63. Real Villain

3.1K 377 432
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT DIBAWAH KARNA GRATIS!! JAN JADI SIDER PLEASE ANG JUGA BUTUH SEMANGAT!!

Selamat membaca

***


Saras melengguh pelan kepalanya terasa sangat berat dan pusing. Matanya mengerjap secara perlahan.

"Mimpi indah, Saras?" Suara berat itu terdengar samar menyapu indera pendengerannya.

Mata sipitnya berusaha menyesuaikan cahaya remang ditempat ia berada, namun saat ingin mengusap mata gadis itu terkejut saat merasakan tangan serta kakinya yang sudah dalam posisi terikat. Saras mencoba berontak dari kursi yang menjadi tempatnya diikat.

"LEPASINNN!" Jerit gadis itu.

Seorang pria yang memperhatikan tingkah gadis itu dari belakang terkekeh pelan kemudian berujar, "Coba bilang yang bener."

Saras mencoba menoleh, namun tidak sampai bisa melihat wajah orang itu. Tubuhnya terus berontak hingga tanpa sadar membuat tangan serta kakinya tergores tali yang mengikatnya.

"LO SIAPA BRENGSEK?!! LEPASIN GUE!" Serunya Marah pada orang yang berada dibelakangnya itu. "Mau lo apa hah?!" Tanyanya pada pria itu.

"Woah.... gimana bisa lo tau gue mau sesuatu dari lo?" Decak pria itu kagum.

Saras mencoba terus berontak, matanya memerah dengan air mata yang perlahan mengalir dipipinya. "Please.... gue mau pulang, gue bakal lakuin apapun tapi tolong lepasin gue." Pintanya memohon.

Pria itu mengusap dagunya dengan jari telunjuknya, "Penawaran yang menarik, tapi apa yang bisa lo kasih? Kalo uang gue nggak butuh."

Gadis itu menggigit bibir bawahnya yang bergetar, "Lo mau apasih sebenernya??"

Pria itu kini tertawa keras, merasa lucu dengan pertanyaan itu. "Karena lo tanya, oke... gue akan jawab. Tapi jangan nyesel ya."

"Gue mau...... nyawa lo." Tubuh Saras membeku seiring dengan air mata yang kembali mengalir deras, pria itu menghela nafas jengah, "Lo tadi nanya kan? Giliran gue jawab lo malah nangis. Dasar cengeng!"

"Tapi..... gimana kalau kita main sebentar sebelum keacara inti hmm?" Tanyanya dengan senyum misterius.

Saras meneguk salivanya susah payah, "K–Kenapa lo mau gue mati?" Tanyanya dengan suara pelan, pria itu tersenyum penuh arti. "Karena memang harus, lo bisa jadi temen yang baik kan buat gadis kecil gue nanti?" Balasnya enteng.

Kini kening Saras mengerut dalam, gadis kecil siapa yang dia maksud?? Dan apa hubungannya dengan Saras?

Pria itu melangkah tenang, menghampiri gadis itu yang masih terdiam diposisinya. Mendengar langkah kaki itu membuat Saras ketakutan dengan kepala yang tertunduk.

Sepasang sepatu Adidas Futurecarft X Parley berhenti tepat didepannya, dengan keberanian seadanya gadis itu mendongak untuk melihat wajah pria yang menyekapnya.

Perlahan tapi pasti, kini manik matanya bertemu dengan sepasang mata yang menatapnya penuh intimidasi dan hampir membuat jantungnya nyaris lepas dari tempatnya.









"Kak...." Panggilnya dengan nafas yang tercekat.




Pria itu menyeringai, saat gadis ini memanggilnya. "Hallo Saras." Sapanya lembut. "Ah.... sorry karena kita harus ketemu dengan cara yang agak kurang baik." Ujarnya lagi.

Saras menggeleng pelan, "Nggak mungkin....."

"Kak lo—" pertanyaan itu tertahan dikorongkongan. "G–Gue salah apa Kak?"

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang