53. Unexpected Surprise

5.3K 462 186
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT DIBAWAH KARNA GRATIS!! JAN JADI SIDER PLEASE ANG JUGA BUTUH SEMANGAT!!

Selamat membaca

***

Dua hari sudah berlalu, keadaan Saras kian membaik dibanding sebelumnya. Gadis itu sudah kembali cerewet seperti permintaan Ganis malam itu.

Biantara—Papa Saras juga sudah kembali dari luar negeri, pria paruh baya itu langsung melakukan penerbangan pertama saat mendengar musibah yang menimpa putrinya. Mama Saras sudah meninggal saat gadis itu berumur 6 tahun, itulah sebabnya Biantara sangat mencintai putri tunggalnya itu, apapun permintaan gadis kecilnya akan selalu ia penuhi. Asal masih dalam batas wajar.

Biantara mengusap kepala putrinya dengan sayang, "Kamu bosan, Sayang?"

Saras menggangguk cepat, jelas saja dia bosan. Papa dan sahabatnya itu benar-benar keterlaluan, melarangnya melakukan apapun! Bahkan untuk buang air saja Ganis akan mengantarnya sampai dalam sampai kegiatan selesai!

Protective, mereka memperlakukan Saras seperti bayi yang belum bisa apa-apa.

"Pah," panggil Saras.

"Ya, sayang? Kamu butuh apa?" Lihat kan, Papanya sangat peka.

"Kalau aku minta sesuatu apa Papa bakal kabulin?" Biantara menatap putrinya aneh, biasanya juga langsung minta tanpa harus ijin dulu.

Biantara menolehkan wajahnya pada Ganis yang duduk disebelahnya, menyadari raut keheranan diwajahnya gadis itu berucap. "Ganis bukan cenayang atuh, Om."

Benar juga.

"Kamu tau, nak? Apapun akan Papa lakukan untuk kamu. Asal itu masih dalam batas wajar dan untuk kepentingan kamu," Saras jadi terenyuh, Papanya sangat Sweet. Gentala juga Sweet kok, lebih ganteng malah.

"Beneran?" Biantara mengangguk tanpa ragu.

"Kalo gitu, aku mau Papa nikah lagi." Sekarang giliran Papanya yang akan diopname saking terkejutnya, kenapa permintaan putrinya ini sangat jauh dari nalarnya. "Ka–kamu jangan bercanda, Sayang."

"Emang aku keliatan lagi ngelawak?" Mukanya Saras udah disetting seserius mungkin malah. Biantara kebingungan harus mengelak apa lagi, menghadap pada sahabat putrinya meminta bantuan. Tapi jawaban gadis itu sangat tidak membantu.

"Ganis ada kenalan kalo om mau, Janda masih ting-ting juga ada."

Biantara serasa kena serangan jantung dadakan! Dua gadis ini membuatnya ingin gantung diri.

"Gimana pah? Bisa kan kabulin permintaan aku? Nggak ada salahnya buka hati. Mama nggak akan marah kok, Aku jamin."

Biantara menggelengkan kepalanya pelan, "Sayang, kamu tau kan Papa gabisa ngelakuin itu. Walaupun Mama nggak marah, tapi bagi Papa itu sama seperti mengkhianati Mama kamu."

"Kamu paham kan?" Melihat raut kecewa putrinya membuat pria berumur 45 tahun itu merasa bersalah, lalu menarik Saras dalam pelukannya. "Maaf ya, Nak." Sesalnya.

Ganis tau perasaan Saras, bersahabat dengan gadis itu sedari kecil membuatnya paham akan banyak hal. Saras hanya ingin memiliki seorang ibu, walaupun itu ibu sambung. Biantara merangkap tugasnya menjadi Ayah sekaligus Ibu untuk Saras, tapi tetap saja rasanya berbeda. Sangat berbeda. Banyak hal yang tidak bisa dilakukan Biantara sebagai seorang ibu.

"Om, bukannya Ganis mau ikut campur. Tapi Saras ada benarnya juga." Ganis mulai menyuarakan opininya.

Keduanya melepaskan pelukan setelah mendengar ucapan Ganis.

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang