Bagian 31.

5.8K 465 13
                                    

Kembali terpikirkan soal bekas luka di punggungnya, Claris akhirnya memilih untuk menghubungi ayahnya.

"Halo, Pa?"

"Ya, Sayang?"

Claris tersenyum. "Papa apa kabar?"

Hendra terkekeh dipenghubung sambungan. "Kenapa? Kangen kamu sama Papa? Salah sendiri semenjak nikah nggak pernah mau nengok Papa di rumah."

Claris menahan ringisannya. Bukannya apa, tapi dirinya cukup sadar diri bahwa dirinya tidak diinginkan di rumahnya.

"Kak Gama sibuk, Pa."

"Yah, sayangnya Papa juga tau soal itu. Jadi gimana kamu sama dia? Bahagia, kan? Dia gak nyakitin kamu, kan?"

"Cla bahagia kok, Pa."

"Bagus. Papa gak rela kalo kamu masih gak bahagia padahal kamu udah gak tinggal di sini."

"Cla gak suka Papa ngomong begitu. Di sana, Cla juga bahagia, kok."

"Tapi Papa yang gak bahagia liat kamu diperlaku"

"Pa," kata Claris memotong ucapan ayahnya.

"Papa minta maaf karna Papa gak bisa bersikap tegas selama kamu tinggal sama Papa, Cla."

Claris menghela napasnya. "Cla gak suka Papa ngebahas hal yang gak perlu dibahas."

"Tapi Papa bener-bener"

"Cla ngerti, Pa. Cla ngerti kenapa Papa bersikap kayak gitu. Cla tau kalo Cla ini kesalahan terbesar Papa—"

"Kamu bukan kesalahan, Sayang. Semuanya tetep salah Papa. Tapi Papa bener-bener gak bisa membela kamu karna Papa takut Mama semakin kasih batasan-batasan buat kita. Untuk itu, Papa minta maaf gak bisa kasih kamu rumah yang nyaman buat kamu."

Claris rasanya ingin menangis. Claris tahu kalau sebenarnya keberadaannya itu merusak kebahagiaan rumah tangga ayahnya. Tapi kalau pun bisa, Claris juga tak ingin dilahirkan dalam keadaan yang seperti itu.

Claris tak diinginkan sejak dalam kandungan ibunya. Claris masih ingat saat ibunya terus berteriak padanya bahwa tak seharusnya dia lahir karena ibunya itu sudah beberapa kali mencoba menggugurkannya sejak Claris masih dalam kandungan. Dan tak disangka-sangka, anak hasil perselingkuhan ayahnya dengan ibunya itu tetap lahir ke dunia. Claris pun juga bukannya tak tahu kalau ayahnya pun juga tak pernah menginginkannya.

Dan entah apa yang terjadi, tapi sejak Claris memasuki masa SMPnya, ayahnya itu mulai memerhatikannya dan menyayanginya walau pun yang ayahnya berikan tetap tak sebanyak yang ayahnya berikan pada Claretta. Tapi Claris sudah sangat bersyukur ayahnya mau memberikannya perhatian karena Claris pun dapat perhatian dari kedua kakek-neneknya. Walau Billy dan Lily tahu kalau Claris bukan cucu kandungnya seperti Claretta, tapi sikap mereka padanya sama seperti mereka bersikap pada Claretta juga para sepupunya. Bahkan tak jarang mereka mengajak Claris pergi berlibur kalau ayahnya itu mengajak Claretta dan ibunya untuk pergi liburan. Dan untuk itu, Claris sangat bersyukur.

Step MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang