51. Berita Buruk

6K 510 233
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT DIBAWAH KARNA GRATIS!! JAN JADI SIDER PLEASE ANG JUGA BUTUH SEMANGAT!!

Selamat membaca

***

Haris melangkahkan kaki jenjangnya tergesa-gesa, berjalan menuju sebuah ruangan mewah yang terletak diujung lorong panjang. Tanpa mengetuk pintu laki-laki berjambang halus itu langsung masuk keruangan tersebut.

CEKLEK!

"Tuan saya–"


"GUE BILANG JANGAN MASUK SEBELUM GUE SURUH! LO BUDEG?!"


Haris sampai melupakan perintah atasannya beberapa jam lalu perihal jangan mengganggunya dulu.

Haris menyilangkan kedua tangannya dibawah perut lalu membungkuk'kan badannya sopan. "Maaf, Tuan. Tapi ada hal penting yang harus saya sampaikan." Ujarnya serius.

Atasannya itu membalikkan kursi kebesarannya dan menatap Haris dengan serius, mengingat pria itu adalah salah satu Tangan kanan nya yang paling kompeten dan setia pastinya.

"Apa?" Tanyanya.

Haris mengdongakkan wajahnya, "Pelacak di pisau itu tiba-tiba aktif kembali, Tuan." Lapornya.

"Gimana bisa?" Pria itu membalas heran. Pasalnya sudah lebih dari 4 bulan terakhir pisau itu hilang dari radar pengawasan. "Saya juga kurang paham, Tuan. Tapi menurut saya pisau itu pasti ada ditangan seseorang yang paham seluk beluk pisau tersebut." Haris menyampaikan opininya.

Sangat masuk akal. Pisau itu memang memiliki design khusus, dan hanya ada beberapa saja yang dipasarkan ataupun dilelang khusus untuk para kolektor pisau.

"Apa ini jebakan?"

Bisa saja kan? Ada yang sengaja memancingnya untuk keluar.

"Saya belum berani mengambil kesimpulan itu, tapi saya akan segera mengambilnya." Haris bertutur lugas.

Pria itu mengangguk paham, "Gue mau lo ambil pisau itu tanpa ada jejak yang tertinggal, pastiin wajah lo nggak terdeteksi sedikitpun sama cctv ataupun yang lainnya. Jangan sampai gagal, paham?"

Haris menunduk patuh, "Paham, Tuan. Kalau begitu saya permisi."

"Tunggu!"

Haris menghentikan langkahnya karena interupsi Atasannya itu.

"Ada hal yang harus saya lakukan, Tuan?"

Pria itu menatapnya datar, Haris sedikit merinding jika melihat raut mengerikan atasannya. Walau sebenarnya ia sudah bekerja hampir 5 tahun pada pria itu.

"Gue ada satu tugas penting buat lo." Pria itu mengisyaratkan Haris untuk mendekat untuk membisikkan sebuah rencana.

Yang pasti itu bukan pertanda baik.

Haris lagi-lagi dibuat terpaku, sebenarnya ia bekerja dengan manusia semacam apa? Pria itu sangat bengis, kejam, dan tidak memiliki belas kasihan. Pantas saja malam itu Tuannya sampai keblabasan hingga menewaskan nyawa seorang gadis, terlebih lagi gadis itu adalah orang yang ia cintai.

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang