38. If i

8.1K 620 215
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT DIBAWAH KARNA GRATIS!! JAN JADI SIDER PLEASE ANG JUGA BUTUH SEMANGAT!!

Selamat membaca

***

"MUKA GANTENG GUE KENAPA INI MISKAH?! MAMA SANI ANAKMU KEHILANGAN KEGANTENGANNYA."

"AKH, BUNUH GUE KUL! BUNUH SEKARANG! GUE GABISA KAYAK GINI" Opal memukul mukul dadanya dramatis.

"Mimi bisa kabur kalo begini caranya." Pria itu menjatuhkan tubuhnya kesofa dengan raut lesu.

Yang benar saja mereka baru  beristirahat sebentar setelah perang beberapa menit lalu, dan sekarang saudara Opal Adhanu yang punya rambut kriting badai sudah membuat drama picisan yang bikin geli. Padahal nggak bonyok aja Mimi nolak terus, trus apa bedanya gitu?

Nakula mulai jengah, beranjak dari duduknya menuju dapur, tak menghiraukan teriakan Opal yang memanggilnya. Tapi pria itu tidak kembali dengan tangan kosong melainkan membawa sebuah pisau daging yang cukup besar.

Hayoloh, creepy banget mainannya piso!

Opal reflek berdiri bahkan hampir terjungkal kebelakang saking kagetnya.  "Kul–Nakul, ngapain lo bawa begituan?!"

"Lah, tadi kan elo minta dibunuh." Jawabnya Santai. "Sini, urusan cincang mencincang serahin sama master chef Nakula Ganteng dan Danis Unyue. Bukan begitu chef Danis?"

Danis mengangguk mantap. "Betul sekali saudara, Nakul. Mau potong mana dulu nih?"

"Potong anu nya aja dulu gimana buat pemanasan?" Nakul menaik turunkan alisnya menggoda.

Opal reflek menutupi masa depannya dengan kedua tangan, niatnya kan cuma bercanda doang! Tapi kenapa malah begini endingnya?!  Belum lagi melihat seringai licik kedua pria itu, huh dirinya menyesal sekarang dan malah mencari perlindungan dibalik punggung Ganis.

"Ganis bantuin aa Opal dong." Cicitnya pelan, Ganis yang tak tega menatap tajam kedua pria itu.

"Taruh nggak pisaunya!" Titahnya serius, sedangkan Opal malah menjulurkan lidah meledek keduanya dari balik punggung Ganis.

"Ganis! Kamu tuh dukung abang dong harusnya. Dia tuh idup nggak guna juga sebenernya." Seloroh Nakula.

Danis pun menimpalinya dengan anggukan mantap, "Dia tuh cuma jadi beban orangtua, Neng Ganis."

"Bang Nakul, potong aja anu nya bang Opal!" Kompor Jalu, padahal biasanya mereka saling mendukung.

"JALU SETAN! TEMEN SEPERJUANGAN LO HAMPIR KOIT BISA-BISANYA MALAH BERKHIANAT?!" Opal memasang wajah tak menyangka.

"Maap, bang Opal. Jalu oleng bentaran ya ke kubu orang ganteng." Balasnya.

"Siapa tau bisa ketularan Ganteng." Tambah pria itu lagi.

"Ganis bantuin," rengeknya sambil modus mengapit lengan Ganis.

"Abang, Kak Danis. Gaboleh gitu dong." Nakula dan Danis malah memutar bola mata malas.

"Iya, Ganis. Mereka jahat ya sama Aa." Ujarnya semakin mengeratkan pelukan dilengan Ganis.

Namun itu tak berlangsung lama setelah kedatangan Arjuna, pria itu menodongkan samurai kesayangan Gentala ke leher Opal. Nggak tanggung-tanggung bukan cuma satu tapi dua! Satu dibagian leher, yang satunya lagi dibagian kaki.

Tubuh Opal melemas dengan badan gemetar hebat. "Lepasin tangan lo!"

"Ju—juna ganteng, itu si sisil j—jauhin dong." Mohon Opal dengan memelas.

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang