Bagian 65.

5.1K 420 9
                                    

Reyn yang ditatap Gama segitu dalamnya, membalas tatapan itu. Tapi saat ini, sepertinya memang kondisi Claris yang sangat penting hingga Gama hanya menatapnya tanpa bertanya apa pun lagi setelah mendengar sedikit penjelasan bagaimana kondisi Claris saat dulu ditemukan.

Tapi Reyn juga ingin tahu bagaimana kondisi Claris saat Gama menemukannya. Apalagi Gama bahkan sampai tidak mengindahkan perintah pihak kepolisian agar memanggil mereka begitu keberadaan Claris ditemukan.

Reyn langsung mencari keberadaan Gama begitu mendengar suara teriakan pria itu. Dan saat Reyn menemukan Gama, Gama sudah dalam keadaan terisak seraya memeluk Claris dan Claris sudah tak sadarkan diri di pelukan suaminya.

"Dad!"

Reyn menoleh dan mendapati Marissa yang wajahnya sudah basah, Nonce, Adam dan Roy.

***

"Gimana keadaan Mama, Dad?"

"Masih ditanganin dokter, Sayang. Kamu berdoa, ya, semoga Mama baik-baik aja."

Marissa langsung memeluk Gama dan kembali terisak. Sedangkan Nonce, sebisa mungkin dia berlindung di balik tubuh Roy agar tak ada kekacauan lain yang diakibatkan olehnya hanya karena ada dia di sini.

Adam yang melihat Nonce semakin menyamarkan keberadaan dirinya, menggenggam tangan adiknya itu. Adam tersenyum. Berharap senyumannya itu dapat menenangkan Nonce.

Namun secara tak terduga, Marissa melepas pelukannya pada Gama lalu menghampiri Nonce dan menamparnya.

"Ini semua gara-gara lo, Kak! Kalo aja lo bilang Mama ketemu sama pacar sialan lo itu, Mama gak akan kayak gini sekarang."

Gama menghampiri ke empat anaknya itu dengan segera. Roy yang melihat Gama menghampirinya dengan kakak dan adiknya itu mengepalkan tangannya. Roy takkan membiarkan Gama melayangkan tangan pada Nonce. Sedangkan Adam, dia juga langsung berdiri di depan Nonce agar kalau Gama ingin menyakiti adiknya, Gama harus melewatinya dulu.

Namun yang tak disangka, Gama memegang bahu Marissa dengan lembut.

"Risa, kamu jangan ngomong begitu sama kakak kamu."

"Tapi, Dad—"

"Risa. Nonce juga gak mau hal ini terjadi. Ini kemauan Mamamu buat nemuin pacarnya Nonce tanpa bilang sama Daddy." Gama menghampiri Nonce dan memeluknya. "Maafin Daddy, Sayang. Maaf. Daddy tau ini sepenuhnya salah Daddy sampe kamu bisa milih jalan yang salah begini. Daddy bersyukur banget karna kamu masih bisa ngejaga kehormatan kamu. Maaf, Nonce, maaf. Daddy bener-bener ngerasa gagal jadi orang tua buat kamu dan adek juga kakak kamu."

Nonce yang menangis dalam diam hanya menganggukkan kepalanya. Dalam hati dia juga terus mengucapkan kata maaf dan penyesalannya atas apa yang telah dia perbuat. Tapi menyesal terus tanpa berubah, untuk apa?

Jadi sebisa mungkin Nonce memperbaiki dirinya agar dia tak mengecewakan keluarganya lagi.

Marissa yang melihat betapa eratnya pelukan antara kakaknya dengan ayahnya akhirnya ikut bergabung. Marissa bukan bermaksud ingin menyalahkan Nonce dan menamparnya tadi, Marissa terlalu frustasi akan hilangnya Claris dan saat tahu bahwa Nonce lah penyebab Claris menghilang, Marissa jadi menyalahkan Nonce terus sampai akhirnya Claris ditemukan hari ini.

"Maaf karna tadi gue udah nampar lo, Kak."

Nonce mengangguk, memaklumi sikap Marissa yang terlalu khawatir pada Claris.

Adam melirik Roy yang tengah tersenyum melihat adik-adiknya berpelukan seperti itu langsung mengajak Roy untuk bergabung. Roy awalnya menegang, tubuhnya kaku karena terkejut dan tak pernah menyangka bahwa hal 'aneh' yang dia lakukan ini akan dia rasakan. Mencoba menyamankan diri dan mencari kehangatan dari keluarganya, Roy rasanya ingin menangis karena perasaan bersalah yang kembali menyerangnya.

Tapi Roy menahannya. Seperti kata Claris, seorang ibu pasti selalu menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya begitu pula dengan ibunya, walau pun harus mengorbankan dirinya sendiri.

Dan seperti kata Claris juga yang mengatakan bahwa Roy harus mengikhlaskan apa yang telah Tuhan pilihkan takdirnya dan yang ibunya perjuangkan untuknya. Itu bukan hal yang mudah. Kalau pun ibunya bisa memilih, ibunya sudah pasti akan memilih untuk bertahan agar bisa membesarkan anak-anaknya.

Tapi, Tuhan punya kehendak-Nya sendiri. Dan seberapa kuat usaha anak-Nya untuk mewujudkan keinginannya, kalau Tuhan berkata tidak atau belum saatnya, apa yang bisa dilakukan selain terus berdoa dan berusaha?

Roy semakin menguburkan kepalanya pada pundak Marissa, tak peduli air matanya sudah membasahi pipinya. Roy yakin, kehadiran Claris pun jalan Tuhan agar dia bisa merasakan kehangatan yang tak pernah akan dia rasakan ini. Dan Roy sangat bersyukur untuk itu.

Sedangkan Gama, dia tak pernah menyangka bisa berpelukan erat seperti ini dengan anak-anaknya walau pun kurang lengkap karena tanpa kehadiran Felly. Tapi Gama sudah merasa lengkap dan bahagia. Bahkan dia merasa beban-bebannya seolah terangkat.

Gama tak pernah merasa selega dam seringan ini setelah kematian istrinya. Ternyata, walau pun istrinya telah tiada, dia masih bisa merasakan perasaan ini.

Memang kebodohannya saja yang menelatarkan anak-anaknya hingga Gama kehilangan kehangatan ini. Kehangatan dari keluarga kecilnya, dari anak-anaknya.

***

Reyn yang menatap Gama sudah terlihat lebih tenang menghela napasnya namun bibirnya menyunggingkan senyum miris.

Claris.

Nama itu. Satu nama sederhana yang juga sempat membuat dunianya seakan runtuh.

Claris tak pernah diterima di mana pun dia berada. Tapi melihat bagaimana perlakuan Gama dan anak-anaknya pada Claris, Reyn rasa, kali ini Tuhan menempatkan Claris di tempat yang tepat.

Karena sejak dulu pun tidak ada respon positif dari atas apa yang telah dilakukan oleh Claris selain dengan keluarga Gama. Bersikap baik dengan ibunya, Claris malah dibuang. Bersikap baik dengan ayahnya, Claris malah berakhir mendapat mimpi buruk untuk masa kecilnya.

Apa lagi melihat betapa hangatnya keluarga kecil yang sedang Reyn lihat. Reyn tahu dan yakin kalau Claris punya andil besar dalam terjadinya kehangatan yang bisa dia lihat ini.

Itu sebabnya Reyn juga ingin Claris bahagia. Reyn tidak ingin Claris hanya bisa membuat orang bahagia tanpa dia bisa membahagiakan dirinya sendiri.

Reyn mengepalkan tangannya saat mengingat dulu dia merasa bahwa kehadiran Claris akan menghancurkan kebahagiaan keluarganya.

Namun nyatanya, Claris tidak pernah bahagia sejak kecil kecuali saat Claris memiliki pacar waktu itu. Setelahnya, Claris belum pernah dia lihat lagi tersenyum lebar seperti saat Claris tersenyum lebar saat dengan mantan pacarnya dulu.

Ya. Senyum tanpa beban yang pernah Reyn lihat saat Claris memiliki kekasih waktu itu. Reyn bahkan tak menyangka bahwa Claris bisa tersenym lepas seperti itu. Reyn hampir tak mempercayai pandangan matanya sendiri yang mana pandangan matanya memang baik-baik saja.

Pintu UGD tempat Claris ditangani terbuka. Hendra yang memang lebih dekat dengan posisi pintu langsung bertanya pada dokter yang keluar dari ruangan itu.

"Gimana kondisi putri saya, Dokter?"

***

Maaf harus up di jam segini wkwkwkwk :')

Ya udah, sampe ketemu beberapa jam lagi ya. Semoga pagi atau makan siang saya udah bisa up lanjutannya.

Selamat malam!

Step MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang