30. Tamu tak diundang

10.5K 720 34
                                    

Hay guys apa kabar?

Absen dulu yuk kalian darimana aja?

By the way thank's a lot for 100k💫 readers. Makasih untuk kalian yang selalu support dan nungguin cerita Arjuna💚

Selamat membaca

***

"Mau makan?" Ganis menggeleng pelan, dan menunjuk sesuatu diujung ruangan dengan dagunya. "Kamu kenal, sama laki-laki yang pakai jas hitam itu?"

Arjuna mengikuti arah pandang Ganis yang ditujukan pada seirang Pria patuh baya, yang mengenakan jas berwarna hitam dengan wajah yang dikelilingi brewok tipis namun tetap terkesan maskulin dan tampan.

Arjuna menggeleng. "Ngga semua kolega Papa aku kenal, Ganis."

"Dia, Anthoni Mahesa." Arjuna langsung menoleh kearah Ganis. "You know him?"

"Yeah, he's the father of my bestfriend."

"Saras?"

Ganis menggeleng. "Amara—dia sudah meninggal."

"Sorry." Sesal Arjuna kembali mendekatkan dirinya pada Ganis.

"No prob." Balas Ganis.

"Temenin aku kesana yuk." Arjuna hanya mengangguk dengan senang hati.

"Om Aan." Panggil Ganis, pria paruh baya itu langsung menoleh dan merekahkan senýum. "Wah, hellow baby girl." Anthoni balik menyapa.

Mereka berpelukan sejenak melepas rindu. "Apa kabar nak?"

"Baik, Om Aan sendiri gimana kabarnya?" Anthoni tersenyum hangat.

"Sangat baik."

Anthoni melirik pria disamping Ganis. "Kamu, putra Nadim?"

"Iya, Om." Jawabnya sopan.

"Kamu putra tunggal bukan?" tebakkan Anthoni seratus persen benar, tapi hal itu hanya diketahui oleh keluarganya saja. Lalu bagaimana bisa pria itu tau pikir Arjuna.

"Maaf?" Tanya Arjuna.

Anthoni tersenyum sinis. "Anak haram itu, selalu membuat masalah daridulu."

"Maaf menyela, siapa yang om maksud dengan anak haram?" Tanya Ganis.

Anthoni memandang arah panggung  dengan sorot tajam. "Anak itu, yang membuat saya kehilangan istri dan kebahagian saya."

"Cantika?" Tanya Ganis ragu.

Anthoni mengangguk. "Demi mempertahankan anak itu, Istri dan anak saya memilih meninggalkan saya tujuh tahun lalu."

Ganis tak mengerti, apa alasan tante Lidya dan Amara meninggalkan pria sebaik Anthoni?

"Anak haram itu, hasil perselingkuhan Lidya dan Papa orang ini." Anthoni menunjuk Arjuna dengan telunjuknya.

Jika boleh jujur, ingin rasanya Arjuna melayangkan pukulan pada pria sialan didepannya. Bukan hanya karena telah menunjuknya, tapi juga karna telah menuduh papanya. Yah, Arjuna percaya pada papanya. Kejadian tujuh tahun lalu memang membuat hubungan mereka renggang, tapi bagaimanapun Nadim bilang dirinya memiliki alasan.

"Jaga bicara anda, Tuan Anthoni!"

Anthoni berdecih tak suka. "Jangan karena kamu anaknya, kamu bisa membelanya. Karna ulah dia, saya kehilangan 2 orang yang saya sayangi sekaligus!"

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang