28

431 71 14
                                    

Semua tokoh milik J.K Rowling kecuali Tokoh yg author buat.

[•••]

“Kalian duluan saja, aku akan kembali nanti” Ujar Lyra seraya memisah dari kerumunan murid murid. Makan malam telah usai beberapa menit yg lalu. Ia sudah bilang kepada Profesor Bolton jika malam ini ia dan Leonard akan keruangan nya. Tetapi Lyra tak bisa menemukan Leonard di aula.

Mata Lyra menangkap sesosok lelaki dengan jubah Gryffindor berjalan keluar dari pintu. Lyra segera mendekat ke lelaki itu dan menghalangi jalan nya.

“Ah umm.. Percy, apakah kau tau dimana Leon?” Lyra memberanikan diri menanyai prefect Gryffindor itu. Obrolan Percy dan seorang gadis Ravenclaw terhenti.

“Uh, aku tidak begitu yakin. Aku tidak melihatnya di asrama setelah pertandingan Quidditch tadi siang.” Ujar Percy menjelaskan sedikit ragu. Lyra mengangguk dan berterima kasih. Aula telah sepi sekarang, Lyra masih diam berdiri di dekat pintu aula.

Ia mendengus kesal dan berniat kembali ke asramanya. Baru juga ia melangkahkan kaki di koridor, seseorang menarik lengan nya dari belakang membuatnya sedikit terhuyung. Gadis itu reflek melingkarkan tangan nya di leher orang itu. Lelaki tersebut yg menariknya pun memegangi pinggangnya. Lyra mendongak terkejut kemudian menjambak rambut lelaki itu keras.

“Apaan sihhh” Leonard berteriak kesakitan. Lyra melepas jambakan nya dari rambut kakaknya dan mencubit perut Leonard kesal.

“Kebiasaan! Kalau itu orang lain bagaimana? Segala megang megang pinggul. Kalau itu orang lain sudah ku tendang junior miliknya” Lyra melepas cubitan nya setelah selesai mengomel. Leonard mengusap perut serta rambutnya bergantian. Penampilan Leonard terlihat sangat rusuh. Sweater Quidditch bekas tanah bercampur dengan air. Rambut bahkan satu tubuhnya basah kuyub. Benar benar tidak terurus. Hanya jubah quidditchnya yg baik baik saja.

“Apa yg terjadi denganmu?” Lyra mengamati penampilan Leonard dari atas sampai bawah. Leonard meringis masih kesakitan dengan jambakan dan cubitan adiknya.

“Nanti akan kuceritakan. Aku harus membersihkan diriku terlebih dahulu” Kata Leonard seraya mengeluarkan perkamen kosong dari jubahnya yg tidak basah dan memberikannya pada Lyra. Gadis itu mengerutkan kening tak paham.

“Titip ini, jangan dibuang. Pergi lah keruang musik dan bilang pada profesor Bolton jika aku tidak bisa datang karena aku harus melakukan detensi malam ini. Kemudian temui aku di dapur pukul 8, aku harus mengisi perutku. Aku akan menceritakan semuanya padamu nanti. Oh, apakah kau tau letak ruang musik?” Lanjut Leonard disertai pertanyaan di akhir. Lyra menggeleng. Baru saja ia ingin protes, Leonard kembali bersuara membuat Lyra tidak jadi membuka mulutnya.

“Naik 2 lantai, pergi ke ujung koridor sebelah kanan. Lurus saja, sampai di kelas pelajaran muggle sebelah kiri. Ruang musik berada tepat di samping kelas muggle. Sampai jumpa lil sister” Leonard mengacak rambut putih milik Lyra kemudian berlari menjauh menuju asrama Gryffindor.

Lyra menggeleng tak habis pikir. Ia memasukkan perkamen kosong itu di saku jubah dan berjalan santai menuju ruang musik seperti arahan Leonard tadi.

Tak susah untuk menemukan ruang musik. Entahlah Lyra merasa bodoh tentang dirinya yg tidak pernah tau tempat ini. Padahal letaknya tepat di samping kelas pelajaran muggle. Sesampainya di depan pintu, ia mengetuk. Beberapa detik kemudian seseorang membuka pintu dari dalam.

“Malam profesor” Sapa Lyra dengan senyum tipis dibibirnya. Profesor bolton tersenyum ramah. “Malam Lyra… Dimana Leonard?” Tanya Jeremy seraya menyingkir memberi jalan Lyra untuk memasuki ruang musik.

“Ia harus melakukan detensi. Hanya tersisa 4 Hari lagi.” Jelas Lyra, ia mengamati ruang musik dari ujung hingga ke ujung. Tembok berwarna cerah, terdapat banyak sekali alat musik yg bahkan belum ia temui sebelumnya.

Pain Comes the TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang