31. Keep on your side

10.7K 761 282
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT DIBAWAH KARNA GRATIS!! JAN JADI SIDER PLEASE ANG JUGA BUTUH SEMANGAT!!

Selamat membaca

***


Arjuna mengernyit bingung. "Terus kenapa?"

"Kamu, ingat inisial 'AM' dan ukiran Naga digagang pisau waktu itu?" Arjuna mengangguk paham dengan arah pembicaraan Ganis.

"Maksud kamu dia orangnya?"

Ganis menggeleng samar. "Aku ngga berani ambil kesimpulan itu."

"Selama ini aku diteror agar berhenti cari tentang kematian Amara, sedangkan aku tau gimana sayangnya Om Anthoni sama Amara walaupun dia cuma anak tiri."

"Anak tiri?" Ganis mengangguk. "Om Anthoni nikah sama Tante Lidya saat umur Amara masih 5 tahun."

"Terus kenapa kamu tadi bahas masalah pisau itu?"

"Aku cuma sedikit shock ngeliat tato itu, kalaupun Om Aan pelakunya tapi atas dasar apa?"

Arjuna masih belum bisa mencerna ucapan Ganis, pikirannya bercabang sekarang hingga tak bisa fokus.

"Kenapa?" Tanya Ganis lembut.

"Disaat aku coba berdamai sama masa lalu, kenapa keadaan seakan buat kepercayaan aku goyah lagi?"

Ganis paham, sangat paham dengan keadaan Arjuna saat ini,  Semuanya terasa semu dan sulit untuk dimengerti. Arjuna memiliki masalah yang sama berat dengannya.  Ganis ingin segera menemukan pelaku pembunuhan Amara. Karena entah mengapa Gadis itu sangat yakin bahwa Amara dibunuh, bukan bunuh diri seperti asumsi orang lain.

Tapi saat ini dirinya tak boleh egois, Arjuna juga membutuhkan dukungan atas apa yang sedang dialaminya saat ini.

Ganis menarik kepala Arjuna untuk bersandar dibahu kecilnya, pria itu tak menolak bahkan dengan senang hati ia menyandarkan kepalanya.

Ganis mengusap wajah Arjuna lembut. "Bukan cuma cewe aja kok yang butuh sandaran."

Arjuna mengulas senyum tipis, harus dirinya akui Gadis itu memang pandai memporak porandakan tatanan hatinya. Beberapa menit berlalu, Dirasa cukup puas bersandar Arjuna mengangkat kepalanya dan memindahkan posisi. sekarang giliran Ganis yang menyandar dibahu kokoh Arjuna.

"Strong girl kaya kamu juga perlu sandaran, Ganis." Ganis terkekeh mendengarnya.

"Every problem there must be the discharge, Right?"

Arjuna mengangguk tangan besarnya menggenggam lembut tangan Ganis. "Kalo semua ternyata benar, apa yang harus aku lakuin?"

"Quite believe with your heart!" Ganis mengangkat kepalanya dan mengadahkan kepalanya menatap langit malam. "Saat seluruh dunia berbohong, cukup percaya kalau hati akan selalu berkata jujur, Juna."

"Aku cuma manusia biasa, Ganis. Rasa takut itu pasti selalu ada."

Ganis mengeratkan genggaman mereka dan memutarkan badannya 90° menghadap pada pria itu. "Apa yang kamu takutin? Aku selalu disini."

"Keep on your side!"

Arjuna mengedipkan kedua matanya, lalu menyentuh bagian dada sebelah kiri dengan tangan kanannya.

Jantung gue bangsat!. Rutuknya dalam hati.

***

Seminggu berlalu dan sikap Arjuna kembali dingin dan acuh pada ayahnya, entahlah, mungkin lebih baik dirinya diam daripada malah memperburuk keadaan.

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang