45. Sedalam itu

6.8K 557 282
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT DIBAWAH KARNA GRATIS!! JAN JADI SIDER PLEASE ANG JUGA BUTUH SEMANGAT!!

Selamat membaca

***


Seorang pria tengah duduk dikursi kebesarannya, mengetuk-ngetukkan telunjukknya pada meja kerja. Pandangannya terfokus pada sebuah figura, dimana ada foto seorang Gadis cantik yang sedang menopang wajahnya dengan satu tangan.


 Pandangannya terfokus pada sebuah figura, dimana ada foto seorang Gadis cantik yang sedang menopang wajahnya dengan satu tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Andai  aja kamu masih hidup, pasti kamu udah jadi istri aku ya sekarang," ujarnya dengan kekehan miris. "Punya anak yang banyak juga."

Jemarinya meraih figura itu dan mengusapnya perlahan, pandangan pria itu sangat dalam dan penuh penyesalan.

"Maaf, harusnya malam itu aku nggak terlalu gegabah. Harusnya aku..."

Pria itu menjeda ucapannya, mengambil nafas sebentar. "—Nggak bunuh kamu, Ra. Maaf aku nyesel banget untuk itu."

Pria itu meletakkan kembali figura itu ketempat semula, lalu membuka laci dalam meja kerjanya untuk mengambil sesuatu.

Sebuah pisau lipat, dengan ukiran naga dan inisial AM dibawahnya. Pisau yang selalu ia bawa kapanpun dan dimanapun itu.

"HARIS," Teriak pria itu.

Seorang bodyguart dengan pakaian serba hitam datang lalu membungkukkan badannya. "Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanyanya tegas.

"Lo udah cari dimana pisau gue yang satunya lagi?" Haris mengangguk, "Sudah tuan, tapi pisau itu tidak bisa kami lacak." Jawabnya.

Pria itu menoleh dengan tatapan nyalang, "Gimana bisa?!!"

"Maaf tuan, sepertinya pelacak dalam pisau itu sengaja dimatikan." Kata Haris.

"Terus cari sampai ketemu!" Titahnya mutlak.

Haris mengangguk hormat, "Baik tuan."

"Ah... soal teman Amara itu, lo udah urus?" Tanya pria itu.

Haris tak menjawab, bingung ingin memberi laporan apa pada atasannya ini.

"Gue butuh jawaban, Haris!"

Haris meneguk salivanya susah payah, "Gadis itu selalu lolos, Tuan. Ta–tapi kami sedang berusaha untuk–"


PYAR!


Pria itu menggeram marah, dan melempar gelas dimejanya ke dinding dengan keras. Sehingga terdengar suara pecahan yang sangat keras, serpihan kaca itu pun berserakan dimana-mana.

"Ngurus satu orang aja lo nggak bisa?!! Percuma gue bayar lo mahal-mahal, kalo giniian aja nggak becus!!" Sentak pria itu.

"Ma–maaf tuan, kami agak kesulitan untuk berdekatan dengan gadis itu. Karena banyak yang menjaganya," Jelas Haris dengan jujur.

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang