47

321 49 17
                                    

Semua tokoh milik J.K Rowling kecuali Tokoh yg author buat.

[•••]

Lyra menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang. Ia menghembuskan nafas lelah sembari bersandar di kepala sofa. Tetapi matanya tetap tertuju pada buku rune kuno yg ia pegang.

"Ya ya, berlagaklah seperti ini ruangan milikmu." Sindir Snape yg baru saja menutup pintu.

"Calm Sir." Gadis ini menghiraukan Snape. Bibir Snape berkedut menahan kekesalan nya. Bagaimana tidak? Belum juga Snape persilahkan masuk, Lyra sudah nyelonong dan duduk di dalam.

Padahal Snape sudah berkali kali memberitau si bungsu Herakles. Tetapi sepertinya Lyra sudah tak mempan dengan omelan Snape yg satu ini. 

Snape pergi berjalan menuju sofa single nya, tempat duduk yg selalu ia tempati. "Ada apa kau kemari? Kukira kau mencampakkan ku." Lyra mendongak menatap Snape yg berada di depan nya tanpa jubah kelelawar.

Snape menaruh kedua tangan nya di tangan sofa. Jari nya bergerak mengetuk sofa menunggu penjelasan dari salah satu muridnya ini.

Lyra memang selama 2 bulan ini hanya pergi ke ruangan Snape beberapa kali. Mungkin 4? Kali ini yg ke 5 kali nya. Bahkan Lyra juga tak menyapa atau tak menggubris Snape saat berpapasan maupun kelas sekalipun.

"Mau bagaimana? Aku selalu di ruangan profesor Bolton hingga malam. Dan aku harus langsung kembali ke asrama sebelum jam malam atau aku akan kena omelan sang bapak tua- eh" Lyra menutup mulutnya. Untung saja ucapan nya yg terakhir tak begitu terdengar oleh Snape.

"Lalu kenapa tiba tiba kau datang kesini? Apakah ada hasil?" Tanya Snape. Lyra menaikkan bukunya, menutupi setengah wajahnya. Ia menggeleng pelan.

Snape menatap Lyra malas. "Apa saja yg kau lakukan dengan nya hingga kau sama sekali belum memecahkan nya? Jangan sampai kau termakan senyum sok manisnya dan larut dalam permainan yg ia buat." Sarkas Snape membuat Lyra meringis.

"Tidak. Dia hanya memperlakukan ku seperti biasanya. Tak ada hal lain lagi. Ia menyuruhku kembali lebih cepat karena ia sibuk menilai perkamen perkamen para murid. Jadi aku pergi ke ruangan anda. Siapa tau ada yg merindukan ku" Lyra kembali membaca buku sembari menahan tawa nya.

"Berharap?" Desis Snape.

"Mengapa kau tak pergi menemui teman temanmu? Pastinya kau jarang berkumpul dengan mereka jika kau selalu pergi ke ruang musik. Apakah mereka tau jika kau selalu bersama Bolton?" Tanya Snape beberapa saat kemudian, memecahkan keheningan.

"Aku sedang tidak ingin menemui mereka. Aku lelah dengan ocehan mereka. Dan tidak, mereka tak akan kubiarkan mengetahuinya. Aku hanya bilang jika aku pergi dengan Leonard dan mereka mempercayainya. Asal anda tau, aku masih sering berkumpul dengan mereka saat makan di aula maupun istirahat." Ujar Lyra tanpa menatap Snape balik.

Snape mengangguk sebagai balasan. "Kau tau jika Leonard dapat detensi dariku satu minggu?"

Lyra mengangguk dan berkata, "Bagaimana tidak? Flint mengatai Leonard dan mencibir tentang nya saat masuk ke dalam asrama siang tadi."

"Kau harus mengajari nya cara mengontrol emosi, Lily. Dia terlalu arogan, mengingatkanku pada ayah Potter." Lyra mengangguk menyetujui omongan Snape.

Snape membuka matanya lebar lebar dengan alis tertarik ke atas. "Tumben kau tak membelanya? Kau setuju dengan perkataanku?"

Lyra menghela nafas. "Ya, aku setuju. Apakah begitu aneh jika aku tak membelanya? Dia memang orang yg seperti itu."

Snape mengerjapkan matanya berulang kali. "Kau.. ada masalah dengan nya?" Tanya Snape yakin. "Apakah begitu terlihat?" ujar Lyra disertai tatapan bertanya kepada Snape.

Pain Comes the TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang