Bagian 66.

5.4K 438 26
                                    

Reyn beserta Gama dan anak-anaknya yang sudah mendekat, memilih menunggu jawaban dokter itu.

"Putri Bapak sudah baik-baik aja, dia udah ngelewatin masa kritisnya. Walau pun tadi sempat pendarahan lagi, tapi sudah kami tangani. Cuma ada beberapa hal serius. Ada beberapa trauma di tubuhnya terutama pada bagian alat vitalnya. Maaf kalo saya boleh tau, apa saat dibawa ke sini, kondisi putri Bapak itu sudah dalam keadaan abis operasi kecil untuk mengeluarkan janin yang sedang dikandung?"

"Jadi istri saya bener-bener keguguran, Dok?"

"Diliat dari kondisinya, dengan menyesal saya harus bilang, iya, Pak."

"Apa. Dokter tau sebabnya apa?"

"Kontraksi dari rasa tegang yang istri Bapak rasakan dan itu tidak segera ditangani makanya, maaf, tapi sepertinya janin di kandungan istri Bapak bahkan sudah meninggal sebelum sempat dikeluarkan."

Gama mengepalkan tangannya. Demi Tuhan, anaknya bahkan sudah mati sejak masih di kandungan Claris! Apa Claris sebegitu tertekannya hingga menyebabkan bayi mereka meninggal dalam kandungan Claris?

Padahal, Claris selalu senang menceritakan soal perkembangan bayinya pada Gama. Bagaimana Gama mengabarkan hal ini pada Claris? Atau, apa Claris sudah tahu kondisinya itu?

"Oh, ada satu hal lagi. Sebaiknya pasien didampingi dokter ahli kejiwaan juga untuk proses penyembuhannya, ya, Pak. Perlu saya carikan atau dari pihak keluarga yang ingin mencari dokternya?"

"Gak perlu, Dok. Kami udah punya dokternya. Terima kasih, ya, Dok."

Dokter itu mengangguk. "Saya permisi dulu. Pasien akan segera dipindahkan ke kamar inap, begitu di kamar inap, pasien sudah boleh dijenguk. Tapi kalo bisa, jangan langsung semuanya masuk ke dalam ruangan pasien ya, Pak. Biar gimana pun, pasien masih butuh istirahat buat recovery. Saya permisi kalo gitu. Mari."

***

"Jadi gimana kondisi Claris saat Anda menemukannya, Gama?"

Gama menatap Reyn. "Claris udah meringkuk di kasur dengan pandangan kosong. Claris kayak gak sadar sampe saya harus teriak buat nyadarin dia kalo saya udah di sana. Tapi, Claris ngerasa kehadiran saya itu hanya ilusinya aja."

Gama membuang pandangannya mengingat perkataan Claris yang meminta maaf.

"Saya.. gak pernah nyangka bakal ngeliat kondisi Claris yang hancur seperti itu."

"Apa kita bisa langsung mencuci otak Claris lagi, Reyn?"

Reyn terkejut mendengar perkataan Gama itu. "Buat apa Anda menginginkan Claris dicuci lagi otaknya."

"Saya gak mau Claris inget soal—" Gama tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Tidak. Claris tidak bisa buat dicuci lagi ingatannya. Itu gak akan efektif. Bakal tetep ada celah kecil buat Claris bisa kembali inget. Bahkan mungkin bisa mengganggu mental Claris lebih parah. Jadi kita gak bisa ngelakuin hal itu."

Gama menunduk. "Apa pihak kepolisian udah ngabarin di mana keberadaan anak kami, Reyn?"

Reyn mengangguk. "Oom Helios ngaku ngubur bayi kalian di belakang rumahnya. Ya, rumah yang kemarin. Nanti kalo udah ditemuin, bakal langsung diidentifikasi, apa bener sesuai keterangannya Oom Helios kalo bayi kalian udah meninggal sejak dalam kandungan Claris atau nggak."

Gama memejamkan matanya. Claris masih dalam pengaruh obat bius tapi polisi tetap akan meminta keterangan dari Claris. Hal itu yang membuat Gama gusar. Gama tak ingin Claris mengingat apa saja yang terjadi padanya saat disekap selama sebulan.

"Anda harus kuat kalo mau bertahan di sisi Claris, Gama. Kalau Anda nggak sanggup, lebih baik Anda melepaskan Claris," kata Reyn lalu menepuk punggung Gama dengan kuat, setelahnya, memilih meninggalkan Gama untuk dapat memikirkan kata-katanya.

Step MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang