Gama menjauhkan tubuhnya dari tubuh Claris saat merasakan pelukan Claris semakin lemah di tubuhnya. Menepuk pipi istrinya karena Claris mulai memejamkan matanya, Gama menjadi panik.
"Cla? Bangun, Sayang!"
"Gama!"
Gama langsung menoleh mendapati Hendra dan Reyn yang sudah berjalan menghampirinya.
"Cla-claris..."
Reyn langsung menatap Gama dengan tegas dan memegang salah satu bahunya seraya berkata, "Anda harus kuatin diri Anda sendiri, Gama! Jangan ikut lemah! Liat, Claris lagi butuhin Anda sekarang, Anda harus sadarin diri Anda sendiri juga! Sekarang, ayo, kita bawa Claris ke rumah sakit, ya."
Seolah tersadar, Gama mengerjab dan mengangguk. Ya, dia harus menjadi kuat untuk Claris. Tidak semestinya dia ikut lemah dan sedih dengan kondisi Claris yang seperti ini. Claris sedang membutuhkannya saat ini. Kalau dia tidak bisa kuat untuk Claris, dengan siapa Claris akan bersandar?
Memikirkan Claris memiliki tempat untuk 'bersandar', Gama tak rela. Claris harus bersandar padanya dan dia harus bisa menjadi sandaran untuk Claris.
Mengangkat Claris dengan hati-hati, Gama akhirnya sedikit berlari agar Claris bisa segera ditangani oleh pihak medis. Gama tak peduli pada pihak kepolisian yang mencercarnya dengan pertanyaan bagaimana kondisi Claris saat dia menemukannya, kondisi Claris saat ini lebih penting daripada dia membuang waktu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Untungnya, Reyn meminta pihak kepolisian untuk mengecek rumah itu kembali apakah ada CCTV di sana atau mungkin barang bukti lain yang nantinya bisa memberatkan Helios lalu meminta tolong beberapa dari petuga polisi itu untuk mengawal mereka sampai ke rumah sakit. Pihak kepolisian diijinkan untuk meminta keterangan asal Claris sudah ditangani oleh dokter.
***
Gama terus saja diam. Bahkan tadi dia sempat mengamuk hanya karena tidak ingin ditanyakan bagaimana kondisi Claris saat dia menemukan Claris.
Gama ingin tenang dan fokus pada Claris dulu.
Saat ini Claris masih ditangani oleh dokter. Sudah 3 jam terlewat, tapi dokter yang menangani Claris masih tak kunjung keluar ruangan dan memberinya kabar soal kondisi Claris.
Walau pun Gama diam, tapi detak jantungnya tak kunjung berdetak dengan normal. Jantungnya bergemuruh. Gama takut sekali terjadi sesuatu yang buruk pada Claris.
"Handphone Anda dari tadi bunyi terus, Gama."
Gama menatap Reyn dengan bingung. "Kamu bicara apa?"
"Handphone Anda bunyi terus."
"Oh.." Gama langsung mengambil ponselnya yang berada di saku celananya. Nama Marissa muncul di layar ponselnya.
"Halo."
"Mama gimana, Dad? Mama baik-baik aja, kan? Daddy berhasil nemuin Mama, kan?"
Gama menghela napasnya. "Kami udah di rumah sakit, Sa. Kalo kamu mau nyusul ke sini, titipin anak-anak kamu sama Kevin dulu. Jangan bawa anak-anak kamu ke sini. Daddy gak mau cucu Daddy ngerasa gak nyaman sama kondisi di sini, saat ini."
"Oke, Dad. Aku titip anak-anak dulu baru ke sana."
Gama langsung memutus sambungan telepon mereka setelah mengatakan di mana rumah sakit Claris ditangani. Mengusap wajahnya, Gama mencengkeram erat-erat ponsel yang sedang digenggamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...