"Saya bersedia."
Dan setelah ucapan yang keluar dari mulut Claris itu langsung terdengar bunyi lonceng dari gereja juga nyanyian doa dan pastur yang memberi nasihat-nasihat juga petuah untuk memberkati mereka menjadi suami-istri.
Gama mengecup kening dan bibir Claris penuh kasih sayang membuat semua orang bertepuk tangan sedangkan kelima anak Gama berdesis tak suka.
"Grandma kenapa setuju Daddy nikah lagi, sih?!" Nonce berbisik pada Lisa yang dibalas teguran oleh Tio yang berdeham.
"Biar kalian ada yang ngurus, Sayang."
"Kenapa gak pas kita masih sekolah?"
Tio menghela napasnya. "Karna dulu kalian anak manis. Sekarang? Marissa yang masih sekolah aja udah kalian ajak-ajak ke diskotik."
Lisa mengangguk setuju. "Grandma sama Grandpa nggak mau kalian kayak gitu. Daddy kalian gak bisa ngurus kalian setiap saat. Jadi lebih baik dia menikah lagi."
"Grandpa, aku bakal lulus bulan depan, okay! Jadi aku udah gede! Bahkan aku udah punya kartu identitas jadi aku bukan anak kecil lagi!" Marissa berdecak sebal. Hell, bahkan dia sudah berumur 18 tahun. Kakak pertamanya berumur 23 tahun, dan ketiga kakak kembarnya itu berumur 20 tahun. Yah walau orangtua mereka memang married by accident, tapi kedua orangtua mereka setidaknya saling mencintai.
Lagipula jaman sekarang juga banyak yang 'MBA', kan?
"Udahlah, Claris perempuan baik, kok."
Adam mendengus. "Jangan-jangan yang dibilang Roy sama Felly bener ya, Grandma. Perempuan itu udah hamil?"
Tio memelototi Adam. "Jaga bicaramu, Adam. Grandpa gak suka."
Suara dehaman membuat Roy yang sudah membuka mulutnya menutupnya kembali.
"Ayo anak-anak Daddy, kita foto," ucap Gama dengan tersenyum.
Claris ikut tersenyum walau dalam hatinya dia menyiapkan diri untuk mendengar celetukan yang tidak enak didengar dari anak-anaknya itu. Well, anak-anak suaminya berarti anak-anaknya juga, kan? Toh sekarang Claris telah menjadi istri sah Gama. Secara otomatis, anak Gama anaknya juga begitupun sebaliknya. Kalau dia punya.
Tapi tidak ada ucapan yang mungkin akan menyakitinya itu. Walau dengan keengganan, anak-anaknya itu mengangguk setuju.
Oh, Claris harap dia bisa menjadi sosok ibu asuh mereka. Ya, hanya sebatas ibu asuh, dia tidak akan muluk.
***
Pukul setengah 5 pagi Claris sudah sibuk di dapur setelah dia membereskan rumahnya sekarang ini walau hanya beberapa bagian. Bahkan saat ini 2 pembantu dan 2 tukang kebun belum bangun selain supir dan satpam yang menjaga kediaman Cliff-Roth saat malam hari. Saat ini dia sedang membuat kopi untuk 2 satpam dan 2 supir yang telah stand by itu.
"Maaf, Pak, saya baru bisa buat kopi." Claris tersenyum pada 4 orang itu yang langsung dibalas senyuman tak enak.
"Aduh, Nyonya, gak usah repot-repot," balas salah satunya dengan canggung.
Claris menggeleng dan pamit undur diri. "Nggak repot, kok. Kalo gitu saya ke dalem dulu ya, Pak. Nanti kalau sarapan udah siap saya suruh Mbaknya manggil biar sarapan bareng."
Ucapannya itu dibalas anggukan yang semakin canggung oleh ke-empat orang itu. Mereka baru pertama kali diperlakukan seperti itu walau selama ini majikannya juga tidak bersikap kasar pada mereka.
Setelah itu Claris kembali menuju dapur dan melihat isi kulkas. Ada beberapa sayur dan daging fillet dengan bermacam-macam bumbu lengkap.
Anak-anak gak suka makan sayur, Sayang.
![](https://img.wattpad.com/cover/125440298-288-k606624.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...