Claris memilih ke kantin dulu sebelum kembali ke ruangan Marissa. Claris bahkan tak menyadari kalau sejak tadi dia diawasi oleh seseorang.
***
Pria itu menatap Claris tersenyum sambil memegang baju Claris-nya dulu.
Ah, apa bau Claris masih seperti dulu? Atau sudah berubah?
Batinnya bertanya-tanya.
Pria itu memejamkan matanya lalu menggeram. Sialan! Seharusnya Claris menikah dengannya, bukan dengan duda beranak 5 itu!
Semua ini karena Claretta sialan! Seharusnya Claretta yang menikah dengan duda itu, bukan Clarisnya!
Pria itu kembali membuka matanya. Ah, sepertinya menyenangkan kalau sedikit bermain dengan Claretta.
***
Claris masuk ke dalam kamar inap Marissa dan terkejut mendapati Gama di sana sedang menatap kedua bayi mungil itu.
"Mereka, indah."
Claris menghembuskan napasnya dengan lega. Dia tak sadar kalau ternyata dia menahan napasnya.
"Apa mereka mau maafin aku yang jahat ini, Cla?"
Claris langsung menghampiri Gama dan dengan berani memeluknya. "Aku seneng kalo kamu udah bisa nerima mereka, Kak. Dan, ya, mereka pasti maafin kamu."
Gama membalas pelukan Claris dengan erat. "Aku nggak tau harus gimana. Aku malu. Aku takut. Aku ngerasa bersalah banget. Gimana kalo aku kehilangan mereka, Cla?"
Claris merasakan tenggorokannya kering. Gama sedang menyesal. Claris akhirnya memaksa melepas pelukan mereka lalu merangkum pipi Gama. "Nyatanya, mereka tetep di sini, kan? Sekarang kamu tau apa yang perlu kamu lakuin? Dukung dan bantu Marissa, Kak. Tanpa kamu pun, Marissa mungkin juga nggak akan sekuat ini."
Gama menggelengkan kepalanya. "Kamu yang bikin dia kuat, Cla. Bukan aku, bukan kakak-kakaknya, tapi kamu."
Claris tersenyum. "Cla seneng kamu udah bisa nerima mereka."
Gama langsung mencium Claris. Claris membalasnya dan ikut mengalungkan lengannya di leher Gama.
Tanpa keduanya sadari, sebenarnya Marissa sudah bangun sejak tadi. Marissa mendengar semuanya. Bagaimana Gama memang menyesal dan terus mengucap maaf padanya dan kedua bayinya, Marissa senang. Senang akhirnya anak-anaknya diterima. Oleh ayahnya.
Marissa merasakan perasaan yang luar biasa lega. Lagi-lagi, Marissa bersyukur Claris mau bertahan dengan Gama. Dan Marissa tak akan membiarkan siapa pun mengambil Claris darinya.
***
Gama menyuruh Claris pulang dan membiarkan dirinya menjaga Marissa di rumah sakit. Besok Marissa sudah dibolehkan pulang.
Claris masuk ke dalam ruang tamu dan disambut dengan Adam yang duduk di sana dengan kepala tertunduk. Memang, kemarin Adam bersama Nonce sudah menjenguk Marissa dan kedua bayinya itu.
Claris akhirnya memilih menyapa Adam. "Di mana adik-adikmu yang lain?"
Adam mengangkat kepalanya dan baru Claris sadari mata Adam yang merah. Claris mulai merasa tak nyaman.
"Adam?"
"Kenapa? Lo mau godain Roy kayak lo godain gue, Cla?"
Claris menatap Adam awas. "Maksud kamu?"
Adam terkekeh dan berdiri lalu mendekat ke arah Claris yang mematung. Begitu telah berada di hadapan Claris, Adam langsung mengusap pipi Claris dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...