40. Kembali

7K 562 78
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT DIBAWAH KARNA GRATIS!! JAN JADI SIDER PLEASE ANG JUGA BUTUH SEMANGAT!!

Hallo guys apa kabar?

Absen dulu dong pake nama daerah kalian

Sudah?

Selamat membaca

***

"Sial banget sih!" Dumel Saras sambil menyomot kentang gorengnya secara brutal.

"Iya, siapa sih yang ngadu ke bu rainbow?!" Kesal Lily. "Mana besok hukumannya masih ada lagi!"

Mendengar gerutuan keduanya yang tak kunjung berhenti akhirnya Ganis ikut berucap. "Kita juga salah kali udah boongin guru, tapi hukumannya nggak manusiawi banget sih." Disertai ringisan kecil.

"Nah bener itu, Ganis. Masa kita dihukumnya bersihin sepuluh gudang sih." Sinta ikut mencomot makanannya dengan kesal.

Hanggini malah sibuk mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya diatas meja. "Kayaknya emang ada yang sengaja ngadu ke guru."

"Gue juga mikirnya begitu, tapi siapa juga yang kurang kerjaan banget pengen kelas kita dihukum nggak beradab kayak tadi." Cerocos Lily.

"Pikirin deh, kelas kita kan kedap suara, kalaupun tadi Banu pura-pura kesurupan sambil teriak juga gaada yang bakalan sadar." Opini Hanggini, keempat Gadis itu pun memikirkan hal yang sama.

Pasalnya memang tadi Banu sangat mendalami peran, saking mendalaminya sampai satu kelas kena prank dan berujung panik karena Banu makin nggak waras. Karena terlanjur panik akhirnya Bintang mengambil tindakan untuk memanggil tukang kebun sekolah yang katanya mantan dukun—dukun beranak tapi.

Tapi hal yang lebih mencengangkan lagi, saat Bintang kembali ke kelas yang dilihatnya bukan lagi Banu yang kesurupan, melainkan Banu yang dijewer habis-habisan oleh bu Pelangi. alhasil mereka diberi hukuman yang mereka keluhkan tadi. Pertanyaannya memang hanya satu—siapa yang membocorkan rencana mereka ini?

"Emang ada yang gasuka ya sama kelas kita?" Tanya Sinta polos.

"Ya mana gue tau, gue kan nggak tau!" Ketus Lily.

"Santai dong, Ly. Daritadi ngegas terus." Sahut Sinta ikut kesal.

Ngomong-ngomong kelima Gadis itu sedang berada di kafe pelangi, masih ingat kan.

Kelimanya sibuk membahas tentang permasalahan hukuman tadi, bahkan sampai tak menyadari bahwa sedari tadi ada yang mengamati pergerakan mereka secara intens.

Ganis sebenarnya merasa sedang diperhatikan, namun ia mencoba mengabaikan hal itu.

Lily yang tadi kesal dengan tidak sengaja melihat kearah lengan kiri Sinta, dan ternyata ada luka lebam berwarna biru keunguan disana.

"Sin, lo dipukul lagi?" Tanya Lily hati-hati.

Sinta membatu, lalu segera menarik lengan seragamnya kebawah, "Ah–Ini nggak sengaja kok, gapapa kok, Ly. Gausah khawatir."

Saras berdecak tak percaya. "Kenapa nggak pindah aja sih, Sin. Kerumah gue juga gapapa. Papa Bian pasti juga setuju."

Sinta hanya bisa tersenyum getir. "Gue harus jaga ayah, selama Mereka masih disana gue nggak bisa tenang."

"Tapi nggak dengan ngorbanin diri lo juga Sinta!" Geram Lily.  "Nggak habis pikir gue sama lo."

"Mama lo tau?" Tanya Hanggini dan dijawab gelengan oleh Sinta. "Nggak tega, kalo harus ngerepotin mama sama papa. Nggak mau nambahin beban mereka."

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang