamkan kedua matanya. Ia tidak memiliki minat sarapan pagi ini. Pikiran nya terpenuhi dengan bagaimana cara nya membantu Potter malam ini. Bagaimanapun juga ia tidak dekat dengan Potter. Bahkan ia pun murid Slytherin yg diyakini Potter adalah house para Villain.

Ia merutuki langit yg memilih dirinya. Setidaknya cari lah mangsa yg dekat dengan Potter ataupun yg berada di asrama selain Slytherin. Ini membuatnya susah untuk membantu si Potter itu. Bahkan ia tak memiliki keberanian yg begitu besar.

Lyra berdecak kesal dan mengacak acak rambutnya. Kemudian ia memutuskan untuk mandi dan bersiap siap untuk kelas profesor Sprout setelah ini.

[•••]

Hari ini Lyra sama sekali tidak fokus dengan pelajaran nya. Ia mengikuti kemana pun Potter pergi. Bahkan ia mengikuti Potter yg sedang ke kamar mandi. Ia menunggu didepan, nggak sampai masuk lah. Privasi!

Pikiran nya penuh tak memberinya istirahat. Ia terus menerus mencari bagaimana cara memberitahu Potter. Makan siang pun ia hanya memakan permen, tak ke aula. Bahkan bibir bawahnya sampai meninggalkan bercak merah bekas ia gigiti.

Malam ini Lyra berada di kamarnya. Jam malam sudah lewat. Ia benar benar frustasi karena belum menemukan satu pun cara yg akan ia pakai. Lyra berdecak kesal kemudian meraih sweater dan jubahnya lalu segera memakainya. Ia tak punya waktu lagi untuk duduk dan termenung. Ia tak mempedulikan tatapan gadis gadis kamarnya yg melihatnya keluar dari asrama diluar jam yg diterapkan.

Lyra bergegas melewati koridor yg gelap, menuju bagian tangga bergerak, dan menaiki beberapa anak tangga dengan tergesa gesa. Ia menarik nafas dalam menetralkan nafasnya sebelum membuka pintu diujung koridor lantai 3 sebelah kanan.

Ia membuka nya perlahan, kemudian mengintip kedalam. Hanya ada suara obor dan derakan pintu. Lyra masuk dan menutup pintu. Ia berjalan berkeliling sebentar karena 3 anak itu sepertinya belum masuk kesini.

Drakk

Lyra menoleh ke arah pintu. Ia melihat Potter, Weasley, dan Granger yg baru masuk. Lyra menarik nafas panjang berharap rencana nya berjalan lancar. Kemudian ia mendekat.

Lyra berdeham kecil menarik atensi ketiga adik tingkatnya. Mereka bertiga seketika terlonjak dan menoleh ke belakang dimana Lyra berada. Lyra menggosok lehernya canggung kemudian mendekati mereka bertiga.

"Apa yg kau lakukan disini?" Tanya si rambut merah sambil mengacungkan tongkatnya. Lyra meringis kemudian memegang ujung tongkat Weasley agar menurunkan tongkatnya. Tetapi Granger langsung mengangkat tongkatnya ke depan wajah Lyra.

"Keep calm trio... Aku tau apa yg akan kalian lakukan." Lyra menatap mereka bertiga secara bergantian.

"Kami tak paham dengan apa yg kau katakan." Potter menyipitkan matanya menatap Lyra. Lyra memejamkan mata jengah.

"Dengar, aku hanya ingin membantu kalian. Dibawah sana terdapat beberapa rintangan yg harus kalian lewati untuk sampai di ruangan dimana batu itu berada. Setelah melewati anjing berkepala tiga, akan ada tan-" Lyra belum selesai berbicara tetapi Ron kembali mengacungkan tongkatnya.

"Membantu? Bukan kah barusan itu kau hanya membual? Kami tak memiliki waktu banyak untuk berbicara denganmu! Kembali lah ke asrama para ularmu itu, nona!" Ron sedikit meninggikan nada bicaranya. Lyra berdecak kesal.

"Aku hanya ingin membantu, Weasley! Aku tau kalian tak memiliki banyak waktu! Maka dari itu biarkan aku berbicara terlebih dahulu." Tegas Lyra.

"Kalau begitu kenapa kau tak ikut kami turun ke sana? Kau bisa menjadi tourguide bukan?" Balas Granger. Weasley menyeringai.

"Aku tak membawa tongkatku. Dengar, aku akan berbicara dengan cepat. Potter, pakai serulingmu dari Hagrid untuk menidurkan mereka. Dibawah mereka terdapat sebuah pintu kecil. Kalian loncat saja ke bawah. Itu empuk, kalian akan ditangkap oleh tanaman milik profesor Sprout. Jangan bergerak, tenang saja rileks. Kalian akan terikat oleh tanaman itu. Tetapi jika kalian bisa tenang, tanaman itu akan melepasmu. Kemudian kalian akan melanjutkan ke ruangan selanjutnya dimana terdapat ribuan kunci terbang di dalam situ. Potter,  disitu ada sapu. Pakai sapu itu untuk mengambil satu kunci yg paling besar dan tua. Itu kunci untuk membawamu menuju ruangan selanjutnya.

Lalu ada ruangan dimana catur raksasa berada. Weasley, aku tau kau pintar dalam permainan catur. Kalian harus memainkan catur itu agar menuju pintu selanjutnya. Granger, Potter, jika Weasley pingsan, kalian harus tetap maju menuju ruangan ramuan milik prof-" Belum selesai Lyra berbicara, Weasley kembali memotongnya.

"Apa maksudmu aku tidak sadarkan diri?!"  Weasley semakin mendekatkan tongkatnya, sedangkan Granger sudah menurunkan tongkatnya dari tadi. Lyra berdecak karena mungkin ia salah berbicara.

"Bagaimana kau tau jika terdapat beberapa rintangan di dalam situ? Jangan jangan kau bekerja sama dengan profesor Snape?" Potter bertanya.

"What? No! Bukan profesor Snape yg mengambilnya!" Balas Lyra.

"Bagaimana bisa aku percaya denganmu, nona? Profesor Snape adalah kepala asrama mu. Kau akan membelanya bukan? Sudahlah kita hanya akan membuang waktu disini." Lanjut Potter. Kemudian ia dan kedua teman nya berbalik menuju pintu dimana anjing itu berada. Lyra mengepalkan tangan nya.

"Baiklah jika kalian tak ingin mendengarkan ku. Aku akan menulis surat kepada profesor Dumbledore. Semoga sukses. Dan kau Harry, jangan pernah beri batu itu kepada Voldemort. Apapun alasan nya." Kata Lyra keras. Ia ikut berbalik menuju pintu keluar. Ia menggerutu kesal. Anak anak itu benar benar keras kepala.

Harry sempat menoleh setelah mendengar percakapan terakhir Lyra. Ia mengernyit heran. Voldemort? Voldemort yg akan mengambil batu itu? Harry menepis pemikiran itu. Karena ia tidak percaya dengan semua yg dikatakan gadis Slytherin yg bahkan ia tidak kenali.












































Jangan lupa untuk vote!

Pain Comes the TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang