3

1K 128 15
                                    

Semua tokoh milik J.K Rowling kecuali tokoh yg w buat.

[•••]

"Hey Father!" Lyra dan Leonard menyapa bersamaan.

"Welcome home my prince and my princess." Ayah mereka, Orpheus Herakles melemparkan senyum hangat kepada 2 buah hati nya.

Lyra dan Leonard menuju sofa panjang yg tak jauh dari ayah mereka.

"Melakukan sedikit pembantaian lagi Dad?" Leonard memperhatikan pakaian yg dikenakan ayahnya sedikit terkena bercak-bercak darah.

"Yeah.. Dad ingin pulang lebih dulu jadi mau tak mau Dad menyelesaikan nya dengan cara sedikit kasar." Orpheus menyesap fire whiski di depan nya tanpa merasa risih dengan sapu tangan putih yg ia kenakan sudah berubah menjadi merah.

"So, Lyra. How was your first year? Dad tak heran kau masuk asrama yg sama dengan Dad. I really proud of you my Slytherin Girl."

"Dad tak bangga dengan ku karena aku masuk asrama yg sama dengan Mom, huh?" Leonard menaikkan satu kakinya di atas kaki yg lain. Sedangkan tangan kanan nya masih setia merangkul pundak Lyra.

"Mom yg bangga dengan mu my Gryffindor Boy." Suara dari pintu mengalihkan semua tatapan mereka.

"Hey Mom!"

"Hai Sayang!"

Mereka ber tiga menyapa wanita itu dengan bersamaan membuat mereka semua tertawa ringan. Wanita itu, Eudora Herakles ibu Lyra dan Leonard serta istri dari satu satu nya Lord of Herakles - Orpheus Herakles. Eudora mendekat dan duduk di Sofa Single sebelah kiri suaminya.

"Apakah ada hal yg menarik di Hogwarts? Kakak mu tak membuat masalah lagi kan Lyra? Mom rasa sih bakal lebih parah dengan ada nya kau di Hogwarts." Eudora terkekeh melihat Leonard mengerucutkan bibirnya kesal. Lyra hanya tersenyum tipis melirik kakak laki laki nya.

"Tak perlu jawaban nya pun kita sudah tau, Sayang. Dad berasumsi bahwa Leonard lebih gampang emosi saat bersama Lyra. Am i right my kids?" Dad menyeringai geli menatap anak sulungnya. Sudah pasti semua orang akan gampang memancing emosi Leonard dengan Lyra sebagai bahan mereka. Itu sudah pasti.

"Yeah, setidaknya tidak ada korban yg pingsan lagi. Eh bukan tidak, tapi belum." Lyra terkekeh sedangkan Leonard menambah mengerucutkan bibirnya yg malah terlihat imut. Eudora dan Orpheus pun juga tertawa dan menatap geli dengan perilaku bungsu mereka. Dia adalah salah satu contoh sosok kakak yg posesif.

Mereka berbincang bincang sebentar. Mungkin sekitar 1 jam baru Lyra dan Leonard kembali ke kamar mereka masing masing. Mereka berdua masih memiliki waktu sekitar 3 jam untuk makan malam.

Lyra memasuki kamar yg bersebelahan dengan Leonard. Ia merebahkan tubuhnya di kasur King yg berada di tengah kamarnya. Lyra menatap langit langit kamarnya yg disihir menjadi bintang bintang. Di sebelah kanan tertidur Vodka dengan ukuran aslinya. Lyra berpikir bahwa Albert sudah melepaskan Vodka dari kandang nya tadi saat menaruh koper miliknya.

Lyra menatap seisi ruangan yg terlihat elegan dengan tembok berwarna abu abu dan beberapa ukiran tipis di tiap sisinya. Disebelah kanan nya terdapat pohon mini yg di sihir oleh Albert sehingga terlihat tertutup salju. Terdapat balkon yg berhadapan tepat dengan ranjang Lyra. Korden yg terpasang untuk menutupi pintu balkon terbuka sehingga Lyra dapat melihat jelas salju salju yg terus turun.

Lyra melambaikan tongkatnya kearah perapian di sisi kiri ranjang. Ia melepaskan jubahnya dan melambaikan tongkat nya mengarahkan jubah itu ke lemari.

Pain Comes the TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang