Bagian 26.

6.1K 512 40
                                    

Claris duduk bersebelahan dengan Marissa lalu disusul Adam dan Gama. Sedangkan Kevin, Indah dan Harris berada berhadapan dengan mereka.

"Sebelumnya, sekali lagi saya minta maaf atas apa yang telah anak saya lakukan tadi dan juga pada Marissa," kata Harris pada Gama.

Gama mengangguk. Rasanya, ingin sekali Gama juga memukul Kevin. Tapi melihat bagaimana kondisi Kevin yang sudah babak belur, membuat Gama mengurungkan keinginannya itu. Toh, Adam tadi juga sudah memukuli Kevin. Anggap saja untuk saat ini, itu cukup untuk Kevin.

Harris menatap Marissa yang terus saja menunduk dan memeluk lengan Claris. "Marissa, Oom bener-bener minta maaf karna perbuatan Kevin."

Namun Marissa menggelengkan kepalanya dan menjawab pernyataan Harris dengan suara bergetar. "Ini bukan salah Kevin, Oom. Ini salah aku. Jadi, kalo boleh aku mau langsung pulang aja."

Claris dapat merasakan cengkeraman Marissa yang semakin erat dan itu cukup menyakiti lengannya. Dia memilih mengelus lengan Marissa agar Marissa bisa merasa lebih tenang.

"Ya, tapi tetep aja gak dibenarkan dengan Kevin mengambil anak kamu begitu aja."

Kevin berdecak. "Itu anak aku juga kalo Papa lupa."

"Ayo kita pulang aja, Ma."

"Ah, Marissa, ayo kita liat anak kamu di kamarnya Kevin," ucap Indah mencoba untuk membawa Marissa pergi.

Namun Marissa malah kembali menggelengkan kepalanya membuat semua yang berada di sana bingung.

"Aku, aku udah ikhlas. Kalo Kevin mau anak itu, aku kasih. Aku nggak bakal balik lagi atau mau ngambil anak itu lagi." Marissa memberanikan diri untuk menatap Gama. "A-ayo kita pulang, Dad."

Semuanya semakin terkejut mendengar ucapan Marissa. Kenapa? Ada apa ini?

Indah menatap Claris membuat Claris langsung menatap Kevin.

"Maaf, boleh saya berbicara berdua aja dengan Kevin?"

***

Saat ini, Claris dan Kevin tengah berada di halaman belakang kediaman keluarga Kevin setelah mereka diijinkan untuk berbincang secara terpisah. Claris langsung menatap Kevin dengan pandangan yang sedikit susah diartikan.

"Apa yang udah kamu bilang ke Marissa, Kevin?"

"Maksudnya?"

"Saya tau kamu udah bilang sesuatu ke Marissa saat kamu ambil bayi-bayi kalian sampai Marissa mau merelakan bayi-bayinya untuk kamu rawat."

"Saya nggak bilang apa-apa."

Claris tersenyum lemah lalu mengalihkan pandangannya. "Melihat sikap kamu ini, saya yakin Mama kamu belum bilang kondisi Marissa saat dia hamil, benar?"

"Kondisi Risa? Emang Risa kenapa?"

"Marissa pernah mencoba buat bunuh diri, Kevin."

Kevin terdiam di tempatnya. Dia menelan ludahnya dengan susah sebelum akhirnya merespon ucapan Claris itu. "Nggak. Enggak mungkin. Risa nggak mungkin mau ngelakuin hal kayak gitu, Tante."

Claris terkekeh. Melihat respon Kevin dan ibunya, Claris tahu kalau Marissa mereka lihat sebagai gadis yang kuat. Itu juga berarti Marissa bersikap baik pada keduanya.

"Marissa pernah coba buat bunuh diri. Dulu, Daddynya enggak mau Marissa hamil. Daddynya nyuruh Marissa buat gugurin kandungannya tapi Marissa mau pertahanin janinnya. Sejak kejadian itu, Marissa jadi lebih sensitif," ucap Claris sambil kembali memandang Kevin yang tengah memandangnya dengan tatapan nanar. "Makanya saya tanya sama kamu apa yang udah kamu bilang sama dia sampai dia mau merelakan bayi-bayinya begitu aja?"

Step MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang