"Emang kapan Cla gak bahagia? Kamu nih, bisa aja ngomongnya."
"Saya serius, Cla. Kamu bahagia? sama pernikahan kamu ini? Sama hidup kamu sekarang?"
Claris dengan kikuk mengangguk dan mengusap perutnya. "Cla bahkan gak pernah nyangka Cla bisa bahagia banget kayak sekarang ini, Reyn." Claris tersenyum. "Bahagia? Cla rasa agak berlebihan kalo Cla bilang Cla gak bahagia. Tapi Cla juga takut."
"Takut kenapa?"
"Cla takut kalo kebahagiaan ini cuma sementara, Reyn. Cla takut kalo Cla terlalu bahagia, kebahagiaan ini bakal diambil secara paksa dengan cepat."
***
"Kenapa kamu bisa mikir kayak gitu, Cla?"
Claris menggelengkan kepalanya. "Cla juga gak tau, Reyn. Kayak ada warning aja buat Cla gitu. Cla bahkan sering mimpi buruk akhir-akhir ini."
"Emangnya apa yang kamu mimpiin, Cla?"
Claris menatap Reyn. "Itu cuma mimpi buruk aja, kok, Reyn," kata Claris sambil berjalan menuju kursi untuk duduk karena dia mulai merasa kakinya pegal.
Reyn mengikuti Claris lalu setelahnya dia berjongkok di hadapan Claris dan menggenggam tangan Claris. "Tapi saya mau tau apa yang kamu mimpikan, Cla."
"Cla selalu mimpiin anak kecil, Reyn, makanya Cla takut."
"Anak kecil? Emangnya kenapa sama anak kecil di mimpi kamu itu?"
"Cla liat dia lari-lari kayak lagi dikejar orang sambil nangis. Tapi setelahnya tiba-tiba anak itu udah ada di sebuah rumah. Kadang dia terkurung di dalem kandang tapi kadang juga dia ada di kasur empuk. Tapi di dua tempat itu gak ada yang bikin anak itu nyaman. Dia selalu nangis tapi anehnya dia nggak pernah minta tolong."
Reyn tanpa sadar menegang mendengar itu.
"Tapi ada satu hal lagi yang bikin Cla makin takut dan itu sejujurnya sedikit aneh."
"Apa?" ucap Reyn dengan cepat.
"Kadang anak itu bisa ngeliat Cla. Dan kalo dia ngeliat Cla, anak itu pasti dan selalu langsung berenti nangis." Claris menatap Reyn yang terlihat pucat dengan mata yang berkaca-kaca. "Itu cuma mimpi buruk aja, kan, Reyn?"
***
Reyn segera menghubungi Gama begitu dia baru menaiki mobilnya.
"Ini saya, Reyn. Anda ada waktu? Bisa saya ke kantor Anda sekarang?"
"Kenapa emangnya?"
"Ini masalah serius, Gama. Tadi, orang itu hampir berhasil membawa Claris."
"Saya kirim alamat—"
"Gak perlu. Saya udah di jalan menuju sana," kata Reyn lalu langsung menutup panggilan teleponnya dengan Gama.
***
Belum sempat Gama menawarkan Reyn minum, Reyn langsung mengatakan tujuannya.
"Apa Anda benar-benar bisa saya percaya, Gama?"
Belum sempat Gama menanyakan maksud dari pertanyaan Reyn, Reyn kembali membuka suaranya.
"Apa Anda benar-benar bisa saya percaya untuk menjaga Claris, Gama?"
"Maksud Anda apa, Reyn?"
"Kalau Anda gak bisa menjaga Claris, tolong biarkan saya yang menjaga Claris."
"Claris istri saya, Pak Reyn. Jadi bisa tolong jelaskan maksud Anda apa?"
"Dulu Claris pernah diculik. Apa Anda udah tau soal itu?"
"Ya, saya tau. Lalu?"
"Orang yang menculik Claris udah keluar dari penjara. Dan dia berniat mengambil Claris lagi."
Gama terdiam. Dia tak menyangka kalau orang yang menculik Claris sudah dibebaskan.
"Tadi waktu Claris gak sadarkan diri, dia udah hampir membawa Claris."
"Claris pingsan? Kenapa Anda gak bilang ini dari tadi? Sekarang di mana istri saya?"
"Tunggu, Anda tenang dulu. Saya gak bilang Claris pingsan. Saya bilang waktu lagi Claris gak sadar. Bukan berarti Claris pingsan, kan."
"Terus kenapa sama Claris?"
"Claris bilang dia ketiduran di kamar inap anak kamu yang lagi dirawat di rumah sakit. Dan satu hal lagi, anak kamu itu juga dibikin gak sadar sama dia. Saya gak tau gimana dia bikin anak kamu gak sadar, berharap aja anak kamu gak disuntikin sesuatu sama dia."
"Maksud kamu?"
"Maka dari itu saya nanya sama Anda. Apa Anda bisa menjaga Claris juga menjaga anak-anak Anda sendiri, Gama? Karna orang yang akan Anda hadapi bukan orang sembarangan. Dia orang yang lebih berpengalaman dari Anda."
"Bagaimana kalo kita bekerja sama? Bukankah itu lebih baik?"
Reyn diam menatap Gama. Reyn tak pernah menyangka bahwa Gama yang terlihat egois ini mau menurunkan egonya untuk bekerja sama dengannya. Walau pun Reyn tadinya memang ingin mengajak Gama untuk bekerja sama, tapi melihat bagaimana saat pertama kali dia berbincang dengan Gama, Reyn tahu kalau Gama itu merupakan orang yang egois.
Tapi saat Gama menawarinya bekerja sama untuk melindungi Claris, Reyn sama sekali tak menduganya. Reyn cukup terkejut.
Dan sejujurnya alasan Reyn ingin mengajak Gama bekerja sama dalam menjaga Claris dari orang itu adalah agar orang itu tak mencurigainya. Reyn butuh tameng yang pas untuk alasan kenapa orang itu selalu gagal untuk membawa Claris lagi.
"Bagaimana, Reyn? Bukankah lebih baik kalo semakin banyak yang menjaga Claris? Apa perlu saya hubungin Oom Hendra juga?"
"Jangan," ucap Reyn dengan cepat. "Jangan bawa-bawa Oom Hendra soal Claris."
"Kenapa? Oom Hendra pasti juga khawatir kalo tau temennya yang nyulik Claris udah keluar dari penjara, kan?"
Reyn menatap Gama lama. Apa? Apa Gama tak tahu bagaimana Claris diperlakukan selama ini? Kenapa Gama berkata seperti itu?
"Anda tau dari siapa soal Claris diculik, Gama?"
"Tau dari Oom Hendra," ucap Gama lalu langsung menceritakan soal dia yang akhirnya menghubungi Hendra saat Claris dirawat di rumah sakit.
***
Reyn rasanya ingin sekali tertawa begitu dia mendengar cerita Gama. Hendra khawatir pada Claris? Benarkah? Bahkan Hendra sampai rela membohongi Gama seperti ini.
"Asal kamu tau, Gama, bukan karna Claris yang ditemuinnya lama. Tapi Claris emang cuma dicari dalam waktu beberapa bulan aja sampe akhirnya Claris ketemu. Well, Gama, kalo kamu mau saya kerja sama sama kamu, saya gak mau kamu bawa Oom Hendra dalam urusan kita. Saya harap kamu bisa pikirin hal ini dulu. Silakan kamu hubungi saya besok. Saya permisi dulu kalo begitu."
Gama menatap kepergian Reyn dengan pikirannya yang bercampur.
Kenapa? Kenapa Reyn tidak ingin mengajak Hendra? Bukan kah hal itu lebih baik saat menjaga Claris.
Tapi ucapan Reyn pun mengganggunya. Memang, saat bercerita soal Claris pernah diculik, Hendra terkesan menutup-nutupi sesuatu.
Apa yang sedang Hendra sembunyikan darinya? Apa benar kalau Claris hanya dicari selama beberapa bulan saja seperti yang dikatakan Reyn?
Tapi, kenapa juga Gama harus merasa lebih percaya pada Reyn dibanding Hendra, mertuanya?
Apa Gama menanyakan soal ini pada Claris saja?
Gama langsung menggeleng. Tidak, Claris sedang dikunci ingatannya soal pria yang pernah menculiknya itu. Dan Gama sama seperti Hendra, tak ingin ingatan buruk itu Claris ingat. Biar saja ingatannya dikunci sampai Claris mati. Yang penting hidup Claris tidak terbayang oleh ingatan yang sengaja dikunci itu.
Lalu pada siapa Gama harus bertanya soal kebenaran masa lalu Claris?
***
Maaf baru bisa up wkwkwkw beneran baru kelar banget ngetiknya.
Ya udah, selamat beristirahat, ya! 💙🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
Ficción GeneralMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...