Claris langsung memijat pelipisnya. Pasti Anna akan mengira kalau Reyn sedang marah sungguh-sungguh. Benar saja, tak lama isakannya terdengar.
"Kak! Jangan bikin anak aku nangis terus!"
Reyn terkekeh dan menghampiri Claris yang sudah menatapnya tajam diikuti ke 7 anaknya.
"Aku cuma bercanda, Cla."
Claris mendelik. "Udah tau Anna perasa banget. Kakak-kakaknya udah gak gangguin, malah kamu yang gangguin."
Reyn diam saja, malah memerhatikan Anna yang terlihat nyaman sekali memeluk Adam. Lalu Reyn menatap anak-anaknya yang lain dan mengabsennya mulai dari yang paling tua.
"Sion, Bianca, Andres, Nino, Rayen, Rea, Bram. Kenalin, kakak-kakak kalian ini."
Lalu mereka saling memperkenalkan diri satu sama lain. Anna sudah berhenti menangis karena mereka sudah mengobrol dengan hangat. Bahkan mereka juga sudah saling bercanda. Marissa pun sudah memperkenalkan si kembar dengan ke 8 adik tirinya itu. Dan si kembar terlihat akrab saja dengan adik-adik tirinya itu.
***
Saat ini mereka sedang makan malam. Claris memaksa agar mereka makan malam dulu bahkan Claris juga tak keberatan kalau mereka ingin menginap karena memang besok hari minggu. Mereka makan disertai candaan-candaan kecil.
Sedangkan Gama, tak henti-hentinya menatap Claris. Mengingat tadi saat sebelum makan Claris meminta Rayen untuk memimpin doa, Gama tahu bahwa Claris sebisa mungkin mendidik anak-anaknya sebaik mungkin.
"Di makan, Kak, makanannya, jangan ngeliatin aku terus."
Gama terkekeh. "Kamu gak keberatan anak-anak manggil aku Daddy?"
Claris menaruh sendoknya dan menaruh perhatian sepenuhnya pada Gama. "Nggak, kok, aku gak keberatan sama sekali. Aku malah seneng kalo kamu juga mau anggep mereka kayak anak kamu, Kak."
"Anak aku kan, anak kamu juga, Cla. Begitu pula sebaliknya. Anak kamu, ya, anak aku juga, kan."
Claris mengangguk.
"Reyn suka nginep di sini juga, Cla?"
"Iya. Kadang Papa Teddy juga suka nginep."
Gama mengangguk dalam hati benar-benar bersyukur karena ayah tirinya Claris benar-benar bisa menerima keberadaannya tidak seperti orang tua kandung Claris sendiri.
"Emang kenapa kalo saya suka nginep? Anda gak terima, Gama? Cemburu sama saya?"
Gama memutar bola matanya. "Diem, Reyn. Saya gak lagi ngomong sama kamu."
"Oh, tapi saya denger apa yang Anda omongin sama adek saya."
"Ya, bagus kalo gitu. Itu berarti telinga kamu masih normal."
"Iya, makanya Anda kalo mau ngomong sama adek saya, berdua aja sana, jangan di sini. Yah, itu pun kalo adek saya mau ngomong sama Anda."
"Udah, Kak, apaan sih, kalian ini! Anak-anak lagi makan, bukan mau dengerin perdebatan kalian!"
Reyn menatap Gama seolah mengatakan pada Gama bahwa dia menang dari Gama. Gama dalam hati mengumpat. Gama tak menyangka bahwa Reyn sangat kekanakan begini.
Gama kembali menatap Claris. Kemudian baru Gama sadari ternyata Claris bisa secerewet ini. Claris benar-benar terlihat bebas. Seolah selama ini ada yang 'membelenggunya' untuk bebas.
Bukannya Gama tak senang dengan perubahan Claris ini, tapi Gama benar-benar ingin melihat bahwa Claris masih mencintainya dan membutuhkannya.
Tapi sepertinya Gama masih harus bersabar dan berusaha lebih lagi agar Claris bisa kembali menjadi miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
Fiction généraleMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...