Hendra langsung datang ke rumah sakit saat Gama mengabarinya kalau Claris sudah seminggu ini di rawat di rumah sakit. Walau pun Hendra belum mendapatkan penjelasan lebih soal Claris, tapi Hendra tetap khawatir pada Claris. Dan juga bahkan dirinya nekad berbohong pada keluarganya agar dia bisa menemui Claris di rumah sakit.
"Kenapa sama Claris? Gimana kondisi Claris sekarang? Dia udah gak papa, kan?"
Gama diam. Melihat kekhawatiran Hendra yang begitu tergambar dengan jelas, Gama jadi ragu kalau Hendra benar-benar mencemaskan Claris. Pikiran Gama seolah selalu diingatkan dengan rumor-rumor buruk tentang mertuanya pada putrinya itu.
"Gama? Gimana keadaan Claris sekarang? Dia udah baik-baik aja, kan?"
"Sebenernya kaki Claris cuma terkilir, Oom."
Hendra mengernyit walau pun raut kecemasannya tidak berkurang sedikit pun. "Cuma terkilir? Terus kenapa Claris harus sampe dirawat seminggu ini, Gama?"
Gama berdeham. Tepatkah kalau dia mengatakan kondisi Claris pada Hendra? Walau pun Hendra adalah ayah dari istrinya, tapi entah mengapa perasaannya sangat ragu untuk percaya pada Hendra.
Tapi, benarkah perasaannya ini? Atau ini hanya keegoisan miliknya yang lain?
"Oom, sebelumnya boleh saya tanya sesuatu?"
Hendra mengernyitkan keningnya. "Apa boleh saya masuk dulu buat liat kondisi Claris, Gama?"
Gama menggeleng. "Maaf, Oom, justru ini menyangkut soal kondisi Claris sekarang."
"Kondisi Claris? Maksud kamu?"
"Bisa kita sambil duduk, Oom?"
***
Mereka memutuskan untuk berbincang di kafe seberang rumah sakit tempat Claris dirawat. Dengan dua gelas kopi yang masih panas, Hendra tak ingin membuang waktunya berlama-lama.
"Jadi Claris kenapa, Gama?"
Gama menghela napasnya atas sikap buru-buru Hendra. Bukannya Gama tak ingin segera memberitahu mertuanya itu soal kondisi Claris, tapi masalahnya Gama masih ragu pada mertuanya itu.
"Bisa kita cepat saja, Gama? Saya gak mau terlalu lama di sini, saya—" Hendra tak melanjutkan kalimatnya. Dia tak bisa mengatakan pada Gama bahwa dia takut dipergoki oleh istri atau anaknya yang lain karena menjenguk Claris.
Gama berdeham. "Begini, Oom," kata Gama menatap Hendra tak enak karena masih memanggilnya Oom. Tapi Hendra terlihat tidak masalah dengan hal itu. "Sebenernya saya juga gak tau Claris kenapa, karna dia lagi belanja bulanan ke pasar sama mall. Tapi pas di mall, Claris tiba-tiba diem aja, gak ngomong apa-apa, pandangannya juga kosong. Dokter bilang Claris terserang secara psikis dan membutuhkan dokter khusus pada bagian kesehatan mental."
Gama dapat melihat tubuh Hendra yang menegang. Lalu Hendra hanya diam dengan tatapan kosong. Gama mengernyit melihat respon mertuanya seperti itu. Berarti memang pernah terjadi sesuatu pada Claris, ya?
Mereka terdiam. Tidak, Gama memberikan waktu untuk Hendra agar Hendra bisa kembali ke orientasinya.
Namun sialnya Gama tak tahu sampai kapan Hendra kembali. Karena kopi milik Hendra pun sudah terlihat dingin dan tak tersentuh sama sekali.
"Oom?"
Hendra tersentak kaget saat Gama akhirnya memanggilnya. Hendra mengusap keningnya yang memang berkeringat. Bahkan tangannya pun terlihat gemetar.
"Oom gak papa?"
"Ah, y-ya.." Hendra berdeham. "Saya gak papa," katanya dengan suara yang masih serak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...