Semua tokoh milik J.K Rowling kecuali Tokoh yg author buat.
[•••]
“Oh my gosh!” Terence berpikir keras walaupun ia tau itu akan sia sia. Ia mengusap dagunya berpikir cepat kemudian berdecak kecil.
“UGH! White pawn forward one step!” Bidak putih Terence maju satu langkah ke depan.
“Black King, move one step opposite.” Lyra menyeringai. Bidak putih satu satunya yg tersisa di atas papan pun tumbang. Terence menggerutu kesal. Lyra tertawa senang melihatnya.
“Berapa permainan yg telah kalian berdua mainkan?” Lyra menoleh ke suara seseorang yg membelakanginya. Begitu pula Terence dan Adrian yg mendongakkan kepala mereka dari meja.
Lucian dan Flint baru saja memasuki asrama.
“Empat! Dan seperti biasa, dia memenangkan semuanya.” Gerutu Terence membuat Lyra tertawa geli.
Jujur saja, Lyra tak pernah memainkan catur sihir sebelumnya. Karena memang ia tidak tertarik. Tetapi ia selalu menonton Orpheus dan Leonard yg memainkan catur di ruang keluarga saat liburan musim dingin. Ia hanya senang mengamati permainan itu. Bermain menggunakan kecerdasan, tetap tenang, dan membunuh dalam diam.
“Kalian tak ada pelajaran?” Lanjut Lucian seraya mendekat dan duduk disebelah Lyra. Flint berdiri tepat disebelah Terence duduk. Sedangkan Adrian duduk di sisi lain Terence.
“Tidak, Ramuan dan beberapa pelajaran lain nya harus di liburkan karena suhu dingin ini.” Jawab Adrian.
“Well, hari ini aku dan Flint tidak beruntung. Kami mendapatkan kelas di lantai atas. Jadi tidak ada kelas yg diliburkan.” Lucian menyenderkan punggungnya ke sofa.
“Pelajaran apa barusan?” Terence bertanya.
“Transfigurasi.” ujar Flint. Terence beralih menatap Lucian. Karena mereka berada di tahun yg berbeda jelasnya kelas mereka pun juga berbeda.
“Sejarah. Untungnya kelas sudah berakhir. Aku bisa bersantai sebentar sebelum ke kamar.” Lucian memejamkan matanya.
“Hey bocah, bukan kah kau ada jadwal detensi dengan profesor Snape sore ini?” Flint tiba tiba teringat sesuatu.
Lyra beralih menatap Flint dan menghembuskan nafas panjang. Ia bisa melewatkan detensi ini jika saja Flint tidak mengingatkan nya.
“Thanks Flint. I don’t remember it.” kata Lyra seraya beranjak dari sofa.
“Semangat ratu kita!”
“Keep your mood smiling!”
Goda teman teman Lyra yg saling memberikan semangat kepada gadis itu.
“We have to stock her favourite candy guys!!” saut Lucian membuat Lyra menggelengkan kepalanya dan terkekeh kecil.
Lyra mengetuk pintu ruangan Snape kala ia sudah berdiri di depan pintu tersebut. Senyuman kecil masih melekat di bibirnya. Pikiran dan suasana hatinya masih di isi dengan teman teman nya.
Entah akan bertahan berapa lama bunga bunga ini mekar. Gadis itu beramsumsi sedetik lagi bunga bunga ini akan layu kala pintu dihadapan nya terbuka dan menampilkan seorang pria menyebalkan itu.
Tetapi akan ada beberapa bunga yg akan tetap mekar walaupun hanya bisa dihitung dengan jari. Terdapat kebahagiaan tersendiri saat Lyra dapat melihat wajah pria yg ia sukai.
Bruak!
“Masuk!” Senyuman Lyra memudar. Benar bukan pemikiran Lyra tadi.
Gadis itu berjalan masuk. Tak berniat melepas jubah bahkan syal yg ia kenakan. Ruangan Snape tak ada bedanya dengan suhu di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain Comes the Truth
Fantasy"it is not you that i know." "yeah, aku pun tidak mengenal diriku profesor." daddy issue allert⚠️ severus snape Alur dan isi cerita sedikit berbeda dgn film & buku nya Harpot x Loki