52. Pelaku

5.4K 513 264
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT DIBAWAH KARNA GRATIS!! JAN JADSIDER PLEASE ANG JUGA BUTUH SEMANGAT!!

Selamat membaca

***

Suara ketukan sepatu dua orang remaja saling bersautan, memenuhi keheningan koridor rumah sakit. Langkah mereka sangat tergesa, raut yang terpancar dari keduanya hanyalah kekhawtiran. Sampai disuatu ruang bertuliskan UGD (Unit Gawat Darurat) disana sudah ada dua laki-laki bertubuh tegap yang duduk dibangku rumah sakit.

"Kak Genta," Merasa terpanggil pria itu menengadahkan pandandangannya melihat sosok gadis cantik dan pria tampan disebelahnya. "Gimana keadaan Saras?" Tanyanya langsung.

Demi apapun, air mata Ganis sedari tadi tidak bisa berhenti mengalir. Wajahnya memerah dengan mata sembab, Gentala berdiri kearah mereka.

"Kita berdoa yang terbaik buat keadaan Saras, udah setengah jam dokter yang rawat Saras masih belum juga keluar." Gentala menjelaskan.

Separah itukah? Kedua Kaki Ganis melemas hingga tidak sanggup menopang berat tubuhnya sendiri. Arjuna dengan sigap merengkuh pundak gadis itu dan menuntunnya untuk duduk.

"Saras, b–bakal sembuh kan? Iya kan?" Ganis berbisik pelan dengan tatapan kosong.

Arjuna tidak menjawab, dan semakin mempererat rengkuhannya, mengusap lengan atas gadis itu dengan lembut berusaha menenangkan. "Kita berdoa yang terbaik buat Saras ya."

Ganis menutup wajahnya dengan kedua tangan meredam isak tangisnya sendiri, sedangkan pria yang tadi duduk disebelah Gentala bangkit dari duduknya, menghampiri ketiganya.

"Kayaknya, gue harus balik sekarang." Ujarnya.

Arjuna bangkit ketika melihat siapa orang itu. "Lo.. Anak Vagos?" Ia menatap pria itu skeptis.

Pria itu mengangguk dengan wajah tenangnya, lalu mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri.

"Bima."

Arjuna menerima uluran tangan tersebut, saat ingin memperkenalkan diri juga, pria itu lebih dulu menyeletuk, "Gausah sebutin nama, semua orang juga udah tau." Sambung Bima lagi.

Arjuna tersenyum simpul, lalu melepaskan jabatan tangannya. "Lo ada urusan apa disini?"

"Gue yang tadi nggak sengaja ketemu sama korban." Jawabnya. Ganis yang mendengar itu langsung membuka wajahnya dan berdiri dengan wajah memerah. "Lo... lo yang bawa S–Saras?"

Bima memasukkan kedua tangannya dalam saku celana Jeans nya kemudian mengangguk sebagai jawaban, "Iya, apa ada yang mau lo tanyain? Bakal gue jawab sebisanya."

Ganis mengusap jejak air mata diwajahnya, "Gimana kejadian awalnya?"

"Gue kebetulan lewat daerah situ, karena ada telfon masuk akhirnya gue berhenti sebentar." Bima menghembuskan nafas perlahan, "Gue lihat ada cewek yang jalan sendirian disana, trus tiba-tiba ada mobil dari arah berlawanan yang ngebut kearah cewek itu."

"T–Terus, apa lagi?"

"Gue udah teriak supaya dia minggir dan cewek itu untungnya denger, tapi mobil itu ternyata juga ngikut ke jalur kiri. Gue langsung turun dari motor dan lari buat narik cewek itu, dan gue berhasil."

Ganis menyentuh dadanya menghembuskan nafas lega, paling tidak sahabatnya itu tidak benar-benar menjadi korban tabrak lari seperti dugaan sebelumnya. Tapi ada satu pertanyaan yang sedari tadi mengganjal dibenak gadis itu, kenapa Saras bisa ada disana sendirian?!

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang