18. Kebenaran

15.7K 960 27
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT DIBAWAH KARNA GRATIS!! JAN JADI SIDER PLEASE ANG JUGA BUTUH SEMANGAT!!

Selamat membaca

***

"Ngapain kesini?"

"Duduk."

"No!" tolak Ganis.

Arjuna menarik paksa Ganis untuk duduk kesebuah sofa sudut Rooftop.

"Dasar tukang maksa,"cibirnya.

"Gue denger."

"Baguslah artinya lo ngga budeg," tandasnya membuat Arjuna menghela nafas sabar pada gadis cantik disampingnya ini.

Ganis melirik pria disampingnya yang tengah berkutat dengan kotak p3k nya.

"Hadap sini," Ganis mengumpat dalam hati karena dia tak bisa melawan kuasa Arjuna.

Dengan telaten Arjuna mengobati luka lebam diwajah Ganis, sesekali ia meringis merasakan perih saat lukanya bersentuhan dengan cairan alkohol.

"Apa hubungan lo sama Nakula?"

Ganis membeku, bagaimana ia harus menjawab pertanyaan pria ini?

"Gausah cari alasan buat bohongin gue."

Dia cenayang?

"Gue bukan cenayang,"

Dia denger?

"Karna gue ngga budeg,"

What! Dia pasti indigo

Arjuna menghentikan kegiatannya lalu menatap datar Ganis yang sibuk bergelut dengan pikirannya.

"Kok lo bisa denger isi hati gue?"

"Karna lo ngomong," Ganis melotot mendengarnya. Bagaimana bisa bukannya sedari tadi ia berbicara dalam hati?

Fiks dia setan berwujud orang ganteng!

"Setan mana ada yang ganteng," ujar Arjuna.

"Emang siapa yang bilang setan itu ganteng," sewot Ganis membuat Arjuna terkekeh.

"Lo yang bilang,"

"Kapan? Jangan ngadi-ngadi deh,"

"Coba lo ngomong dalam hati lagi,"

Permintaan bodoh apalagi ini? namun Ganis menurutinya. Arjuna mengambil ponselnya untuk merekam kegiatan gadis itu.

"Udah?" Tanya Arjuna yang diangguki Ganis.

Arjuna menunjukkan sebuah video pada gadis cantik didepannya ini.

Ganis membelakkan matanya, Jadi sedari tadi Ia berbicara dengan mulut manisnya. Bukan didalam hati?

Sialan!

Ganis ingin mengubur diri hidup-hidup saja!

Arjuna tersenyum simpul melihat raut panik Rengganis, baginya ini adalah sebuah hiburan tersendiri.

Ganis menyengir kuda kepada Arjuna yang menatapnya datar. "Lo belum jawab pertanyaan gue,"

"Em—itu," gugupnya.

Arjuna menajamkan tatapannya pada Rengganis membuatnya menghela nafas pasrah.

"Mereka— maksud gue bang Nakula dan bang Sadewa itu—,"

"Itu?"

"Hufftt mereka a—abang gue,"

Tanggapan Arjuna

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang