9

602 94 9
                                    

Semua tokoh milik J.K Rowling kecuali Tokoh yg w buat.

[•••]

Lyra berjalan menuju hutan terlarang pagi ini. Jam masih menunjukkan pukul 5 dan seperti biasanya, Lyra sudah bangun. Gadis itu mulai memasuki area hutan terlarang. Ia mengeratkan jubahnya karena udara dingin menerpa kulitnya. Ia mencari keberadaan Vodka karena semalam ia tak ikut kembali ke asrama dengan Lyra setelah Leonard menceramahinya. Dan pagi ini tak ada tanda tanda dari Vodka di kamarnya.

Lyra takut Vodka membakar hutan mengingat dulu ia sempat membakar habis kebun dibelakang manor Herakles. Tubuhnya yg berkali lipat lebih kecil dari naga pun dapat mengeluarkan api yg lebih dahsyat dari naga.

Lyra berkeliling sebentar lalu tak mendapati tanda tanda kebakaran. Lyra membuang nafas lega kemudian memilih menuju danau hitam daripada melanjutkan mencari Vodka. Toh, kalau lapar nanti kembali sendiri.

Gadis itu meraih gitar yg tersandar di batang pohon besar. Sepertinya semalam Leonard meninggalkan gitar itu disini. Ia mendudukkan dirinya dan menyender kan punggungnya ke pohon. Menatap indahnya warna langit merah dengan ombre orange dan kuning.

Ia memetik gitar memainkan jari jari nya yg bergesekan dengan senar membuat alunan melodi yg merdu. Sambil ber bersenandung dan menatap kosong pemandangan didepannya. Tak terasa matahari sudah memunculkan dirinya.

"Sampai kapan kau ingin berdiri di sana professor?" Lyra tak mengalihkan pandangan nya dan tetap memainkan jari jari mungilnya.

Snape mendengus kasar kemudian mendudukkan pantat nya di samping gadis itu.

"Sejak kapan kau tau aku berada disini?" Snape menatap gadis itu. Sedangkan Lyra masih menatap kosong kedepan.

"Sejak kau datang."

"Bagaimana?"

"Insting, Sir."

Hening yg cukup lama tak membuat mereka canggung. Mereka hanyut kedalam pikiran mereka masing masing. Hanya ada suara angin, daun, air, dan petikan gitar yg terdengar.

"Aku baru tau jika seorang Slytherin dapat menyukai musik muggle." Snape kembali membuka suaranya membuat Lyra menoleh dan menatap onyx hitam lawan bicaranya.

"Yeah, orang orang selalu bilang seperti itu padaku." Ia pun tak tau mengapa bisa bermain alat muggle ini begitu lancar. Mungkin efek dari jiwa gandanya?

"Dimana kau mendapatkan benda muggle itu?" Snape mengalihkan pandangan nya pada gitar yg dipangku oleh Lyra.

"Kamar kebutuhan." Lyra mengedikkan bahunya. Snape mengerutkan kening nya tak paham.

Lyra pun sebenarnya tak tau apa apa tentang kamar kebutuhan. Hanya saja setelah kejadian di Diagon Alley saat itu, saat ia berjalan di koridor melewati dinding kosong ia sedang memikirkan tentang Weird Sister.

Dan tiba tiba saja muncul pintu besar. Lyra mendorong pintu itu dan menampilkan ruangan kecil berisi alat alat musik. Sejak saat itu ia memiliki tempat baru selain danau hitam.

"Bisakah kau berhenti memainkan itu? Suara yg dihasilkan begitu mengganggu."

"Kalau begitu pergilah sir."

"Kau mengusirku? Itu tindakan yg tidak sopan kepada gurumu."

"Aku berada disini terlebih dahulu dari pada anda professor."

"Ini bukan tempat kakek buyutmu, Miss."

"Ini juga bukan tempat nenek buyutmu, Sir."

"Potong 5 angka dari Slytherin karena membantah perintah gurunya."

Pain Comes the TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang