42. Tangisan pilu

7.3K 574 112
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT DIBAWAH KARNA GRATIS!! JAN JADI SIDER PLEASE ANG JUGA BUTUH SEMANGAT!!

Selamat membaca

***

Seorang gadis tengah duduk bersandar pada Single bed dengan seprai bermotif owl, gadis itu menyisirkan pandangannya keseluruh ruangan mengamati setiap sudut dengan mata tajamnya.

Pandangannya lalu terhenti pada jajaran foto polaroid yang tertempel pada dinding bernuansa putih itu, jumlahnya sekitar lima puluh foto.

Dia beranjak dari tempatnya lalu mendekati jajaran foto tersebut, sesampainya disana tangannya refleks mengusap foto-foto tersebut dengan lembut.

"Gue kangen... banget, sama lo." Ujarnya pelan bahkan nyaris tak terdengar.

Menghembuskan nafas untuk kesekian kalinya, mendongakkan kepalanya untuk menahan air mata yang hampir meluruh.

Gadis itu menyentuh kepalanya yang terasa sedikit pusing, perlahan berjalan menuju sebuah meja untuk menjadi penyanggah tubuhnya.

"Kenapa pusing banget?" Keluhnya sambil memijit keningnya perlahan menggunakan tiga jari tangannya.

Gadis itu merogoh ponselnya disaku kanan celana training biru navy nya, mendial sebuah kontak disana.

Tut..tut...tut

"Hallo,"

"Woyy! Orang gila mana lo?!"

Gadis itu membelakkan mata kaget, orang gila katanya?

"Gue Ganis anju!"

Sedangkan seseorang disebrang sana sudah mencak-mencak sendiri saking kesalnya.

"cuma orang gila yang kurang belaian nelfon jam 2 pagi, Ganis!"

"Gue masih waras, dan gue mau minta tolong. jemput gue dong, Sar." Pintanya memelas.

"Ogah, gue mau lanjut bocan."

Ganis memutar bolamata malas, kalo bukan dalam keadaan urgent gadis itu takkan mau menelfon singa galak macam Saras.

"Ayolah, Sar. Jemput ya, pusing banget nih kepala gue." Adunya sedikit merengek.

Ganis dapat mendengar helaan nafas Saras disebrang sana.

"Lo dimana?"

Ganis berbinar mendengar ucapan Saras.

"Beneran?"

"Gue tutup nih!" Ancamnya.

Ganis menyengir dan tertawa pelan mendengar ancaman Saras.

"Lo cantik deh, Sar."

"Ewhh, kemana aja lo?"

"Gue di apartement Amara, lo kesini ya."

Saras berdecak kesal, harusnya dari awal dirinya sudah menebak dimana Ganis berada. mengingat tidak mungkin jika gadis itu berkeliaran pagi pagi buta begini.

Mengenai apartement Amara, tempat itu sengaja dibiarkan kosong karena kemauan Ganis. Hal itu dilakukan agar semua peninggalan Amara masih utuh ditempat yang seharusnya.

"Tunggu 20 menit, dan ini terakhir kalinya lo kesana tanpa gue Ganis!" Tegas Saras.

"Iya!"

Tut

Ganis mendudukkan dirinya pada kursi kayu yang terletak tepat didepan meja belajar Amara, mencoba mengatur nafas sambil memejamkan matanya untuk meredakan rasa pening dikepalanya.

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang