"Kamu nggak harus melakukan itu, Cla."
Claris mengernyit. Mereka baru saja tiba di kediaman mereka.
"Gimana? Melakukan apa maksud Kakak?"
"Membela anak-anakku itu. Biar mereka merasakan sendiri akibatnya dari kenakalan yang mereka semua lakukan, Cla."
Claris terdiam. Kenapa Gama menjadi seperti ini? Maksudnya, pada awal perkenalan hingga awal pernikahan, Gama masih hangat, bahkan masih bisa mengajaknya untuk bercanda. Claris memilih menghela napasnya lebih dulu sebelum membalas bantahan atas pernyataan Gama.
"Apa yang mau aku omongin ini, aku nggak bermaksud buat menyalahkan kamu. Tapi karna kamu cuek sama mereka dan terlalu percaya sama orang lain jadinya mereka bikin karakter kayak gitu, Kak," kata Claris lalu menghela napas lagi. "Kamu percaya kalo anak-anak kamu emang nakal jadi apa yang diucapin orang tentang anak kamu, kamu benarkan. Aku rasa aku udah pernah bahas tentang ini sama kamu, aku cuma mau kamu intropeksi, Kak. Tiap apa yang anak kamu lakukan, itu semua cerminan dari kamu sebagai orang tua mereka."
Gama terdiam. Kali ini Gama membenarkan apa yang Claris katakan. Gama lah yang telah gagal mendidik anak-anaknya. Gama juga yang mungkin telah menghancurkan kepercayaan mereka.
Gama memilih menghampiri Claris yang masih berdiri di dekat pintu yang telah tertutup. Melihat Gama yang mendekat, Claris merasakan pacu jantungnya sangat menggila. Ah, apa aku salah ngomong lagi?
Tapi pelukan yang diterimanya membuat lutut Claris langsung lemas dan bulu kuduknya berdiri, merinding.
"Makasih karna kamu udah mau bantu aku buat mengurus anak-anak, Cla."
Tapi pintu yang terbuka tiba-tiba membuat Claris tersentak ditambah rasa sakit yang langsung menyerang di kepalanya.
Gama yang melihat Felly menjenggut rambut Claris langsung menahan tangan Felly dan memanggil Nonce yang kebetulan tadi ikut pulang bersamanya.
"Dasar pelacur gak tau diri! Pergi! Pergi lo dari sini, Pelacur! Rumah gue bukan tempat penampungan pelacur rendahan kayak lo! Lo sama sekali nggak pantes ada di sini, Brengsek!"
Tangan Felly terlepas dari rambut Claris tepat saat Nonce datang. Claris meringis begitu merasakan rasa sakit yang begitu menyengat di kepalanya.
"Felly, cukup, jangan bikin Daddy marah!"
Felly masih memberontak dalam dekapan Gama membuat Gama menyuruh Nonce membawa Claris ke kamar Nonce. Nonce mengangguk dan langsung menuntun Claris yang menunduk.
"Bawa dia ke sini, Nonce! Brengsek, pelacur, sini lo, anjing!"
***
Nonce langsung mengunci pintu kamarnya begitu dia dan Claris sudah berada di dalam kamarnya. Melihat Claris yang masih menunduk membuat Nonce mengernyit lalu tanpa sengaja Nonce melihat lantai kamarnya yang ternyata ada noda merah.
Nonce segera menghampiri Claris lalu terkejut melihat hidung ibu tirinya itu mengeluarkan darah.
Mengetahui Nonce telah melihat keadaannya, Claris segera memberitahu Nonce keadaannya. "Nggak papa, Nonce, saya punya sinus, jadi udah biasa kayak gini."
Nonce mengangguk saja dan menuntun Claris ke kamar mandi di kamarnya.
"Gue, harus apa?" ucap Nonce begitu melihat Claris duduk di atas closet yang tertutup.
Claris menggeleng. "Saya nggak apa-apa, Nonce."
Nonce menggeleng. "Plis, lo butuh apa?"
Claris akhirnya menghela napasnya. "Oke, kalo boleh saya pinjem handuk kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...